Untuk Anita
• Lembar Lima Belas - Drini & Senja yang Menawan.Lima belas menit lagi bel pulang akan berbunyi, tapi Anita malah semakin merasa tidak nyaman di tempatnya. Gadis itu seringkali melirik teman sebangkunya melalui ekor mata, memastikan bahwa Senjana masih ada di sebelahnya. Memang masih, tapi suasananya yang berbeda. Itu semua karena kejadian tadi pagi, Senjana marah karena tidak ditemani ke kantin dan itu berkat keegoisannya. Anita tahu, hanya saja ia tidak mengerti bagaimana caranya memulai percakapan untuk meminta maaf.
Senjana melirik sinis ketika merasa diperhatikan. Tanpa mengucapkan sepatah kata, ia kembali memandang lurus ke depan.
"Enggak usah melihatku seperti itu. Aku enggak akan peduli sama apa pun yang akan kamu lakukan, An. Silakan saja perhatikan materi dengan sungguh-sungguh."
🍁🍁🍁
Dengan langkah pelan yang tak bersemangat, Anita keluar dari kelasnya. Mungkin ia bisa berbicara lagi dengan Senjana besok, atau lusa, atau lusanya lagi. Tapi ia berharap Senjana tidak lama-lama merajuk, sepi.
Suasana koridor sangat ramai bertepatan dengan jam pulang, membuat Anita mengabaikan beberapa sapaan yang ditujukan padanya karena pikiran yang penuh. Ia sama sekali belum berbicara mengenai keberhasilannya pada Abercio dan Ayudia, bingung bagaimana memulainya.
"Dinta!"
Langkah Anita seketika terhenti. Namun, tubuhnya tidak jua berbalik. Suara itu lagi, suara itu lagi. Siapa kalau bukan Saka? Laki-laki yang baru ia jumpai kemarin dan berlagak seolah-olah sudah mengenalnya lama.
"Lo mau langsung pulang?"
Dalam waktu kurang dari dua menit, Saka sudah muncul di hadapan Anita dngan satu sisi baju yang dikeluarkan serta rambut yang acak-acakan, membuat Anita memicingkan matanya.
"Kamu enggak tahu cara menggunakan seragam dengan benar?"
Saka menggeleng. "Mau bantu gue membenarkan?" ucapnya diiringi dengan kerlingan menggoda.
"Dasar sinting. Ada apa memanggilku?"
"Kan tadi gue sudah tanya, lo mau langsung pulang atau bagaimana?"
Anita mengernyitkan dahinya bingung. "Terus urusannya sama kamu apa? Aku langsung pulang atau mampir ke mana juga enggak ada hubungannya sama kamu, jadi enggak usah tanya-tanya."
"Kok jadi galak? Perasaan kemarin waktu lihat Bunny lo kalem."
Anita memutar bola matanya jengah. Seharusnya dia tahu kalau berbicara dengan Saka akan menghabiskan jatah kesabaran dan juga membuang-buang waktu. Maka, gadis itu bersiap untuk mengambil langkah.
"Din, mau ke pantai enggak sama gue?"
Sebenarnya tawaran itu sama sekali tidak buruk. Hanya saja, karena diucapkan oleh seorang Saka, maka seketika menjadi amat sangat buruk. Anita menggeleng cepat. "Enggak berminat," ucapnya datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Anita
Novela JuvenilBagi Anita, hidupnya sudah terlalu rumit, masalah yang menghimpitnya dari segala arah seakan-akan membuatnya kesusahan untuk hanya sekedar bernapas. Gadis itu dituntut mampu menyetarakan perbandingan yang ada di antara dirinya dan sang kakak kembar...