Untuk Anita
• Lembar Delapan Belas - Tuduhan •Jam sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB ketika Anita dan Senjana keluar dari kelas mereka untuk menuju ke kantin. Tapi di tengah perjalanan, keduanya bertemu dengan Vina dan dua temannya.
"Ada yang mau aku bicarakan sama Anita."
Setelah menatap penuh pertimbangan pada Anita, Senjana akhirnya melenggang pergi lebih dulu. Sebenarnya dia tidak pergi, melainkan bersembunyi di balik dinding pembatas untuk mendengarkan obrolan dua saudara kembar itu.
Sepeninggal Senjana, Vina mengambil langkah untuk mendekat. "Aku enggak mau basa-basi. Pastinya kamu sudah tahu apa yang akan aku bicarakan," ujarnya.
Anita menaikkan dua alis santai. "Apa memangnya?"
"Jangan pernah bilang sama Mama dan Papa, atau aku akan melakukan suatu hal yang enggak akan kamu duga sebelumnya."
Suara Vina memang penuh ketenangan, tapi terdengar penuh ancaman di telinga Senjana. Gadis itu terus mengintip di balik dinding.
"Kenapa aku enggak boleh? Apa Kakak takut kalau Mama dan Papa akan berbalik menyayangi aku dan menganggap Kakak useless?" Anita menaikkan satu alisnya.
"Stop talking nonsense, Anita! Mulutmu mau aku rajam? Jangan mentang-mentang dapat gelar the golden talent kamu jadi berani sama aku!" Vina berteriak marah, tak lagi peduli pada beberapa murid yang sesekali lewat.
"Oh ... jadi ini sifat asli the golden talent tahun lalu?" Suara tepuk tangan menggema di koridor, muncul dari balik punggung Vina dan dua temannya.
Anita mengernyit bingung ketika Senjana datang dengan senyum meremehkan di wajahnya. Apa gadis itu menguping pembicaraannya dengan Vina sejak tadi?
"Aku baru tahu kalau ternyata seorang Davina Abercio Aileen adalah seorang pengancam yang enggak bisa menerima keadaan." Senjana berhenti tepat di samping Anita dengan tangan yang dilipat di depan dada.
Vina mendelik tidak suka. "Aku enggak ada urusan sama kamu, jadi jangan ikut campur," ucapnya penuh penekanan.
"Bakal jadi urusanku juga kalau itu ada hubungannya sama Anita, karena dia temanku. Buat apa punya dua dayang sekaligus kalau dua-duanya enggak berguna?" Senjana kembali membalas sembari melirik sinis pada Angel dan Bella yang membisu.
Anita menarik napas. Dia memang berterima kasih pada Senjana karena telah membela dirinya, tapi dia ingin menyelesaikan masalahnya dengan Vina secara pribadi. "Na, mending kamu ke kantin duluan. Nan—"
"Enggak perlu. Aku sudah selesai, malas berlama-lama bicara sama orang yang suka ikut campur masalah orang lain." Vina menyela, kembali menambah langkah dan menepis jarak di antara dirinya dan Anita. "Tapi kamu harus ingat, An. After this, you won't calm down." Setelah peringatan itu tersampaikan, Vina berbalik langkah dan pergi bersama kedua temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Anita
Teen FictionBagi Anita, hidupnya sudah terlalu rumit, masalah yang menghimpitnya dari segala arah seakan-akan membuatnya kesusahan untuk hanya sekedar bernapas. Gadis itu dituntut mampu menyetarakan perbandingan yang ada di antara dirinya dan sang kakak kembar...