19. Pilihan

6.5K 1K 192
                                        

•••

"Jina, rasanya aku sangat bahagia ketika tahu bahwa Jungkook yang akan dijodohkan denganku. Kau tahu kan aku tak pernah sesuka ini dengan pria?"

"Aku benar-benar ingin menjadi milik Jungkook seutuhnya, Na-ya."

Berulang kali Jina menghela nafas guna menghilangkan rasa sesak yang memenuhi rongga dadanya.

Perkaataan Sera saat tadi mereka berbicara hanya berdua selalu berputar-putar dikepalanya. Bagaimana raut kebahagiaan Sera begitu terekam diingatannya, ketika sahabatnya itu memuji Jungkook dengan nada suara yang sangat antusias.

Sera memang sesuka itu dengan Jungkook. Dan Jina tak ingin menyakiti sahabat yang sudah empat tahun selalu bersamanya; sejak Jina masuk kuliah.

Tak ingin mengecewakan Sera dan tak ingin persahabatannya hancur hanya karena hubungannya dengan Jungkook yang baru resmi beberapa hari.

Jina benar-benar hampa dan kosong. Tak tahu ingin mengambil keputusan yang seperti apa. Keduanya berarti dihidup Jina.

Walau hanya beberapa bulan dari pertemuan mereka dan kelakuan tak wajar yang mereka lakukan, entah kenapa Jina baru menyadari bahwa Jungkook telah memiliki tempat tersendiri di hatinya, terlepas dari rasa sukanya pada Eunwoo dulu.

Apa benar Jina sudah mencintai Jungkook?

Apalagi setelah Jungkook benar-benar meresmikan hubungan mereka. Jina semakin merasa jika dia dan Jungkook sudah memiliki sebuah ikatan kuat.

Jina tak ingin kehilangan Jungkook, tapi Jina juga tak rela jika harus kehilangan Sera.

Perjamuan makan malam telah berakhir setengah jam yang lalu, dan Jina masih berada di rumah Jungkook.

Menunggu kekasihnya itu yang tengah berbicara empat mata dengan sang ayah perihal pembicaraan saat makan malam tadi.

Dari ruang tengah Jina dapat mendengar suara Jungkook ketika berbicara pada sang ayah, yang terdengar sedikit meninggi beberapa oktaf. Padahal ruangan kerja tuan Jeon berada di lantai 2, tapi suara Jungkook masih samar terdengar.

Jujur, ini pertama kalinya Jina melihat Jungkook semarah tadi. Wajahnya benar-benar mengeras, dan tak sedikit pun pria itu memasang wajah ramah saat makan malam tadi.

"Mereka memang selalu seperti itu," ibu Jungkook datang dari arah dapur dengan membawa nampan yang berisi segelas minuman coklat panas untuk Jina. Meletakkan gelas tersebut diatas meja depan Jina, dan mengambil posisi duduk di samping keponakannya itu.

"Tapi, apa Jungkook tak terlalu kasar pada Jeon-Samchon, imo?"

"Anak itu memang sulit menahan emosi jika menyangkut hal yang bertentangan dengan keinginannya." Jelas Jeon imo pada Jina.

Suasana diruangan kerja tuan Jeon terasa mencekam seiring dengan dobrakan keras telapak tangan tuan Jeon diatas meja kerjanya.

"Dimana sopan santunmu, Jungkook! Appa tak pernah mengajarkanmu bersikap kurang ajar begini!"

Air muka tuan Jeon tampak mulai mengeras. Emosinya tak dapat lagi di bendung saat Jungkook mengatakan akan menghamili seorang gadis jika sang ayah nekat menjodohkannya dengan Sera.

"Itu yang appa mau kan? Aku menikah dan memiliki anak?"

"Jika kau berani melakukan itu, jangan salahkan appa untuk mengirimmu keluar negeri secara paksa, Jungkook!"

"Appa tak main-main kali ini."

Jungkook mengepalkan tangannya kuat agar dapat menahan emosinya yang sudah berada di puncak tertinggi kepalanya, dan siap akan meledak kapan saja.

BABY KOO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang