---------
Di pagi yang cerah, Jungkook yang baru saja terbangun tengah merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku pasca bangun dari tidur nyenyaknya. Matanya mengerjap pelan saat menyesuaikan cahaya lampu kamar yang masuk kedalam retina mata bulatnya. Senyumnya terkembang saat ia melihat pantulan dirinya di cermin tegak yang tak jauh dari sisi tempat tidur.
"Ternyata aku berubah lagi." Jungkook meraba seluruh tubuhnya dari puncak kepala hingga ke ujung kaki. "Ah, sayang sekali Jina tidak tidur disini. Padahal kan Koo ingin cuddle dipagi hari." Jungkook mendengus lucu saat mengingat tadi malam ia di siksa oleh Jina karena insiden fiesta, sehingga ia ketiduran karena kelelahan berlari dari serangan Jina saat diapartemennya.
"Aku akan bertemu Jina di kampus hari ini. Pembalasan dendam ku belum tersalurkan pada gadis nakal itu." gerutunya saat mengingat bagaimana Jina menjadikannya sasaran jarum suntik kemarin, hingga lengannya penuh dengan bercak merah bekas dari tusukan jarum-jarum laknat Jina.
Lantas Jungkook membawa tubuhnya untuk segera bangkit dari ranjang besarnya dan melangkahkan kaki masuk kedalam kamar mandi. Karena hari ini Jungkook akan masuk kampus kembali, jika difikir-fikir, sepertinya juga Jungkook mengalami perubahan jadwal pada kutukannya. Sekarang kutukan Jungkook menjadi kebalikan dari sebelumnya, saat malam hari dia mengecil dan saat siang hari ia baru berubah normal. Ah, jadi kapan waktu Jungkook untuk bermain dengan Jina-bertiga dengan bubu tentu saja.
Tak butuh waktu lama untuk Jungkook bersiap-siap, hanya butuh waktu 30 menit saja ia sudah tampak segar dan rapi bersiap untuk segera berangkat ke kampus.
Sebelum itu Jungkook mengecek ponselnya, siapa tahu ada notifikasi ucapan selamat pagi dari Jina. Namun, sayang Jungkook hanya menelan kekecewaan. Jina sama sekali tak ada menghubunginya, parah sekali memang wanita satu itu. Kan Jungkook jadi makin tertantang untuk mendapatkannya. Asal kalian tahu, Jina saat melihat Jungkook itu seperti tengah melihat virus-harus dijauhi. Kan Jungkook jadi tersinggung dan sangat berhasrat besar untuk mengangkat Jina keatas ranjang besarnya ini, begitu.
"Memang gadis nakal, lihat saja kau Jung Jina. Akan ku buat kau berteman baik dengan jarum tumpulku!" Jungkook dengan semangat dan rasa kesal yang menggebu-gebu meninggalkan apartemennya menuju kampus.
"Jung Jina,"
Reflek Jina menoleh kebelakang saat seseorang memanggilnya. "Eunwoo, kau baru tiba juga?" tanyanya dengan senyum manisnya.
Eunwoo menganggukkan kepala dan membalas senyum Jina. "Iya, aku baru saja tiba. Kau ingin bimbingan?"
"Hm, belum sih. Jadwalku jam 10 untuk bertemu dengan pembimbing."
"Ah, masih ada waktu 1 jam lagi. Temani aku ke kantin mau tidak?"
"Kau belum sarapan?"
Eunwoo mengangguk lagi. "Aku terlambat bangun hari ini karena menyelesaikan laporanku."
"Calon dokter macam apa kau ini, sarapan saja bisa terlambat. Ya sudah aku temani."
"Asik, kajja." Eunwoo segera menarik tangan Jina menuju kantin.
Tanpa mereka sadari, seorang pemuda dengan tatapan tajamnya tengah melihat kearah mereka-lebih tepatnya berfokus pada gandengan tangan Jina dan Eunwoo.
"Kenapa sih Jina selalu bersama amuba itu?" ujarnya menahan kekesalan sambil menghentakkan kakinya.
"Jungkook,"
Jungkook terperanjat kaget saat seseorang menepuk pundaknya secara tiba-tiba.
"Sera noona?" cicitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY KOO ✔
Fanfic[FULL CHAPTER ] [ TERSEDIA DALAM VERSI EBOOK DENGAN ALUR YANG BERBEDA] Jeon Jungkook yang merupakan anak dari pemilik sebuah rumah sakit anak di Seoul, selalu saja menolak perjodohan yang dilakukan orang tuanya. Jungkook juga pernah menolak untuk m...