_____
"Koo, ayo temani noona," bujuk Jina pada anak kecil yang tengah meringkuk diatas sofa abu-abu yang ada di ruang tamu apartemen itu. Jina ingin mengajak baby Koo mencari makanan diluar, karena diapartemen Jungkook tak ada apa-apa. Sedangkan mereka belum makan malam.
Sudah hampir setengah jam Jina membujuk Jungkook yang ternyata kembali menjadi anak kecil lagi, tepat setelah Jina berhasil menyelesaikan pelatihan suntik-menyuktik dadakannya. Jungkook yang saat itu ingin membalas dendam pada Jina, tiba-tiba merasakan tubuhnya menciut seperti biji ketumbar. Kasihan bukan? Disaat bubu akan membalaskan dendam sang tuan, ternyata keadaan tak berpihak padanya.
Sialan, sialan. Kenapa aku mengkerut tidak tepat waktu begini sih!? Jungkook membatin dalam keterdiamannya.
Serius, melihat Jungkook yang menciut didepan matanya, Jina hampir saja serangan jantung bahkan hampir saja pingsan melihat kejadian yang mungkin diluar nalar manusia normal seperti Jina. Berulang kali Jina mengucek matanya, siapa tahu ia salah melihat atau matanya sedang bermasalah. Tapi ternyata tidak salah sama sekali, Jungkook memang mengecil dan tenggelam didalam baju yang tadi ia gunakan.
"Koo, kau tidak lapar?" sekali lagi Jina mencoba membujuk Jungkook yang masih betah meringkuk diatas sofa.
"Jangan bicara pada Kookie!" hardiknya dengan suara khas bocah lima tahun.
"Galak sekali anak ini." Dengus Jina.
"Biarin, apa peduli noona? Sudah sana jauh-jauh dari Kookie!" Jungkook mendorong Jina yang duduk dibawah kakinya dengan menggunakan kaki kecilnya itu.
Bukannya marah, Jina malah menarik kaki kecil itu dan memijatnya pelan. Jungkook dalam mode terkena kutukan begini Jina suka. Lucu, menggemaskan—enak diajak menonton kartun bersama sambil memakan cemilan dan menyeruput susu pisang. Beda jika Jungkook sudah kembali ke mode normal—mungkin Jina akan sering mengomel dan mengumpat setiap waktu. Bisa jadi juga Jina sering mendesah.
"Koo, mau kinder joy tidak?" Jina masih mencoba untuk membujuk adik kecilnya dengan menggunakan kinder joy, jajanan favorit baby Koo saat Jina membawanya ke minimarket. Biasanya jika menggunakan kinder joy baby Koo akan selalu luluh. Kita lihat, apakah kali ini akan berhasil lagi?
1 detik
2 detik
3 detik
4 detik
5 detik
Jungkook kecil masih tetap memunggungi Jina. Tak memperdulikan rayuan menggiurkan dari noona kesayangannya. Tidak berhasil sepertinya ya, hm.
"Kalo Koo tidak mau ya sudah, tapi jangan minta jajan sama noona lagi ya besok-besok."
Tuh kan, Jina bener-bener suka dengan baby Koo, si kecil tidak mau saja masih juga terus dibujuk hingga ia mau. Coba jika Jungkook mode dewasa yang merajuk, Jina mana peduli. Jungkir balik pun si Jungkook karena merajuk, Jina tak akan peduli. Bahkan Jina menganggap Jungkook antara ada dan tiada disekitarnya. Sangking kesalnya mungkin ya dengan kelakuan bar-bar Jungkook versi dewasa.
"Noona," panggil Jungkook seraya membalikkan tubuh kecilnya. "Koo mau dua ya—kinder joy nya." Ujar anak itu masih dengan muka masam dan bibir mengerucutnya. Demi apapun, itu sangat menggemaskan dimata Jina.
Reflek Jina mengembangkan senyumnya, menarik tangan kecil baby Koo agar anak itu terduduk. "Oke, nanti noona belikan dua."
"Susu pisang juga noona—Koo mau segini." Ujarnya lagi sambil mengangkat tangan kecilnya dengan membentuk huruf "V" yang berarti menunjukkan angka 2.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY KOO ✔
Fanfiction[FULL CHAPTER ] [ TERSEDIA DALAM VERSI EBOOK DENGAN ALUR YANG BERBEDA] Jeon Jungkook yang merupakan anak dari pemilik sebuah rumah sakit anak di Seoul, selalu saja menolak perjodohan yang dilakukan orang tuanya. Jungkook juga pernah menolak untuk m...