•••
Dengan ekstra kesabaran yang hampir menipis, Jungkook akhirnya dapat membujuk Jina agar pulang bersamanya. Sekalipun Jungkook tak akan pernah membiarkan kekasihnya pulang sendirian dengan kondisi yang tidak baik-baik saja—apalagi keadaan sudah hampir larut malam begini.
Jika kekasih menggemaskannya diculik ahjussi mesum, bagaimana? Bisa makin pusing tujuh kali lipat Jungkook dibuatnya. Lebih baik Jungkook saja yang menculik dan mengurungnya dikamar,kan.
Bahkan Jungkook akan tetap memaksa Jina untuk pulang bersamanya, jika saja kekasihnya itu tetap menolak untuk diantarkan pulang olehnya.
Sudah mungil, bandel pula.
Walau mereka sempat berdebat sebelum meninggalkan kediaman mewah Jungkook. Jina yang rasanya sudah tak memiliki semangat lagi hanya menurut pada sang kekasih saat pergelangan tangannya kembali ditarik menuju pintu utama.
"Kita belum berpamitan pada orangtuamu, Koo."
Jungkook yang telah memegang kenop pintu utama mendadak menghentikan kegiatannya dan menoleh kearah Jina yang tengah membesit hidung merahnya.
"Astaga, Jina. Masih sempat-sempatnya kau memikirkan itu. Kau tak merasa sakit hati dengan ucapan ayahku,hm?"
Jina menggelengkan kepala. "Aku tahu kenapa samchon melakukan itu. Karena memang kita yang salah disini, Jungkook."
Jungkook menghembuskan nafasnya kasar melalui kedua lubang hidung bangirnya sebelum berucap. "Kau terlalu baik, Jina."
Tanpa memperdulikan perkataan sang kekasih agar mereka berpamitan terlebih dahulu pada kedua orangtuanya, Jungkook langsung saja melangkah keluar dari rumah dan membawa Jina pergi dari sana segera.
Jungkook jadi penasaran dengan kekasihnya itu. Apa dia manusia atau bukan? Setelah dimarahi bahkan tak sengaja ditampar oleh ayahnya, kesayangannya itu sama sekali tak merasa sakit hati dan malah menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi.
Hal itu yang malah makin membuat Jungkook jatuh cinta pada Jina jadinya. Kesayangannya memang beda dari mantan-mantan yang sebelumnya pernah menjalani hubungan dengannya.
Ternyata ada berkahnya juga Jungkook dikutuk saat itu. Karena, jika tidak ada peristiwa kutuk mengutuk itu, Jungkook mungkin tidak akan bertemu dengan Jina. Wanita menggemaskan yang sangat penurut dengannya.
Semakin kuat saja hasrat Jungkook untuk mempertahankan hubungan mereka.
Apa Jungkook harus benar-benar menghamili Jina saja,ya?
•••
Didalam mobil Jungkook menuju kos-an Jina, suasana terasa amat sangat hening. Keduanya larut dalam fikiran masing-masing. Jungkook yang fokus dengan kegiatan menyetirnya dan Jina yang fokus memandang kearah luar jendela.
Sesekali terdengar helaan nafas berat dari keduanya. Membayangkan betapa sulit rasanya hanya untuk mereka bersatu sebagai pasangan. Bahkan belum genap seminggu mereka resmi sebagai sepasang kekasih, mereka teleh dihadapkan dengan pilihan yang sulit.
Jika Jungkook bertemu dengan Jina lebih dulu, mungkin ia akan melarang kekasihnya itu untuk menjalin hubungan persahabatan dengan Sera.
Sebenarnya jika Jungkook mau, ia bisa saja menerima perjodohan dengan Sera. Tak akan merasa rugi sama sekali. Dilihat dari sudut manapun, Sera itu cantik jika dibandingkan Jina, postur tubuhnya juga bagus bak seorang model papan atas jika diperhatikan dan Jungkook memang mengakui itu. Terlebih lagi Sera itu pintar dan berasal dari keluarga yang terpandang. Tak beda jauhlah dari Jungkook. itu yang sempat Jungkook dengar saat dulu Jina pernah bercerita tentang sahabatnya, sebelum kabar perjodohan ini sampai ketelinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY KOO ✔
Fanfic[FULL CHAPTER ] [ TERSEDIA DALAM VERSI EBOOK DENGAN ALUR YANG BERBEDA] Jeon Jungkook yang merupakan anak dari pemilik sebuah rumah sakit anak di Seoul, selalu saja menolak perjodohan yang dilakukan orang tuanya. Jungkook juga pernah menolak untuk m...