Bagi Lina, mimpi adalah ketakutan. Setiap kali ia terlelap pasti memimpikan sesuatu yang buruk. Bayangan nyata, bayangan misterius, bayangan buram dan bisu. Hampir dua hari sekali ia bermimpi hal yang sama
Ia tidur di atas ranjang halusnya. Kamar yang luas. Lukisan kartun banyak terdapat disana tak terlalu tampak karena gelap. Ia telah mematikan seluruh lampu. Detak jam berbunyi nyaring, hampir bunyi itu sendiri yang terdengar. Jarum kecil menuding nomor satu sementara satunya pada enam. Sudah kelewat tengah malam...
Jendela kecilnya tiba-tiba terbuka, selimutnya mulai tak sehangat tadi. Selimut putih nyaman itu tergeser hingga menyentuh lantai. Tapi mata Lina terlihat pulas. Kelambu putih bergoyang mengantarkan udara dingin masuk.
Tak lama berselang, Tidur Lina mulai resah. Ia seolah menderita dan bermimpi. Ia menggeliat tak nyaman. Yang ia lihat ada sebuah bayangan...
Kala itu siang... tempatnya seperti hutan, tapi bukan... tidak lebat.. dan Seorang lelaki muda seumurannya bersama seorang wanita berambut merah kecoklatan berombak panjang. Namun wajah mereka tak nampak. Keduanya bergandengan tangan layaknya sepasang kekasih. Terlihat sekali genggaman itu erat. Mereka berjalan menikmati matahari yang tak terlalu menyengat...
Terdengar suara gelak tawa mereka.. mereka yang tak jelas..
Lina dapat mendengarnya. Ia merasakannya.
Lalu sinar-sinar tak menyenangkan memutus pemandangan Lina. Bayangan ini seperti dipercepat! semuanya hilang! jatuh! teriakkan! Kesakitan.
Lina terbangun. Matanya merah, napasnya terengah-engah bagai selepas olah raga. Ia mendudukkan diri. Melihat jendelanya yang terbuka. Apa ini nyata? semuanya nyata? ini nyata! perasaan tak bisa ditipu! ini nyata! ini bukan mimpi! hatinya bertanya-tanya. Tiba-tiba saja bulu romanya berdiri, ia mengusap tangan kirinya. Melihatnya ada apa? apa karena angin?
"Delilah ?" suara lelaki memanggil di telinganya. Atau mungkin hanya perasaannya. Suara yang pasti ia kenal. Suara yang sangat meminta belas kasihan. Ia ketakutan. Ia memajmkan mata, bernapas.. ayo tarik napas. Baiklah ini hanya mimpi.
"Aku mencintaimu." suara datang kembali. Kali ini sangat dekat. Suara yang sama, suara mendesah hingga mirip ular.
Lina menoleh. Tepat di depan almari pakaiannya, terlihat sosok manusia yang berjubah. Jubahnya hitam, gelap lagi. Ia yang dalam keadaan takut, bingung siapa ini? apa ia masih tidur? dan ia mimpinya?
Angin mengibarkan jubahnya. Orang ini berambut pendek, tak salah lagi ia pasti laki-laki. Ia mendekati ranjang Lina. Matanya berkilat.
Lina langsung menghidupkan lampu mejanya. Ia panik. Bersiap untuk melarikan diri. "Siapa kau?"
Sinar lampu akhirnya menyinari utuh wajah si pria. Tak mungkin tak kenal. Ia adalah pembunuh Sarah. Bagaimana dia disini?
"Aku ingin menemuimu." kata pria itu dengan suara tak jelas, seolah kedinginan. Terus maju.
Lina mundur, menyeret dirinya menuju ujung ranjang. "Berhenti!"
Si pria mendesah dan duduk di ujung ranjang Lina, mengenggam selimut erat. Ia terus mendekat. "Delilah."
"Kau tidak bisa membunuhku!" teriak Lina. Ia langsung turun dan mengambil sebuah pisau dari laci meja kecilnya. Ia berdiri menempel tembok sambil mengacungkan pisau. Tak diragukan betapa takutnya ia. Kemudian mengumpulkan tenaga untuk berteriak. "Om Irfan! Om!"
Si pria menaiki ranjang dan mendekati Lina. Matanya tampak lelah. "Aku hanya ingin melihatmu."
Lina mengancam. "Jangan mendekat! kau akan menyesal jika kau mendekat! Jangan mendekat!"
Si pria menuruni ranjang. Terus mendekat. "Del.."
Lina mundur memutar untuk tetap jauh dari si pria. Ia tak menurunkan pisaunya. "Kau akan ku bunuh jika mendekat selangkah lagi!" dan menjerit. "Om Irfan!"
Si pria memperhatikan bagaimana Lina memegang pisau. "Del.. Aku sudah mati. Kau bahkan tak bisa memegangnya dengan baik, Sayang."
"Namaku Lina! Aku bukan Delilah! Lina!" Bentak Lina ketakutan. "Om Irfan! tante! Tolong!"
"Lina?" panggil seseorang dari balik pintu. Ia mendobrak-dobrak pintu. "Lina?"
"Om Irfan! tolong!" teriak Lina. Ia memandang si pria sekilas.
Orang itu tersenyum ramah pada Lina.
Tiba-tiba Lina merasa pusing, pandangannya buram.. ia mencoba tetap mengangkat pelupuk matanya. Tapi ia terlalu pusing dan pingsan.. Terakhir yang ia lihat adalah bayangan si pria yang tersenyum ramah.
Beberapa jam kemudian....
Lina tersadar. Ia melihat Om Irfan tengah menemaninya. Ia tahu ini adalah kamarnya dan tengah terbaring di ranjang. Hari masih gelap dan lampu kamar ini begitu terang menyinari.
Seorang pria paruh baya berkaca mata berwajah ramah terlihat khawatir. "Lina?"
"Om." gumam Lina masih pusing. Ia mencoba bangkit. "Pembunuh itu.."
"Ada apa ? kau tergeletak di lantai dengan memegang pisau.. kenapa?"
"Pembunuh itu.."
"Itu hanya mimpi."
"Mim..." Lina tak melanjutkan perkataannya. Ia yakin omnya yang selalu berpikir logis ini takkan percaya dengan omong kosongnya nanti. Ia mengangguk. Lalu berkata. "Ya. Mungkin itu hanya mimpi."
"Baguslah. Sekarang masih malam, tidurlah." pinta Om irfan.
Mungkin ini yang terbaik, menjadi rahasia. Namun mengapa mimpi semacam itu terus menghantuinya. Mimpi tentang pria pembunuh yang tersenyum bersama seorang wanita muda, wanita berambut panjang kemerahan begitu anggun, tanpa muka... mereka begitu serasi dan bahagia..
Lina sendiri ketakutan melihat bayangan semacam itu, bayangan mereka hampir ada dimanapun. Saat ia terdiam, ia melihatnya, bahkan saat menatap dirinya sendiri di cermin, ia merasa dekat dengan mimpi-mimpinya dan sesekali merasa tak melihat wajahnya sendiri. Lalu merasakan hal yang membuat hatinya ketakutan, ia merasa sang pembunuh itu lebih dekat dengannya dari yang ia rasakan. Entah mengapa ada perasaan terus diawasi dan dekat.. Namun dekat disini dalam arti pernah terjadi... entah bagaimana cara menjelaskannya, tapi ia merasakan semua mimpi-mimpi itu dekat dengannya dan sangat nyata.. Kenyataan yang ia takuti.
Lina mengamati sketsa wajahnya yang pernah dibuat oleh lelaki asing di cafe "Crescent Moon". Lalu menatap dirinya sendiri di cermin.
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/236819633-288-k965563.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY SOUL [END]
Mystery / ThrillerLina dihantui oleh arwah penasaran seorang laki-laki yang mati di masa lalu. Ia adalah arwah yang ingin membalas dendam kepada siapapun. Copyright Agustus 2020