15. Ketakutan Luar Biasa

98 20 0
                                    

Daniel menarik tangan Lina dan mengajaknya pergi dari sana. Hujan tak mau berhenti juga. Apa mungkin ini kekuasaan si pria?

Mereka berlari memasuki kawasan pepohonan. Mungkin dengan cara ini mereka bisa lolos. Mungkin saja pembunuh itu tak bisa mengejar mereka jika menyulitkan jalan. Walaupun mereka sendiri tak tahu harus kemana. Tapi itu bisa diatur jika sudah menyingkirkan penghalang. Seperti adegan di film. Tak ada cara lain.

"Apa yang dia lakukan padamu?" tanya Lina khawatir.

"Dia bahkan punya kabut sendiri. Entahlah. Dia setan."

"Ya tuhan, kita benar-benar berurusan dnegan setan. Bagaimana jika dia berhasil menangkap kita?"

"Kau pikir apa?"

"Bagaimana ini? kemana kita.."

"Tetap berlari! Perasaanku buruk sekali. Aku serius. Dan aku tak percaya ini."

Lari.. lari dan terus berlari..

Daniel berlari dengan menyeret. Dia tampak kepayahan. Sebenarnya Lina kasihan, ia tak tega melihatnya seperti habis di keroyok massa.

Derasnya hujan tak membuat kecepatan kaki mereka berkurang. Bertambah cepat, begitulah mereka. Tanah semakin licin, berair.. air mengalir kotor membasahi kaki mereka.

Mereka basah kuyup, kedinginan. Kegelapan dan air membuat pandangan kabur.

Daniel bisa memandang betapa kedinginannya Lina.

Pepohonan terlalu rimbun hingga menjadi kesulitan mereka. Akar-akar muncul ke permukaan dan hampir membuat Lina terpeleset. Ini membuatnya panik sesaat.

Daniel menengok ke belakang. Dia tak ada. Jika si psikopat itu berteriak. Teriakkan takkan didengar karena air deras ini. "Ayo!"

Semakin mendalam. Petang, basah, cahaya kilat yang menrangi mereka. Halilintar membahana di atas mereka. Lina kaget. Ia ketakutan. Tapi tetap ia sembunyikan agar tak semakin ribet.

Kucing hitam mengeong di bawah pohon depan mereka. Kucing itu pasti basah kuyup. Mata kuning.

Lina sontak berhenti. Ia terpeleset dan terjatuh di atas akar besar. Diikuti petir dahsyat. "Ah!"

Daniel memeganginya panik. Memandang kucing itu. Sial, matanya saja yang berkilat cerah. Kemudian keberbagai arah. Kini mereka benar-benar hilang. Petir kembali terdengar. "Ayo!"

"Kemana lagi?" Lina berdiri. "Aku.."

Mereka kembali berlari. Tak ada satupun orang yang mengejar. Saat ini mereka seolah dikejar badai dahsyat.

Sebuah rumah bagian balakang terlihat. Rumah besar, hey.. ini rumah itu.. rumah kuno.. apa mereka kembali. Mereka berbalik. Apa?

"Rumah itu! tak mungkin ada rumah lain." Lina mulai ketakutan. Ia merasa tengah berputar-putar. Tak tahu arah. Kakinya sangat pegal. Dan kini kenyataannya mereka berbalik dan berputar-putar. Kembali ke rumah itu?

Daniel menghentikan langkah mereka tepat sekali di ujung jurang dalam nan gelap. Nyaris, licin sekali. Tanah pinggirnya sampai retak dan terbawa air hujan.

"Ah!" teriak Lina ketika satu kakinya hampir terpeleset masuk jurang.

Jurang ini lebarnya kira-kira tiga meter dengan panjang seperti aliran sungai. Kedalaman tak bisa ditebak. Entahlah. Banyak akar serabut yang terlihat di bawahnya. Terlalu petang.. dalam.. air hujan membuatnya banjir. Menyeramkan.

LONELY SOUL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang