Ketika itu cahaya lampu kamar bersinar terang menerangi sang kakek yang duduk bersandar pada bantalnya. Jendela kamarnya yang tinggi masih terbuka hingga membuat angin terus mengibarkan kelambu putih.
"Kakek, kenapa jendelanya tidak ditutup!" kesal Daniel hendak menutup jendela itu.
"Jangan ditutup, aku suka melihat langit yang cerah ketika siang maupun malam." gumam kakeknya dengan suara renta.
Lina menutup pintu kamar.
"Apa kakek mendengar suara di luar tadi?" tanya Daniel masih memijat kepalanya yang pusing.
"Suara yang kudengar hanyalah kesunyian malam." jawab sang kakek memandang dalam langit malam.
Daniel bergumam. "Ini mustahil."
Sang kakek bergumam. "Persis di malam kejadian itu."
"Apa maksud kakek?" tanya Daniel.
Pria tua itu mengambil selembar foto hitam putih yang terselip di bawah bantalnya. "Cattalina, duduklah akan aku ceritakan apa yang aku tahu."
Lina tertegun sesaat. Ia lantas duduk di kursi samping ranjang. "Siapa anda?"
Kakek Daniel memberikan foto tadi. "Namanya Delilah."
Lina melihat sebuah wajah yang begitu mirip dengannya, mata, bibir, hidung seluruhnya. Hanya saja rambut wanita di foto itu bergelombang sementara rambutnya lurus. Melihatnya bagaikan melihat dirinya sendiri di sebuah cermin.
"Delilah?" gumamnya heran. Sekilas otaknya mendapat bayangan..
Pembunuh itu tersenyum padanya. Ia memberikan setangkai mawar merah segar kepadanya.
Dengan segera Lina menyudahi penglihatan itu. Ia mengatur napasnya. "Ceritakan ada apa ini."
"Ini berawal dari malam 20 tahun yang lalu, entah mengapa sekarang ia meneror lebih buruk. ketika itu aku sedang mengejar kakak perempuanku, Hesti, yang melarikan diri, Dia sakit jiwa setelah diperkosa oleh sekawanan preman. Dia membenci siapapun yang dilihatnya.." jelas kakek Daniel. Bola matanya tampak berkaca-kaca mengingat kejadian itu.
Daniel memotong. "Kakek punya saudara? tapi aku kira kakek anak tunggal."
Kakek itu menghela napas. Lalu melanjutkan. "Aku mengejar kakakku karena ia membawa sebuah pisau, dan kami khawatir dia akan melukai seseorang. Sebenarnya aku tak tahu pasti, Cattalina." menatap Lina. "Ketika berada di dekat halte jalan Mawar yang selalu sepi, dia menghampiri seorang wanita, Delilah. Ia langsung membunuhnya tepat di dadanya. Aku tak percaya dengan apa yang kulihat. Begitu ingin aku menolong Delilah, tapi aku harus mengejar kakakku yang berlari seolah kesetanan. Yang aku tahu, Delilah dihampiri oleh seorang lelaki, itu kekasihnya.." jeda sesaat. "Aku tak tahu apa yang terjadi pada mereka. Tapi berita yang kudapat, lelaki itu tertabrak mobil yang dikendarai oleh pria mabuk. Kakakku tertangkap dan berada di RSJ sampai ia bunuh diri."
Mata Lina terasa berat. "Bagaimana kakek bisa tahu?"
"Aku merasa sangat bersalah atas ulah kakakku. Aku mencari informasi tentang orang yang dibunuh Hesti, wanita muda itu bernama Delilah. Ia memiliki seorang kekasih bernama Dion, seorang pemilik cafe. Lelaki yang tertabrak mobil itulah yang bernama Dion, arwah yang selalu menghantui semua orang yang berada di kawasan jalan Mawar. Ketika tewas ia membawa pisau Hesti, Dugaanku dia berusaha mengejar pembunuh Delilah."
"Cintanya begitu dalam." gumam Lina ingin menangis. "Kenapa dia menghantuiku?"
"Dia menganggap kau Delilah. Ia arwah yang ingin balas dendam."
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY SOUL [END]
Mystery / ThrillerLina dihantui oleh arwah penasaran seorang laki-laki yang mati di masa lalu. Ia adalah arwah yang ingin membalas dendam kepada siapapun. Copyright Agustus 2020