06. Daniel

177 25 0
                                    

Lina mengamati sketsa wajahnya kembali. Ia tak mengerti mengapa ia begitu ingin bertemu sang pembuat, Daniel. Ada satu kekurangan dalam hatinya yang terus mengganggu. Jelas teringat saat pertama dua bola mata lelaki itu memandangnya, tersenyum padanya. Namun di sisi lain, ada perasaan takut dan cemas yang menyelubungi hatinya ketika mengingat hal itu. Batinnya seolah berperang.. Dan perasaan ini terus muncul!

Ia merasa bersalah telah membentak Daniel, tapi ia menggeleng dan membenci hal itu. Ia kesal dengan pemikirannya saat itu, tentu saja karena Daniel dan pria itu.. Pembunuh...

Ia berdiri di dekat jendela. Bersiap untuk membuang papan sket beserta sketsa wajahnya itu..

Nia membuka pintu kamarnya dan berkata. "Seseorang mencarimu..."

Lina kaget. "Nia!" kesalnya membuang papan sket itu keluar jendela. "Kau mengagetkanku! Selalu!"

Nia hanya tersenyum.

Ahh! terdengar suara kesakitan tertahan..

Lina dan Nia saling menatap heran. Kemudian melongok ke jendela. Perlahan mata mereka tertuju di bawah..

Seorang lelaki berlutut memegangi kepalanya dan papan sket itu. Daniel.

"Oh, Tidak." gumam Lina cemas.

Daniel mendongak. Ia menunjukkan raut wajah heran. Tangannya masih mengusap-usap kulit kepala yang berkedut-kedut

"Itu dia yang mencarimu." singkat Nia.

Lina langsung berlari keluar. Perlahan, ia senang dapat memandang wajah Daniel kembali, seolah semua kekesalannya berakhir, namun.. tak seutuhnya terdapat perasaan itu..

Ia menjaga jarak dengan Daniel. "Kau tak apa?"

Daniel berdiri membawa papan sketnya. Mendekat. "Masih berpikir aku iblis?"

Lina menghela napas. "Aku tahu. Entahlah..."

Daniel memperhatikan sketsanya. Lalu tersenyum. "Kau tidak suka?"

Lina tertegun sesaat. "Dani, bagaimana kau tahu rumahku?"

"Mencari tahu."

"Apa maumu?"

"Aku ingin melukismu. Ikutlah aku ke galeri kecil." pinta Daniel.

Lina mundur.

"Bodoh bukan permintaanku?" tanya Daniel menghela napas. "Sejak kakekku ingin aku menjagamu, aku begitu ingin dekat denganmu... to the point saja, aku ingin melukismu.."

"Selamat." kata Lina. "Kau dan pria tua itu, katakan, Daniel, apa yang kalian inginkan..."

"Hanya karena kakekku, kau seperti ini. Dia hanya ingin kau tenang, dia memintaku menjagamu, kakekku mengetahui semua tentangmu... aku juga heran.. tapi dia tak mau membicarakannya denganku.. aku tak mengerti.. tapi aku mengerti masalahmu, biarkan aku membantu."

"Omong kosong. Kau berbicara seolah tahu segalanya." kata Lina. "Pria itu terus mengintaiku setelah kejadian Sarah dibunuh oleh pembunuh itu. Dia terus memandangku seolah aku sudah mati. Dan benar saja, dia memanggilku Delilah.."

"Siapa Delilah?"

"Aku tak tahu! Dan tak mau tahu!" kata Lina mulai ketakutan dengan cara Daniel mengucapkannya. "Jangan panggil nama itu. Kau tidak bisa membunuhku! kalian tidak bisa membunuhku.."

LONELY SOUL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang