12. Hilang

99 16 0
                                    

 Keesokkan harinya...

Lina menenangkan diri. Ia tidak ingin bertemu dengan siapapun. Terutama seseorang bernama Daniel. Entahlah, tapi yang pasti sejak kematian yang kian banyak, ketakutannya kian tumbuh.

Tak bisa dipungkiri juga bahwa dia secara tidak sadar mencari sosok Daniel. Ia menengok ke jendela berharap melihatnya kembali, tapi ketika ia sadar..Ia hanya menghela napas panjang dan kembali menyibukkan diri.

Ia beranjak ke dapur. "Nia?"

Tak ada suara yang terdengar.

Ia mulai curiga. Padahal baru beberapa jam yang lalu ia masih mendengar suara mereka. Tapi sekarang... ia melihat jam tangannya. 08.00 WIB. "Masih pagi. Kemana mereka?"

Mencari ke kamar Nia.

Kosong...

Ke kamar om dan tantenya..

Kosong...

Mencari ke taman belakang..

Nihil...

Ia berdiri di depan rumahnya dan menyadari bahwa jalanan sepi.. Ada apa ini? Ia merasa sendirian... hanya ada daun yang berterbangan.

"Siapa?" tanya Lina merinding. Ia mengambil ponselnya. Tangannya gemetar, ia merasa ada angin yang melewatinya, angin... angin .... Yang tidak wajar.. Ia sungguh berharap ada seseorang yang lewat. Namun nyatanya tidak seolah kanan kiri jalan telah diblokir.

Ia memandang para tetangganya, tapi rumah mereka tertutup dan bagai musnah tertelan bumi. Jendela tertutup dengan korden.... Sepi dan gelap.. "Kemana orang-orang?"

"Mencari sesuatu?" tanya seseorang di belakangnya. Suara yang mendesah.

Lina menelan ludah. Ia menoleh dan menjerit ketika tiba-tiba saja pria pembunuh itu muncul di hadapannya dengan senyumannya yang khas. Menyeramkan. Ia langsung berlari ke rumah tetangganya.

"Itu kau, Delilah! Kau milikku, aku tidak mau menghabiskan lebih lama lagi dalam kesendirian tanpamu." kata pria itu berjalan pelan mendekatinya. "Aku tidak berniat jahat padamu, Delilah. Aku mencintaimu, jangan khianati aku." tersenyum dengan raut wajah yang aneh. "Kembalilah padaku, Delilah.."

Lina mengetuk pintu tetangga itu dengan keras. Ia meronta-ronta dengan mata yang berkaca-kaca. "Tolong buka! Ada pembunuh! Tolong! Seseorang kumohon buka!"

"Percuma, Del. Kau milikku dan itu kenyataannya sekarang, tidak ada seorang pun yang bisa menghalanginya." gumam pembunuh mendekat. "Aku akan membunuh siapapun yang melukaimu."

Lina mulai khawatir dengan keberadaan mereka semua. Apalagi keluarganya. "Kemana orang-orang! Kenapa .." tak berani menatap pembunuh. Ia hanya memegangi gagang pintu. "Kenapa.."

"Aku mencintaimu."

"Pergi dari hidupku!" teriak Lina frustasi. Menutup matanya. Ia tahu pria itu mendekat karena ada hawa hangat yang mengintarinya. Ia semakin tertekan. "Kembalikan keluargaku!"

"Mereka bukan keluargamu." kata pria itu semakin memudar.. Suaranya menjadi mendesah dan sangat jelas di telinga Lina. "Bukan.."

Lina menunduk dan menjatuhkan diri di depan pintu . Ia menangis tertahan.. Ia memberanikan untuk membuka mata dan ... semuanya hilang... dia hilang... sepi dan sendirian... ia menangis... apa yang dilakukan oleh pria itu?

Ia menelpon seseorang dengan suara parau. "Dani?"

Jiwanya tergoncang. Saking bingungnya, ia hampir tidak bisa mengontrol emosinya. Ia merasa tenang, namun tiba-tiba ketika mengingat sesuatu.. Wajahnya menjadi ketakutan..

*****

LONELY SOUL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang