07. Kengerian Malam

155 19 0
                                    

Sementara itu...

Lina masih terlelap. Ia kembali gelisah ketika bermimpi aneh. Seorang lelaki yang menangisi seorang wanita rambut berombak yang tergeletak di jalan yang sepi dan sunyi.. pada perut wanita itu tertancap sebuah pisau bergagang permata...wajah mereka selalu tidak jelas. Lina merasa jantungnya seolah diperas, hatinya hanyut dalam kesedihan..

Ia dapat dengan jelas isi hati si lelaki. Ia berteriak... 'Tidak mungkin!' lalu mencabut pisau dari tubuh sang wanita. Darah segar sontak keluar membanjiri tubuh itu.

Lelaki itu berdiri. Hembusan angin malam mengibarkan helai demi helai rambut kusutnya. Ia memegang pisau tadi dengan genggaman yang begitu erat hingga urat pada telapak tangannya terlihat.

Posisi tidurnya mulai tak nyaman. Ia gelisah, keringat dimana-mana. Takut mulai menjalar. Meskipun ia tak tahu ada apa ini? entah mengapa ia merasa dekat, ada disana. Melihat peristiwa itu. Lalu suara teriakkan memanggil nama 'Dion' dari suara wanita. Histeris!

Lina semakin takut. Suara teriakkan histeris terus menggema dalam otaknya. Tetap tenang.. tenang..

Semuanya hitam, gelap kosong.. ia tak bisa melihat apapun sekarang. Dimanakah ini? ia berdiri ditengah-tengahnya, seolah ini ruang hampa. Ia memanggil nama Daniel. Daniel.. dimana ini? ia ketakutan. Tapi berusaha mencari cahaya. Sebuah cahaya api obor menyala mendekatinya. Siapa yang membawanya. Tiba-tiba saja sebuah pisau ia genggam. Bagaimana bisa. Ia berusaha bangun.. Menoleh ke berbagai arah!

Lelaki berjubah hitam datang. Lelaki yang seharusnya mati masuk jurang. Ia membawa obor.

Lina mundur. Tapi sepertinya belakangnya adalah dinding. Semuanya keras. Kini ia terjebak. "Dimana ini?"

Cahaya api kian mendekat dan lelaki ini berhenti di hadapannya seraya mendekatkan obor ke wajahnya.

"Hai, Delilah." Kata Lelaki itu mencium aroma di leher Lina. "Aku merindukanmu."

Lina mencoba menghindari. Ia langsung menusukkan pisau ke perut lelaki itu. Ia sendiri kaget bagaimana bisa ia melakukan ini? ia membunuh. Mulutnya menganga panik.. panik..

Tapi si lelaki terlihat heran. "Kenapa kau menusukku, Sayang. Ada saatnya aku akan membayar perbuatannya kepadamu, kepada masa depan kita yang hancur." Matanya memerah. "Kau tahu betapa hancurnya aku tanpamu?"

Lina menggeleng. Ia tak mempedulikan perkataan pria itu. ia lantas melepaskan pisau tadi. Ia bahkan bisa merasakan daging yang tertusuk. Darah mengalir keluar. Napas Lina tertahan. Ia menutup mata.. ia takut, ia sungguh ketakutan! ia tak bisa menjerit. Kini ketenangan tak bisa lagi dirasakan..

Tiba-tiba ia membuka matanya. Ia sudah terbangun. Sialnya, saat itu pula... dinginnya malam.. matanya langsung melihat pria berjubah menempel di langit-langit. Ia tersenyum ramah.. jubahnya berkibar, darah masih menetes dari pisau yang masih menancap. Darah merah segar menetes bagai air hujan, menyeramkan, baunya... Lina ketakutan! ia teramat! Ia menutup mata, duduk seraya berteriak histeris. Sekencang-kencang yang ia bisa. "Ah!"

Jeritan Lina sangat mengerikan...

Daniel mendengarnya dan langsung berlari kencang ke dalam rumah. Nia, om Irfan dan tante Vellia menaiki tangga menuju kamarnya. Mereka membuka pintu, menghidupkan lampu.

Ada apa ini...

"Lina?" napas Daniel tertahan panik. Ia mendahului masuk.

Nia melarang orangtuanya mendekat. "Kurasa hanya mereka yang tahu."

Lina menyembunyikan wajah di balik kedua tangannya. Tetap berteriak.. teriak.. tak mau melihat apapun! tak mau membuka mata! tak mau tidur! ia mau pergi! ia sungguh takut.. entahlah bagaimana harus menjelaskan. Karena setiap tetes keringat dahinya mewakili ketakutannya.

LONELY SOUL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang