Beberapa saat kemudian...
Sebuah mobil hitam datang, Daniel keluar dan heran dengan kondisi yang sunyi senyap ini. Ia melihat Lina duduk di depan pintu tetangganya. "Lin?"
Lina terlihat menutupi wajahnya. Ia menangis tanpa suara, beban dalam hatinya tidak bisa tertampung.
"Ada apa? Kukira kau takkan pernah menyimpan nomorku." Ucap Daniel cemas. Ia membantunya berdiri. "Ada apa? Kenapa tempat ini sepi sekali?"
"Aku tak tahu harus minta tolong pada siapa lagi." kata Lina meneteskan air mata. "Seharusnya aku senang jika mati di tangannya tadi. Begitu bodohnya aku."
Daniel menggeleng. "Dia disini? Kemana orang-orang?"
"Aku tidak tahu." ucap Lina. "Aku ingin tahu ada apa ini, Dani.... Aku bingung. Aku ingin mengungkap rahasia ini dan selesailah sudah, aku ingin tahu apa maksudnya memanggilku Delilah! Apa hubungannya denganku?"
Daniel memegangi lengan gadis itu dengan lembut. "Lin?"
"Tidak!" kesal Lina takut disentuh olehnya. Ia melepaskan diri. Bahkan benci melihat bola mata lelaki itu. Ia tak berani untuk memandang. Hanya menunduk, menunduk dan menunduk. "Aku ingin mendapat jawabannya!"
Daniel menggeleng kesal. Ia memegangi dagu Lina dan memaksanya untuk menghadap kepadanya. "Lihat aku!"
Lina memalingkan wajah. "Kau tidak membantu."
Daniel melepaskannya. Ia mengambil sobekkan kertas dari saku celana jeansnya. Lalu memberikannya pada Lina. "Baca!"
JLN MAWAR NO. 2
Lina menatap Daniel.
"Sebenarnya kakekku berkata di tempat itulah jawabannya.. berawal di tempat itu. Jika saja ia sudah siuman aku ingin bertanya maksudnya itu." ujar Daniel.
"Benarkah?"
"Ya."
"Di sekitar jalan itu Sarah tewas, aku...." kata Lina terputus-putus. "Ya, dia benar, disini pasti rahasianya."
"Setahuku tidak ada apa-apa disana. Mungkin jika kesana tidak pada malam hari tidak akan jadi masalah." kata Daniel.
"Dia baru saja disini."
"Kau yakin ingin kesana? Memangnya apa yang akan kita dapatkan jika kesana?" tanya Daniel. "Aku akan mengantarmu jika itu membuatmu lebih baik."
"Mungkin itu yang terbaik."
"Kau yakin kita kesana, pasti pembunuh itu ada disana bukan? Lagipula banyak kasus orang hilang disana."
"Tapi pembunuh itu akan terus menghantuiku, Dani, aku benci itu." kata Lina mengamati sekitar. "Dan dimana orang-orang? Kau pikir apa hidupku tenang jika begini terus? Dimana om dan tante? Dimana Nia?" tertegun memikirkan kemungkinan terburuk. "Menurutmu pembunuh itu melakukan sesuatu yang buruk?"
Daniel menggeleng. "Ini sulit. Antara keinginan pembunuh itu dan kenyataan yang ada. Ini aneh, mustahil, aneh.."
"Maukah kau menemaniku ke tempat itu?"
"Kau yakin?"
Lina hanya mengangguk pelan.
"Baiklah, ayo..."
Lina tidak menjawab. Ia tertunduk lesu melangkahkan langkahnya ke mobil Daniel. "Aku tak mengerti.."
"Kita aneh bukan?" canda Daniel tersenyum mengikutinya.
"Kau aneh."
Daniel mengangguk.
Mereka saling membisu selama hampir setengah jam perjalanan.
Daniel terus memandangi Lina.
Lina merasa risih. "Kenapa kau selalu begitu?"
"Maaf." kata Daniel memandang jalan sepi kembali. "Ayo kita mencari jawaban. Kau sungguh yakin?"
"Tentu saja!"
"Perasaanku buruk."
"Setiap hari aku merasakannya." kata Lina menatap ponselnya. Tidak ada sinyal. kenapa? ia memandang ngeri sekeliling jalan sepi itu.
Di sekeliling mereka tumbuh pepohonan berdaun kecil yang subur. Daun-daunnya jatuh bertaburan di jalanan. Matahari hendak tenggelam, sedikit sinarnya mencerahkan.
Suasana benar-benar sunyi senyap. Tak ada kendaraan, nyamuk dimana-mana, tak ada bangunan berdiri.
Pohon-pohon melambaikan rantingnya. Jarak tiap pohon sangat dekat, beberapa dari mereka tumbang, sebagian ambruk di pinggir jalan.
Daniel hampir tertabrak dahan besar pohon tumbang. Ia berhenti mendadak dan konsentrasi kembali. "Benar-benar tidak diurus."
Lina mulai bergidik kala sudah semakin jauh di kawasan terlarang ini. Bulu romanya berdiri. Ia membelai tangannya untuk menundukkan bulu-bulunya. Sekitarnya tampak seperti tanah makam. "Aku heran kenapa tiba-tiba tidak ada sinyal?"
Daniel semakin dekat dengan objek aneh di seberang jalan. Akhirnya mobilnya berhenti tepat di hadapan rumah tua bertingkat. Ia mematikan mesin mobil.
Rumah itu.. tampilan luar sangat buruk hampir bobrok, halaman luas dikelilingi pepohonan ganas. Rumah itu bergaya Eropa kuno dengan dua pintu ukiran indah, tapi tetap sudah rusak. Beberapa kayu peyanggah telah berjatuhan. Akan tetapi sepertinya berdiri kokoh
"Rumah yang bagus." puji Daniel. "Seharusnya tempat ini dijadikan tempat wisata."
Mereka keluar.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY SOUL [END]
Mystery / ThrillerLina dihantui oleh arwah penasaran seorang laki-laki yang mati di masa lalu. Ia adalah arwah yang ingin membalas dendam kepada siapapun. Copyright Agustus 2020