3

111 19 2
                                    


'Bisa jadi hal yang menjengkelkan hari ini
membawamu pada hal yang tak kamu duga'
                           *G.A*

'Quenzha Azkiara'

Bulir bening jatuh dari langit dibarengi dengan hawa dingin. Suasana jalan tampak ramai oleh warna-warni pelindung tubuh berbentuk serupa jamur berjalan, tak ada rona cerah yang melukis langit pagi ini. Gemericik air menjadi musik pengantar langkah serta teman berbincang.

Aku berkali-kali menatap gawai, melirik angka dipojok kiri yang menunjukan 07:45. Baru kali ini aku merasa begitu gelisah karena takut dihukum guru, Kak Angga yang tak sempat mengantarku mengharuskan aku menaiki angkutan umum.

Sudah sekitar lima menit lebih aku menunggu tapi tak juga ada angkutan umum yang lewat.

Aku semakin gelisah, sampai akhirnya terlonjak kaget saat sebuah tangan mendarat dipundakku. Reflek aku memutar tangan itu.

"Aduhh sakit ... awww" aduhnya kesakitan, aku menengok lantas menghempaskan tangan itu kasar

"Galak temen koe Ra, persis preman pasar" ujarnya

"Apa kakak bilang? ulangi?!" aku menatapnya tajam

"Hehehe enggak Ra, kenapa sih? jutek amat"

"Mbuh! Lagian ngapain sih Kak Raka disini?" aku menjawab pertanyaannya dengan nada ketus

Yah, laki-laki dengan celana abu-abu serta hodie dengan dua warna berbeda yaitu bagian  kanan berwarna hitam dan bagian kiri berwarna merah itu bernama Raka Aditya Pratama.

Selisih umurnya denganku hanya satu tahun, dia bukan sekadar kakak kelas di sekolah tapi dia juga sahabatku karena aku mengenalnya sejak kecil.

"Nyamperin bidadari berotot kuat" ujarnya sambil nyengir kuda

Aku menghembuskan napas kasar, kembali melirik gawai, lima menit lagi pukul delapan.

"Ayok bareng" kak Raka menarik tanganku

"Apaan sih? Kakak mau ngapain?" tanyaku saat kak Raka melepas hodie yang dikenakannya

"Emang apa?! Gak usah mikir macem-macem, Ra" kak Raka menarik tanganku hingga tubuhku merapat kesebelahnya, dibentangkannya hodie diatas kepala kami

"Siap?"

"Hah?"

"Kamu bareng kakak, lagian udah telat kan." jawab kak Raka seolah mengerti kebingunganku, aku mengangguk, kak Raka menuntunku sampai pada sebuah mobil lamborghini warna merah.

Aku dan kak Raka memasuki mobil itu, lalu mobil melaju dengan cepat meninggalkan jejak-jejak yang segera terhapus guyuran hujan.

Aku berjalan tergesa-gesa menuju ruang kelas, sedangkan kak Raka sudah lebih dulu memasuki kelasnya karena letaknya di bagian bawah sedang kelasku berada paling atas setelah melewati beberapa tangga, setelah sampai aku justru terdiam di depan pintu dengan tulisan XI MIPA 1.

Terdengar suara guru menjelaskan tentang materi hukum archimedes, dengan ragu-ragu tanganku bergerak mengetuk pintu

Tok tok tok

Veril-Ara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang