Untuk melarang seseorang dengan kepala batu tidak selalu bisa menggunakan ucapan, terkadang ada kalanya kita perlu melarang dengan memberi contoh
_Quenzha Azkiara_
Aku memasuki rumah dengan langkah gontai, setelah lama tak pernah menangis kenapa hari ini aku menjatuhkan air mata? Bukankah aku sudah terbiasa mendengar caci maki? Tapi kenapa hanya sekadar bentakan dari seorang Veril aku lemah? Aku menggelengkan kepala berkali-kali berusaha mengusir perasaan resah yang entah darimana datangnya.
Aku bergegas masuk kedalam rumah, mengunci pintu lalu segera menuju kamar
Ceklek
Aku membuka pintu kamar, masih gelap. Aku melihat kearah sofa tampak bayangan seseorang tengah duduk disana dengan benda kecil menyala mengepulkan asap. Segera kucari letak saklar lampu.
Saat lampu menyala aku kaget melihat kak Raka tengah duduk dengan salah satu kaki di silangkan. Jemarinya memegang rokok yang masih menyala sesekali dihisapnya rokok itu.
"Baru pulang?" tanya kak Raka, matanya menatap tajam
"Ngapain disini?!" tanyaku tak kalah ketus
"Kamu itu cewek Ra, kamu nggak biasanya pulang malam gini apalagi sampai bolos sekolah" ujar kak Raka
"Iya iya Kak, bawel ah! Baru juga sekali. Udahlah aku mau mandi dulu" balasku, membuka lemari mengambil baju tidur tak lupa juga mengambil handuk di stainless kemudian berlalu kekamar mandi meninggalkan Kak Raka yang masih ngedumel.
Setelah belasan menit menyelesaikan ritual di kamar mandi aku keluar dengan mengenakan baju tidur, kulihat kak Raka masih setia duduk disofa, asbak sudah terisi beberapa puntung rokok tapi kak Raka belum juga berhenti menghisap benda seukuran jari kelingking itu. Padahal selama ini kak Raka tak pernah merokok kecuali saat sedang ada masalah, pun hanya sebatang tak sampai habis. Aku berjalan menghampirinya
"Kenapa?" tanyaku
"Apa?"
"Kenapa kakak ngerokok? Aku tahu benar bahwa kakak nggak suka rokok" ucapku padanya
"Terserah akulah! Mau ngerokok kek enggak kek bukan urusan kamu Ra!" jawabnya acuh
Aku berlalu keluar kamar, menuju dapur mengambil gelas dan botol berisi cairan tidak berwarna yang mudah menguap dan mudah terbakar.
"Ngapain kamu?!" tanya kak Raka terdengar membentak
"Terserah akulah" jawabku menuang air dari botol kedalam gelas
"Jangan bilang kamu mau minum! Ra, kamu itu alergi alkohol!" seru kak Raka
"Loh loh loh masalahnya dimana? Ini alkohol milik Ara, beli juga pakai uang Ara. Kenapa kakak larang-larang? Kakak itu lucu ... wong kakak ngerokok Ara yo ndak ngelarang kok sekarang kakak ngelarang Ara" ujarku bersiap meminum alkohol dalam gelas
Prangggg
Gelas ditanganku jatuh, pecah berkeping-keping karena tiba-tiba ditampik tangan kak Raka. Aku tersenyum kecil melihatnya marah.
Kak Raka berbalik kembali menuju sofa, diambilnya bungkus rokok lalu dilemparnya ketempat sampah.
"Loh kok dibuak ning tempat sampah? Ah gampang dijupuk meneh tah" kak Raka mendengus mendengar ucapanku. Aku tersenyum geli ketika Ia memungut kembali rokok dari tempat sampah, berjalan menuju meja belajarku, membuka laci dan mengorek-orek isinya mencari sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Veril-Ara
Teen FictionFausta Averil "Gadis Bodoh! Kamu harusnya tetap beku! Harusnya kamu tidak pernah membuka hati! Harusnya kamu tetap jadi singa betina yang setiap saat marah ketika aku jaili! Quenzha Azkiara "Brengsek! Salahkan sikapmu yang plin plan! Jangan hati ora...