13

54 8 0
                                    

Kedatangan orang baru atau pun orang lama selalu punya pengaruh dalam kehidupan seseorang sekecil apapun itu

_Quenzha Azkiara_

"Ara?" suara seorang laki-laki refleks membuatku menoleh diikuti kak Veril

"Hei! Ara kan?" laki-laki itu menggerakan telapak tangan, membangunkanku dari lamunan

"Eh iya" Aku tersenyum canggung, aku memang tidak pernah lagi ingin bertemu dengan laki-laki didepanku ini, tapi ... ternyata takdir yang menyerupa kebetulan tidak sesuai keinginanku. Ada rasa malu ketika menatapnya lagi ... walau tidak juga bisa kutampik bahwa ada rasa senang yang menyeruak dalam hati.

"Kamu kesini sama siapa? Sendiri?" tanyanya, membuat orang yang duduk diseberang ku berdehem kencang

"Ehh eeee itu Kak, Ara kesini sama___"

"Pacar" ucap Kak Veril memotong kalimatku. Aku melotot padanya tapi hanya diabaikan saja.

"Oo cuma pacar" tukas laki-laki didepanku setelah melirik Kak Veril sekilas

"Maksud lo? Lagian siapa sih lo?!" tanya Kak Veril ketus

"Kenalin gue Gio, orang yang pernah pacar lo cinta. Eh ... Gue nggak yakin sih kalo cuma pernah, mungkin aja masih cinta. Iya kan Ra?" Kak Gio mengulurkan tangan kepada Kak Veril, namun ekor matanya melirikku, aku hanya tertunduk, ada luka yang menganga dalam hati ketika Kak Gio kembali mengorek sesuatu yang sudah kupendam dalam.

"Gue Veril!. Hahaha ... masih siang jadi lo jangan mimpi bro! Lo cuma pernah! dan akan terus jadi pernah!" jawab Kak Veril tanpa menyambut tangan Kak Gio yang terulur

"Pengaruh dari kedatangan orang lama atau pun orang baru siapa yang tahu? Yang datang selalu punya pengaruh dalam kehidupan seseorang Veril" kata Kak Gio sedikit menyunggingkan senyum, kembali menarik tangan karena tak tersambut, memasukannya dalam saku celana.

"Dan gue nggak akan biarin lo jadi pengaruh dihubungan gue!" ucap Kak Veril tegas, Ia kemudian melangkah pergi entah kemana, aku hendak menyusulnya namun tangan Kak Gio lebih dulu mencegahku, aku mengerutkan kening bingung.

"Ra ... Gawai lo mana?" tanya Kak Gio

"Hah? Buat apa kak?"

"Udah cepetan mana?" tanyanya lagi, aku mengeluarkan gawai dari tas, tiba-tiba Kak Gio merebutnya, jemari Kak Gio dengan lincah menari diatas layar.

"Nih, nanti gue telfon" ucap Kak Gio mengembalikkan gawaiku seraya mengerlingkan mata, lalu pergi.

"Udahkan? Ayok pulang!" ucap kak Veril yang entah sejak kapan sudah berdiri didekat pintu kafe, Ia berjalan lebih dulu meninggalkanku

"Loh? Emang udah dibayar makanannya?" tanyaku, Kak Veril menghentikan langkah latas berbalik menatapku

"Udah!" ketusnya kembali mengayunkan kaki

"Ihhh mulut cabe tunggu!" teriakku berlari berusaha mensejajarkan langkah dengannya

Brukk

"Awww!" ringisku karena menubruk punggung Kak Veril yang tiba-tiba menghentikan langkah. Aku mengusap-usap kening dengan mulut terus menggerutu.

"Bandel! Tunggu disini! Aku keluarin motor dulu dari parkiran" kak Veril berucap tanpa menatapku

Setelah itu, akhirnya kembali aku membonceng motor kak Veril, motor yang kami kendarai melaju kencang membelah jalan raya,Kak Veril mengemudi dengan kecepatan tinggi, aku takut, ingin protes tapi ragu karena daritadi Kak Veril hanya diam saja. Membuat kepalaku semakin pusing karena seperti dijejali banyak pertanyaan.

Veril-Ara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang