21

46 7 3
                                    

Perasaan cinta itu layaknya air mengalir
Semakin keras berusaha menampungnya maka semakin banyak wadah yang dibutuhkan
Tapi, tidak akan pernah ada kata cukup
Sebab cinta dan air punya muara masing-masing untuk berhenti berlanjut.
                                      _A.R_

_FAUSTA AVERIL_

"Brengsek!" umpatku sembelum akhirnya memutuskan panggilan

Aku mengacak rambut kasar, menyisir meja dengan tangan hingga barang-barang diatasnya berjatuhan

"Woyyy tenang bro tenang, jangan segala barang lo rusakin" ucap  Bayu

"Ada apa?" tanya Chandra

"Sejak kapan si Kerak dekat sama Ara?" tanyaku menatap mereka bertiga, mereka tampak saling pandang

"Raka?" tanya Chandra membenarkan ucapanku, aku mengangguk

"Cieilaaahhh Raka itu ibarat baju kali kalo disandingin sama Ara, tu anak meskipun keliatannya amburadul tapi kalo udah masalah si Ara huluhhh jangan ditanya" ucap Bayu membuatku bingung

"Maksud lo?" tanyaku pada Bayu

"Awal masuk SMA Raka udah sama Ara dan Raka itu orang yang bakal lakuin segala cara buat Ara, sejauh yang gue tau ni ya ... dia orang yang nggak akan biarin Ara luka meskipun setitik, iya kan Gay?" tanya Bayu meminta persetujuan, Gavin hanya tersenyum tanpa membuka suara

Aku melengos, beralih mengambil jaket diatas sofa lantas memakainya

"Mau kemana lo?" tanya Bayu ketika aku hendak melangkah pergi

"Kerumah tu cewek singa!" jawabku, Bayu mengangguk membuatku kembali melangkah pergi

"Veril?" panggil Bayu membuatku menghentikan langkah untuk kedua kali

"Apa?" ketusku pada Bayu

"Ck! udah gobl*k emang lo, nih kunci motor ketinggalan. Lo mau jalan kaki?" umpat Bayu menunjukan kunci, membuat Gavin dan Chandra sontak tertawa. Aku menangkap kunci yang dilemparkan Bayu lantas bergegas meninggalkan mereka bertiga di apartemen
****

Aku mengetuk pintu berkali-kali, tak ada sahutan ataupun tanda-tanda pintu akan dibuka. Aku mendorong pintu perlahan

"Tidak dikunci?" gumamku heran, aku memutuskan memasuki rumah Ara, beberapa langkah memasuki rumah aku mendengar suara canda tawa dari ruangan yang kuketahui ruang tamu.

"Ekhemm!" suara dehemanku membuat dua orang yang tampak tengah saling tatap terkaget. Ara berdiri dari duduknya setelah mendorong laki-laki yang baru saja merangkul bahunya

"Kak Veril, kok bisa disini?" tanya Ara

"Kenapa nggak bisa? tu Kerak juga disini" jawabku menggerakkan dagu menunjuk keberadaan Raka yang tampak begitu santai.

"Huh! Wes lah karepmu!" ucap Ara ketus

"Duduk Kak, biar Ara ambilin minum" sambungnya menyuruhku duduk aku mengangguk lantas mendudukan bokong di sofa lain yang bersebelahan dengan Raka, Ara berjalan menuju dapur meninggalkan aku bersama Raka.

"Suka pacar orang boleh, jadi PHO jangan" ucapku berusaha menyindir, namun tak dihiraukan Raka, laki-laki itu lebih fokus pada gawainya

"Diminum Kak," ucap Ara yang baru kembali dari dapur, ia meletakkan segelas air putih diatas meja

Veril-Ara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang