Kamu tahu bukan? Kalau yang namanya tamu itu nggak boleh lama-lama
Ribet kalau sampai baper_Quenzha Azkiara_
Tok tok tok
Tok tok tokAku langsung menegakkan tubuh saat suara ketukan terdengar dari jendela yang terhubung dengan balkon kamar
"Siapa?"
"Gue! Cepet buka!" suara berat seorang laki-laki yang begitu kukenal terdengar, aku beranjak dari kasur, membuka pintu balkon, dan benar saja seorang laki-laki dengan senyum manis tengah duduk santai pada teralis dengan satu kaki dilantai dan kaki satunya lagi menggantung.
"Kak Rakaaa! Kenapa nggak lewat pintu sih! Kaya maling tahu nggak!" protesku menghampirinya, Kak Raka mengedikkan bahu acuh. Setelah aku berdiri tepat disebelahnya aku melihat kebawah, benar dugaanku Kak Raka masuk kekamarku dengan memanjat pohon mangga terlebih dahulu, ranting besar yang menjorok kearah balkon kamarku semakin memudahkan aksi Kak Raka. Bagaimana aku tahu? tentu saja karena tidak adanya tangga dibawah sana. Mana mungkin kan kalau melompat? Ayolah, ini cukup tinggi, jika aku jatuh dari sini saja bisa membuatku sampai berminggu-minggu berada dirumah sakit.
"Apa?!" tanya kak Raka ketus ketika mendapati aku menatapnya tajam
"Kak Raka bisa nggak sih nggak bikin ulah?! Ini rumah ada pintu kak! Lagian ngapain coba kak Raka dateng malam-malam? Nyari kak Angga? Kan belum pulang ishh lag___"
"Hussttt ... Napas dulu Ra, napas" aku mengerucutkan bibir setelah menepis jari telunjuk kak Raka yang tadi mendarat lembut dibibirku, guna menghentikan ocehan.
"Yaudah kak Raka mau ngap___ ishhh tunggu! Jangan masuk kamar Ara!" aku menghembuskan napas kasar, percuma saja berdebat dengannya. Berteriak diabaikan, diam disuruh bersuara lantang, sudahlah! tak mengerti aku dengan sikapnya yang seperti bunglon itu.
Aku menyusul kak Raka, kulihat Kak Raka berjalan menuju meja belajarku, tangannya mengambil sebuah buku, aku melotot melihat buku bersampul merah yang belum sempat disimpan ketempat seharusnya. Aku menghampiri Kak Raka berniat merebut buku tersebut namun tangan kak Raka bergerak lincah menghindari pergerakanku.
"Kenapa?" tanya Kak Raka
"Kenapa kamu bohong Ra? Buku ini tidak kamu buang? Kenapa?" sambungnya lagi memperjelas apa yang ditanyakan. Aku menunduk, bingung ingin menjawab 'bagaimana?', tidak mungkin juga aku beralasan.
"Kiara?" tangan kak Raka bergerak mengangkat daguku, membuat mataku dan matanya bertemu. Aku tahu benar jika Kak Raka sudah memanggilku lengkap begini pasti tidak akan baik-baik saja.
"Kiara jawab?!" tanya kak Raka dengan suara meninggi
"Maaf," cicitku
"Bukan, bukan maaf Ra. Tapi kenapa?" tanyanya
"Ara hanya ingin menyimpannya, Ara baik-baik saja, Kak. Bukankah ini hanya tentang penerimaan? Kalau Ara tidak bisa menerima rasa sakit dimasa lalu bagaimana Ara bisa melanjutkan hari ini dan esok yang semoga sampai?" ujarku menatap manik mata kak Raka
"Dimana buku satunya lagi?"
"Kak bu___"
"Dimama Ra?!" tanya kak Raka dengan suara tegas
"Kakak kenapa sih jadi kaya kak Angga?! Ara baik-baik aja! Buku itu nggak tau kemana Ara juga sedang mencarinya!" ujarku sedikit berteriak. Sungguh rasanya kesal sekali, aku memang benci mengingat kenangan menyakitkan dulu tapi aku jauh lebih benci pada diri sendiri yang harus mendapat tatapan kasihan dari orang-orang disekitar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Veril-Ara
Teen FictionFausta Averil "Gadis Bodoh! Kamu harusnya tetap beku! Harusnya kamu tidak pernah membuka hati! Harusnya kamu tetap jadi singa betina yang setiap saat marah ketika aku jaili! Quenzha Azkiara "Brengsek! Salahkan sikapmu yang plin plan! Jangan hati ora...