Yang tertusuk duri jarimu, kenapa yang berdenyut nyeri hatiku?
Sivel berdiri dengan tatapan tidak percaya, melihat apa yang ada di hadapannya. Sekitar lima belas atau dua puluh bunga mawar merah ditata dengan sangat cantik di kaca depan lalu dijepit pada wiper mobilnya, disertai ucapan 'Will you be my boyfriend? I love you to the moon and back'.
Dengan geram Sivel melangkahkan kakinya, mencabuti semua mawar merah yang tertata apik di sana. Tanpa perlu bertanya kepada seluruh sekolah, Sivel tahu siapa pelakunya. Gadis gila, yang sangat ingin dimusnahkannya.
"Waaaahhhh bagus, Vel," ucap Niken kagum. Tak melihat raut wajah Sivel yang memerah karena memendam emosi yang bergejolak. Melihat Sivel yang mencabut bunga tersebut dengan kasar dan hendak membuangnya, dengan cepat Niken meraih bunga mawar tersebut. "Eh, eh, jangan dibuang. Kan sayang, bunga cantik gini dibuang, Vel. Mending buat gue, lumayan buat hias warung emak," ucap Niken dengan senyum selebar daun bayam. Tanpa ada rasa berdosa sedikitpun.
"Ken, kembalikan." Tangan Sivel terulur memintanya.
"Nggak!"
"Ken." Kesabaran Sivel hampir habis.
"Vel, buat gue aja ya?"
"Ken, siniin nggak!" geram Sivel. Dirinya sudah meminta baik-baik pada Niken, tapi cewek itu malah membuat rumit dan sekarang berlari.
"Nggak. Sayang, Vel. Bunganya bagus."
Mengejar Niken yang berlari mengitari mobilnya, membuat Sivel makin geram. "Gue bisa beliin lo bunga mawar yang lebih bagus dan lebih banyak, Ken! Siniin, nggak!"
"Nggak."
"Niken!" Dibentak seperti itu membuat Niken berhenti, takut. Itu artinya Sivel tidak bercanda dengan amarahnya. Segera Niken berhenti, menunduk berdiri dengan tangan menggenggam bunga mawar. "Mana?" Sivel menyodorkan tangannya, meminta Niken memberikan bunga itu, tapi Niken bergeming.
"Tapi ...."
"Ken, jangan buat gue marah."
"Bunganya bagus, Vel."
"Ken, please jangan buat gue memaksa ataupun bersikap kasar sama lo." Sivel meraih bunga yang kini disembunyikan Niken di punggungnya.
"Gue masukin tas aja, biar dia nggak tahu," cicit Niken yang masih bisa didengar Sivel.
Meraup wajahnya kasar, Sivel berkata, "Ken, lo tahu kan, kalo misalnya gue nggak buang itu bunga, dia makin berharap sama gue. Sedangkan gue nggak ada perasaan sama sekali ke dia. Gue juga risih dikejar-kejar kek gini, Ken. Gue harap dengan buang bunga itu dia tahu kalo gue nggak feel liat dia."
Mengembuskan napasnya, Niken menyodorkan bunga itu pada Sivel sebelum amarah cowok di depannya meledak mencapai ubun-ubun. Dengan cepat Sivel menariknya dan membuang ke tanah yang kemudian diinjak-injak penuh emosi. Tanpa disadari Sivel, gerakannya tadi membuat jari Niken berdarah karena tergores duri mawar cantik tersebut. Kecil sih, tapi panjang dan banyak.
Jika Sivel sibuk menghancurkan mawar itu dengan kakinya, maka Niken sibuk menghisap darah yang keluar dari jarinya. Perlahan menjauh dengan berjalan mundur dan kepala yang menunduk, Niken berniat pulang secepatnya, karena tak ingin Sivel tahu kesalahan yang dibuatnya. Dirinya tak ingin Sivel terus merutuki sikap dan keteledorannya.
Baru Lima langkah Niken menjauh, Sivel sudah memanggilnya. "Udah hancur tuh bunga, yuk pulang." Sivel mendongakkan kepalanya, mengajak Niken berbicara. Namun seolah tuli Niken terus berjalan. Dengan berlari kecil, Sivel mengejarnya. "Puas gue. Udah rusak tuh bunga. Ken ... Niken?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Nyanyian Rindu
Teen Fiction{ Estrella projects } "Lo ... suka sama Vista?" "Nggak." "Lalu kenapa lo pacaran sama dia?" "Karena pengen jauh dari lo."