Perasaan itu hilang bersama dirinya yang kekal di alam sana
"kalau kalian tetap melanjutkan hubungan itu, kalian akan melihat jasadku!!!" ancam Sarah. Pisau sudah melekat di urat nadinya, tinggal menggeser maka darah akan keluar.
"Sarah, jangan nekat. Kita kan sahabat." Niken mendekat perlahan meski ketakutan menyelimuti. Sarah sahabatnya, dan dia tidak mau kehilangan itu.
"Cih!! Sahabat katamu? Lo tega ambil Rafa dari gue Niken!" Emosi menguasai Sarah. Matanya menatap tajam penuh kebencian. Entah kemana rasa sayang Sarah dahulu.
"Gue nggak tahu kalo lo suka dia, Sar. Lo nggak pernah cerita!" Pipi Niken sudah basah karena air matanya sendiri. Kebahagiaan belum satu jam ia dapat, dan kini langsung dihadapkan pada kenyataan pahit.
"Cewek pembohong!! Lo nggak tahu, tapi lo terima cintanya! Bullshit."
"Sar, ini semua bisa dibicarakan baik-baik. Nggak usah kayak gini." Rafa maju selangkah demi selangkah. Berniat meraih tangan Sarah.
"Lo tahu, Raf, kalo gue suka lo! Tapi kenapa lo malah pilih dia? Orang baru di kehidupan kita?!?!"
"Sar, lo tau kalo gue nggak bisa suka sama lo karena gue udah anggap lo kek saudara," jelas Rafa, yang ikutan mulai kacau.
"Nggak! Gue tau lo suka gue. Cuman cewek ini datang dan mengubah perasaan lo. Jadi, kalo cewek ini gue singkirin, lo akan jadi milik gue selamanya, Raf," ucap Sarah dengan tertawa jahat. Dia berlari ke arah Niken, mengalungkan pisaunya di leher Niken dan berjalan perlahan ke tepian roof top.
"Ss ... Sar, gue mohon jangan nekat." Rafa berjalan mendekati keduanya, pikirannya semakin kacau melihat Sarah membawa pisau yang kini tinggal beberapa sentimeter dengan urat nadi Niken.
" Lo akan mati cewek si***n. Berbahagialah di alammu sana." Tawa menggema di telinga ketiganya dan membuat bulu Niken semakin tegak berdiri.
"Sar, please lepasin. Gue akan lepasin Rafa," ucap Niken dengan tangis. Sungguh, dirinya tak mau mati muda. Masih banyak cita cita yang belum dia raih.
"Nggak, Niken! Kamu udah terima cintaku. Aku nggak mau putus sama kamu. Kita bisa bicarakan ini baik-baik," tolak Rafa dengan emosi. Dirinya sangat mencintai Niken, dan beberapa menit yang lalu Niken menerimanya menjadi kekasih. Jadi, tidak mungkin Rafa melepaskan Niken dengan mudah.
"Pilih gue atau Niken?" tanya Sarah dengan senyum miring.
"Sar, kita akan tetap sahabat. Gue akan selalu ada saat lo butuh,"
"Gue atau Niken?"
"Gue akan putusin Rafa buat lo, Sar. Gue mohon lepasin gue." Tangis ketakutan tidak bisa dipendam Niken.
"Ken ... aku cinta kamu, dan dia sahabat aku. Hubungan kita jelas, tidak rumit," jelas Rafa pada Niken yang membuat Sarah semakin sakit hati.
Tanpa disadari keduanya, Sarah berjalan mendekati tepi roof top. "Jika aku tidak bisa memiliki kamu, Raf, maka tidak akan ada yang bisa memilikimu juga."
Sarah memeluk Niken lalu menghempaskan dirinya ke bawah. Keduanya melayang, membuat tangis dan jerit Niken keluar bersamaan. Mencoba melepaskan pelukan Sarah dari dirinya. "Kita akan bahagia, Niken," bisik Sarah tepat sebelum keduanya menyentuh tanah lapangan yang keras dan luas.
"Hahh ... hahh ... hahh." Niken bangun dan langsung duduk. Napasnya memburu, seperti habis berlari mengelilingi kota. Sekujur tubuhnya basah oleh keringat. Wajahnya pucat pasi, seperti bertemu hantu. Badannya dingin. Pandangannya menyiratkan ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyanyian Rindu
Jugendliteratur{ Estrella projects } "Lo ... suka sama Vista?" "Nggak." "Lalu kenapa lo pacaran sama dia?" "Karena pengen jauh dari lo."