Sembilan belas

5 2 0
                                    

Keputusan terbodoh ku adalah melepasmu lalu berharap kau kembali.



"kalau nilai kamu besok sepuluh, aku kasih hadiah," ucap Nando santai dengan kedua tangan masuk saku. Kini keduanya berjalan beriringan memasuki kelas.

"Beneran?!?!?" tanya Niken antusias. Bahkan dirinya belum benar saat menembak, tapi kalau dapat hadiah ... okelah dirinya akan berusaha keras. "Apa hadiahnya?"

"Apapun yang kamu mau."

"Nggak boleh ingkar. Kalau ingkar gue kempesin ban mobil lo," ancam Niken yang sangat tidak menakutkan bagi Nando. Mendengar itu Nando mendecih dan menggelengkan kepalanya. Ternyata gadis di depannya ini lucu dan menggemaskan. Pandai bergaul dan membawa diri. Kekanakan pula.

"Harus sepuluh." Nando mencubit hidung Niken, tak peduli ringisan sang empunya.

"Oke. Siapa takut!" Tantang Niken menghempaskan jari Nando, lalu meletakkan kedua tangan di pinggang.

"Deal." Nando memberikan jari kelingkingnya untuk disambut Niken.

Saat jari keduanya bertemu, tepuk tangan bergemuruh di dalam kelas. Keduanya tak sadar ternyata dari tadi menjadi pusat perhatian seluruh murid. Nando menghadap ke temannya dan berkata, "kalian saksinya. Kalau Niken curang dan dia tidak dapat sepuluh, maka dia mentraktir kita semua."

"Horeeee."
"Yes yes yes."
"Semoga Niken kalah biar bisa makan gratis."
"Nando the best."
"Makan gratis, makan gratis, makan gratis."

Niken melongo dengan ucapan Nando. Bagaimana tidak melongo, teman-temannya akan sangat serakah kala mendengar dua kata yakni traktiran dan gratis. Jangankan temannya, dirinya juga. Huh. Niken mencebik lalu menghentakkan kaki kesal dan mendaratkan dirinya di kursi dengan kasar. Melirik tajam Nando dan hanya dibalas dengan senyum manis.

"Uuuhhh Nando ganteng banget, ya. Udah cakep, baik hati pula. Jadi pengen menua bersama," ucap Yunita meletakkan kepalanya di meja dengan senyum lebar. Padahal dulu Nando itu cowok yang dingin dengan tatapan setajam silet, tapi sekarang selembut selimut Yunita di kamarnya.

Niken hanya bisa menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Yunita. Perubahan Nando yang signifikan membuat Niken juga aneh. Bahkan dirinya kini nyaman berada di dekat cowok itu. Padahal dulu Niken ogah dekat dengannya, menjaga jarak tepatnya. Nando lah yang kini menghiasi hari dan selalu menjaganya. Namun, ada ketakutan yang tiba-tiba muncul. Takut kalau Nando akan sama seperti Sivel. Lalu dirinya hanyalah tempat singgah.

Mengeluarkan karbondioksida yang tiba-tiba menyesakkan dada, Niken melihat Sivel dari ujung matanya. Ada kerinduan yang tak terobati. Ada rasa ingin memiliki. Ingin bersamanya selalu. Tak ingin ada jarak. Apa Sivel bisa merasakannya? Atau benar-benar melupakannya?

Dirinya dan Sivel terlalu sibuk dengan hati dan pemikiran masing-masing. Lupa kalau hati masih merindu, masih menyayangi dan selalu ingin bersama.

Lagipula Sivel sudah bahagia dengan pilihannya. Vista si adik kelas yang sangat memujanya. Mencintai dengan sepenuh hati dan berjuang tanpa lelah. Cantik, kaya dan penuh perhatian. Dibandingkan dengan Vista, dirinya tidak ada apa-apa. Hanya cewek egois, pengecut dan munafik.

✨✨✨

"Kenapa kamu nggak jemput aku ke kelas, Sayang? Aku nungguin tau." Vista mengoceh panjang lebar ketika tak mendapati Sivel di depan kelasnya. Malah Sivel berjalan ke parkiran tanpa dirinya. Segera Vista berlari kecil mengejar langkah kaki Sivel dan berhasil menyamainya. "Kamu kenapa?"

Sivel membuka kunci mobil dan duduk di kursi kemudi disusul oleh Vista. Segera Vista menghadap Sivel, meraih wajah pacarnya itu. "Kamu kenapa?"

Melepas telapak tangan Vista kemudian menyalakan mesin, "bukan urusan lo."

"Vel, kita pacaran udah sebulan, bisa nggak sih lembut dikit ke aku?"

"Gue masih kakak kelas lo jadi, jaga sopan santun lo."

"Please lihat aku sekali saja."

"Nggak usah ngelunjak."

Vista menundukkan kepalanya. Memang benar dirinya mencintai Sivel, tapi kalau diperlakukan kasar seperti ini terus dia juga bisa nangis. Saat Vista mengangkat matanya, dia menemukan pemandangan yang membuat senyum terukir di sudut bibirnya.

"Eh, itu kan Kak Niken sama Kak Nando. Kok mereka rangkul rangkulan sih," ucap Vista heboh yang disengaja. Matanya melirik Sivel dengan licik.

Benar saja, mendengar ucapan Vista, Sivel langsung mengedarkan penglihatannya, mencari dua manusia yang dimaksud. Di hadapannya terlihat Nando merangkul pundak Niken. Tak terlihat Niken risih atau berniat menyingkirkan tangan Nando, malah mereka tertawa bersama.

Sakit hati Sivel. Seperti ditikam dengan pedang panjang, lurus dan tembus hingga kebelakang. Apa semudah itu Niken membuangnya? Apa memang nama Sivel sudah hilang tak berbekas? Atau selama ini memang tak pernah ada namanya?

Tak menyia-nyiakan kesempatan, Vista langsung bicara panjang lebar. "Waoooww ... hebat banget ya, Kak Niken. Baru saja putus sama Kak Sivel eh, udah mesra mesraan sama cowok lain. Gitu katanya cinta mati.

Kak Niken pakai susuk apa ya? Kok laris banget. Mana incarannya cowok top semua lagi. Paling mereka semua cuman diporotin hartanya doang. Emang dasar cewek gatel. Jalang."

"Stop Vista."

"Kakak masih belain dia? Move on Kak, dia aja udah dapat pengganti, masa kakak masih stuck. Dia udah lupain kakak. Bahkan sekarang dia terlihat mesra banget. Apa kakak nggak lihat? Buka mata kakak. Dia itu jalang, cewek gatel, munafik."

"Stop!"

"Ayolah Kak, banyak cewek baik-baik di sekolah ini, aku contohnya. Yang mencintai kakak setulus hati dan menerima apa adanya. Sedangkan Kak Niken, lihat dia udah jalan sama siapa aja? Kemarin Kak Sivel, sekarang Kak Nando mungkin besok ketua OSIS kita atau anak kepala sekolah."

"Apa maksudmu?" sengit Sivel. Meskipun dia sudah jauh dari Niken bukan berarti dia bisa menerima kala ada yang menghinanya. Lagipula dia tahu betul bagaimana Niken. "Gue lebih tau siapa Niken. Jadi, jaga bicara lo kalau masih mau duduk disini."

"Kak!! Apa sih yang Kakak banggain dari dia? Cewek gatal, jalang, egois dan munafik seperti dia nggak pantas dibela, Kak. Seharusnya dia udah Kakak buang ke tempat sampah dan jangan dipungut."

"Jaga bicaramu!"

"Lihat dia! Dia sudah nyaman dengan Kak Nando itu artinya dia sudah melupakan Kakak dan digantikan dengan Kak Nando. Bahkan mungkin memori tentang Kakak sudah dibuang di tempat sampah. Cih, cewek sok suci seperti dia nggak pantas mendapatkan hati setulus kalian."

"Keluar."

"Kak!"

"Keluar gue bilang!" teriak Sivel. Emosinya sudah di pucuk rambut. Dan ucapan Vista malah memperparah emosinya.

"Aku pacar Kakak."

"Keluar kalau lo masih mau jadi pacar gue."

"Oke, aku akan turuti permintaan Kakak, tapi Please lupakan Kak Niken," ucap Vista sendu.

"Turun sekarang dan tutup pintunya."

"Aku mencintaimu, Kak."

Nyanyian RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang