FOURTEEN

86 16 0
                                    

Selamat membaca

Pagi pagi buta, Jimin sudah keluar dari dorm. Mencari udara segar dan menuruti langlah kakinya yang diperintah langsung oleh hatinya.

Tubuhnya lemas. Itu karena beban pikiran, hati serta pekerjaannya yang menumpuk jadi satu.

Udara dingin merasuk. Menciptakan sensasi tersendiri pada tubuh Jimin.

" hidup itu indah bukan? " tanya Haneul yang berdiri tepat di sampingnya.

Entah apa yang membuat Haneul mengiyakan ajakan Jimin. Untuk pergi sepagi ini.

Bagaimana pun juga, rasa bersalahnya masih ada. Ditambah melihat keadaan luka di hati Jimin yang belum kunjung membaik.

Tak ada yang bisa Namja itu lakukan. Selain menemaninya dan mencoba untuk menghibur sepupunya.

" kau masih mau terdiam? " tanya Jimin.

Haneul menoleh. Bingung, sejak tadi dirinya sudah berkicau ria. Bercerita beberapa pengalamannya dalam minggu ini.

Bukannya itu jauh dari kata 'diam'? Apa Jimin tak mendengar sama sekali yang Haneul ucapkan?

" Annii, kau masih mau menyembunyikan segalanya dariku Haneul-ah? " sorot mata Jimin menandakan bahwa dirinya serius.

Nafas Haneul tersekat seketika. Mendapati tatapan mematikan serta raut wajah tak bersahabat dari Jimin.

Sontak ia mundur beberapa langkah. Memberikan jarak di antara mereka.

Jimin masih terus menatapnya. Lalu apa yang Haneul lakukan? Namja itu masih glagapan.

" apa 7 tahun tak cukup untukmu menyembunyikannya? " nada dingin Jimin mencekam.

Haneul diam seribu bahasa. Tangannya bergetar ringan. Tak biasanya Jimin menatapnya dengan begitu menakutkan seperti ini.

Hawa dingin merasuk. Membuat mata Haneul terasa perih. Cepat cepat namja itu menjangkau matanya dan melepas pandangannya dari Jimin.

" apa yang kau maksud Jimin-ah? " tanya Haneul seraya mengusap matanya yang perih.

Jimin terkekeh. Jelas ia merasa dirinya dipermainkan. Ia sangat kecewa. Hanya itulah respon yang Jimin bisa lakukan.

Rasa bersalah Haneul semakin menjadi jadi. Bagaimana pun, Jimin adalah sepupunya.

Akan tetapi dirinya sendiri mengemban janji dengan Sinb. Teman semasa kecilnya, sahabatnya. Dan Haneul harus memilih.

Sahabat yang memiliki masalah serius sepanjang hidupnya. Atau sepupunya yang sedang patah hati selama bertahun tahun.

" kau pasti tahu. Aku hanya ingin tahu yang sebenarnya " ujar Jimin.

" yeoja itu membencimu Jimin-ah " sahut Haneul cepat.

" kenapa? " Jimin membentak.

Kali ini Haneul tak ragu menatap sorot mata Jimin yang mulai meredam emosi.

Dirinya tak mampu menahan lagi. Ia marah, kenapa Jimin masih saja penasaran dengan hal itu.

Between Our SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang