Rintik hujan menemani perjalanan pulang seorang perempuan manis itu. Y/n menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi bus. Pandangannya tertuju kearah luar bus, dimana menampakkan orang-orang yang lalu-lalang.
Tak lama ada seseorang duduk di sampingnya, sontak perempuan itu menoleh dengan wajah polosnya. Seseorang itu tersenyum seraya mengelus surai panjang y/n yang tergerai.
"Lo sengaja ya, ninggalin gue?" tanya seseorang itu sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Bukannya menjawab pertanyaan orang itu, y/n malah balik bertanya, "apaan sih, kenapa naik bus ini?"
"Gak ada yang ngelarang juga, gue naik bus ini. Lagian gue mau sekalian ke rumah si Zeyu, jangan GeEr gue naik bus yang sama kayak lo!" jawab Xinlong dengan tatapan sinisnya.
Y/n memutar bola matanya malas, ayolah dia sudah cukup malu untuk hal tadi. Jangan sampai dia mengatakan hal aneh lagi untuk kedua kalinya.
"Lo ngapain duduk di sini? Inget kita gak saling kenal, cari tempat duduk lain!" titah y/n sambil mendorong Xinlong dari kursi bus itu.
"Ck, lo gak liat udah penuh cuman ini doang yang kosong, mening lo diem dari pada suara cempreng lo ngeganggu penumpang bus yang lain!" jawab Xinlong sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Y/n mendengus kesal, dengan segera dia berpura-pura untuk tidur. Ayolah dari pada mendengarkan omongan Xinlong yang tak berarti, lebih baik dia tidur.
Xinlong berdecak pelan, dapat terlihat sudut bibirnya terangkat dengan sempurna. Dia tersenyum dengan manisnya, hanya karena melihat wajah cantik seorang perempuan yang tengah tertidur itu.
"Tidur yang nyenyak ubab," ucap Xinlong seraya menyandarkan kepala y/n dipundaknya. "Andai aja masalah gue sama bokap gak terjadi, gue harap kita masih bersama kayak dulu. Walau terkadang ada pertengkaran kecil antara kita."
"I love you," ucap Xinlong pelan.
Tangan Xinlong mengelus surai panjang milik y/n dengan lembut. Lelaki itu berandai jika dirinya akan tetap seperti ini hingga maut memisahkan, bahkan Xinlong berharap untuk disatukan kembali di surga nanti.
Cup
Satu kecupan mendarat di pipi mulus milik y/n, sang empu yang berpura-pura tertidur langsung membuka matanya. Perempuan itu melotot dengan pipi yang sudah bersemu merah.
"Loh lo gak tidur?" tanya Xinlong yang sama terkejutnya dengan y/n.
"Emangnya kata siapa gue tidur, orang gue cuman merem doang," jawab y/n dengan jujur.
"Jadi tadi lo denger semuanya," tanya Xinlong yang langsung dijawab anggukan dari y/n. Lelaki itu mengacak rambutnya, dia mulai merasa gila dan jangan lupakan pipinya yang sudah memerah itu.
Y/n terkekeh kecil dengan segera dia mendekat kearah Xinlong seraya memeluk lelaki itu erat. "Tak perlu malu, toh semuanya sudah terjadi. Walau pertemuan pertama kita tak menyenangkan, tapi gue harap dunia turut adil untuk tak memisahkan kita dalam kesedihan."
Xinlong tersenyum dengan tulus, perlu diketahui itu bukanlah senyuman sinisnya. Namun senyuman indah yang mampu menenggelamkan orang ketika melihatnya. Lelaki itu membalas pelukan y/n, bahkan sepanjang perjalanan pulang mereka terus berpelukan di dalam bus itu.
***
Y/n memegangi kedua pipinya, rasanya panas dapat terlihat dengan jelas pipinya memerah layaknya buah tomat. Ayolah semua itu bukan mimpi, kemarin Xinlong benar-benar mengecup pipinya. Y/n mulai merasa gila hanya karena kecupan singkat itu.
"Tenang bersikaplah wajar okay!" ucap y/n pada dirinya sendiri.
Perempuan itu keluar dari kamarnya dengan langkah yang pelan. Bayangkan tentang Xinlong terus mengelilingi otaknya. Gila, itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan bagaimana perasaan y/n sekarang.
"Y/n cepat turun sarapannya sudah siap!" teriak seorang wanita paruh baya di dapur, yang tak lain Mamanya sendiri.
"Iya Mam," jawab y/n sambil berlari kecil menuju dapur.
"Mam, kayaknya ada yang aneh sama adik," ucap seorang lelaki yang tak lain kakak dari y/n.
Perempuan itu mengerucutkan bibirnya, sungguh malas membalas perkataan kakaknya yang tak berguna itu. Siapa juga yang aneh? Toh tak ada yang salah dengan dirinya.
"Kemarin Mama liat kamu pulang bareng Xinlong, katanya lagi marahan kenapa pulangnya bisa bareng?" Goda Mama sambil menata piring diatas meja makan.
Y/n merebut piring yang tengah mamanya tata, "ihh Mama kepo!"
"Biasa Mam, kalau orang pacaran pasti kek gitu," jawab kakaknya asal.
Lagi pula mereka belum resmi pacaran, hanya sedang dalam proses. Namun dengan santai kakak laki-lakinya itu, mengatakan dan mengklaim jika adiknya berpacaran dengan He Xinlong.
Y/n mencubit perut kakaknya itu, siapa bilang mengganggu singa yang tengah tertidur. Sekarang tanggunglah akibatnya. Lelaki itu mengaduh kesakitan, namun semua itu tak menghentikan cubitan y/n.
***
Xinlong menatap nanar lelaki paruh baya di depannya, tiba-tiba saja fasilitas yang ditarik Tuan He kembalikan lagi. Namun dengan embel-embel kembali ke rumah, dan harus menuruti semua yang Tuan He minta. Itu semua demi kebaikan Xinlong, dan juga demi masa depan Xinlong.
"Maafkan Papa, semua salah Papa. Selalu memaksamu, memarahimu, dan bahkan Papa terlalu egois untuk menjadi seorang ayah." Tuan He tertunduk menyesali semua kesalahannya.
"Bukan semuanya salah Papa, ini juga salah Xinlong karena tak mau diurus. Maafin Xinlong Pah," ucapnya yang langsung merengkuh lelaki paruh baya itu kedalam dekapannya.
"Kembalilah, dan mulailah merubah perilaku burukmu, Papa yakin kamu bisa melakukan itu." Tuan He menepuk bahu Xinlong sambil tersenyum.
Ini kali pertama Xinlong melihat lelaki itu tersenyum kepadanya. Ini adalah momen yang sangat jarang terjadi, dan ini adalah momen yang sangat Xinlong harapkan dari dulu.
"Xinlong akan berusaha Pah," lirih Xinlong dengan mata yang sudah memerah menahan keluarnya cairan bening.
TBC
See you next time
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You || He Xinlong
FanficTentang rasa cinta yang terjebak dalam keegoisan, atau masalah dalam memendam perasaan. Tak ada yang tau bagaimana akhir dunia, dan begitu pula dengan takdir keduanya. Hanya Tuhan yang tahu itu, dan hanya Tuhan yang dapat mempersatukan mereka kelak...