Dua tahun kemudian..
"Gue lulus guys!" teriak y/n sambil menghampiri kedua sahabatnya. Sontak Jessica dan Lily ikut gembira dan langsung melompat-lompat tak jelas.
Hari pengumuman kelulusan berjalan dengan lancar, rasa bahagia dan sedih bercampur padu menjadi satu. Bahagia dikala dirinya lulus, namun sedih ketika mengingat ini adalah awal dari sebuah perpisahan.
"Gimana kalau kita pergi makan, Jessica yang traktir deh!" ajak Jessica sambil tersenyum membuat matanya ikut menyipit dibuatnya.
"Emm kayaknya gak bisa deh Jess, liat aja tuh pacar si y/n udah dateng," ucap Lily sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Y/n yang tadinya tengah antusias karena akan ditraktir Jessica, sontak menoleh mencari sosok yang sahabatnya sebut dengan embel-embel pacar. Lelaki dengan tatapan tajam mengintimidasi itu, berjalan mendekat kearah mereka.
Pipi putih milik y/n langsung memanas dibuatnya, memerah bagaikan buah tomat masak. Jangan lupakan dengan jantungnya yang sendari tadi sudah berdetak dengan tak sabaran.
Lily dan Jessica langsung saling menatap, seolah mereka mengerti jika nanti hanya akan menjadi nyamuk diantara dua insan itu. Mereka pergi meninggalkan y/n dengan lelaki itu. Ayolah sekarang perempuan itu mendengus kesal, karena ditinggal oleh sahabatnya.
"Lah, kok gue ditinggalin?" ucap y/n dengan kesalnya.
Lelaki di sampingnya berdecak, seakan kehadiran tak dianggap oleh kekasihnya. Dengan kesalnya lelaki itu merangkul y/n, ahh tidak lebih tepatnya mengapit kepala perempuan itu di ketiaknya.
"Ayo! Sekarang lo ikut gue!" ucap lelaki itu sambil berjalan menyusuri koridor. Jangan lupakan y/n yang masih diposisi yang sama.
"Ehh lepas, masa gue jalan sambil gini sih? Long lepasin, malu gue diliatin orang!" titah y/n yang sama sekali tak dihiraukan oleh He Xinlong.
Sudah hampir satu tahun mereka pacaran. Ketahuilah, setelah masalah Xinlong selesai lelaki itu langsung mengungkapkan perasaannya pada y/n. Walau pertamanya terasa ragu, namun perempuan itu berusaha untuk menerima perasaan Xinlong.
"Ck..gue 'kan tampan, masa lo malu punya pacar tampan kayak gue?" ungkap Xinlong dengan penuh percaya diri.
Tak banyak yang berubah keduanya masih selalu beradu mulut, hanya karena masalah sepele. Bahkan terkadang sifat egois dari seorang He Xinlong, masih terlihat dengan jelas. Namun, sekarang lelaki itu tengah belajar agar sifat itu hilang.
"Ihh sebel deh, lo makin percaya diri aja yah?" ujar y/n sambil tersenyum miris.
"Lah, bukannya bagus yah? Kita itu harus memupuk rasa percaya diri yang tinggi, lo harus belajar dari gue supaya pacar gue ini gak insecure." Jelas Xinlong yang hanya diangguki oleh y/n.
"Tapi itu kepedean namanya," ucap y/n sambil terkekeh pelan.
Xinlong memiringkan kepalanya berlagak seperti orang yang tengah berpikir keras, tak ada yang salah bukan? Toh dirinya memang benar-benar tampan, dan siapapun tahu akan hal itu.
Lelaki itu menggelengkan kepalanya cepat, tak mau berpikir terlalu keras untuk hal itu. Sambil menuntun kekasihnya, Xinlong membawa perempuan itu ke taman-tempat yang amat berarti untuk hubungannya itu.
"Long, ngapain kita ke sini? Gara-gara lo dateng gue gak jadi dapet traktiran dari si Jessie." Perempuan itu menggembungkan pipinya, membuat Xinlong terasa gemas melihat hal itu.
"Pokoknya dua hari ini lo harus terus bareng sama gue, karena mungkin nanti kita gak akan bisa kayak gini lagi." Xinlong tersenyum. Namun, tidak dengan hatinya yang sangat sakit ketika harus meninggalkan perempuan itu
"Jadi lo beneran mau ninggalin gue? Gue gak bisa larang lo yang notabenenya orang keras kepala. Tapi Long, lo 'kan bisa kuliahnya di sini bareng gue sama yang lain juga."
Xinlong merengkuh tubuh y/n membawanya ke dalam dekapannya yang hangat. Y/n tak menolak itu dia membalasnya dengan senang hati. Jujur sendari tadi perempuan itu tengah menahan tangis, jangan sampai tangisnya keluar dan membuat Xinlong khawatir.
"Gue cuman pergi bentar kok, jangan sedih gitu dong. Gue beliin lo es krim yah, mau kan? Tapi udah yah jangan cemberut gitu!" ajak Xinlong.
Y/n menggelengkan kepalanya, "janji yah lo cuman bentar perginya? Lo harus janji, kalau lo pasti balik lagi ke sini!"
"Ya ampun, sejak kapan pacar gue jadi manja kayak gini hmm? Iya, gue janji pasti balik," ucap Xinlong sambil mengelus surai perempuan itu.
Hati y/n berdesir perih, entah mengapa kali ini dirinya merasa tak sanggup. Tak sanggup jika Xinlong benar-benar pergi meninggalkan, walau dirinya hanya perlu menunggu semuanya kembali. Namun semua itu terlalu sulit dia lakukan, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
***
Beijing Internasional Airport
Wajah sendu terus y/n gambarkan, kekasih hati yang ada di sampingnya hanya terdiam sambil mencoba menenangkan sang kekasih. Inilah pada akhirnya mereka harus menjalankan hubungan jarak jauh, tak mudah untuk melakukan itu.
"Sebentar lagi gue check in, ayo dong ubab gue jangan sedih senyum yah!" ucap Xinlong sambil menangkup pipi y/n oleh kedua tangannya.
Perempuan itu tersenyum namun perlu diketahui bukan senyuman tulus, melainkan lebih terlihat dipaksakan. Xinlong terkekeh dan langsung membawa perempuan itu ke dalam dekapannya.
"Udah gue bilang, kita di sini cuman jadi nyamuk," ucap Hanyu yang langsung diangguki oleh yang lain. Siapa lagi jika bukan teman-teman Xinlong, mereka turut ikut mengantar lelaki itu ke bandara.
"Kalau tau gitu, mening gue di rumah lumanyan bisa rebahan santuy," ujar Zeyu sedikit berbisik namun langsung mendapat geplakkan dari Zihao.
Xinlong beranjak dari tempat duduknya, dia mulai berpamitan dengan teman-temanya itu. Sebentar lagi Xinlong harus check in, dan itu tandanya dia harus mulai berpisah dengan orang-orang yang dia cintai.
Cup
Y/n yang tengah tertunduk diam, langsung mendongak ketika sebuah kecupan mendarat di keningnya. Ada Xinlong yang tengah tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya.
Perempuan itu mendengus kesal, jangan bercanda disaat-saat seperti ini karena itu sama sekali tidak lucu. Y/n mencubit perut Xinlong hingga lelaki itu meringis kesakitan.
"Ya ampun sakit tau bab, lo gak punya perasaan banget deh jadi pacar," ucap Xinlong.
"Ihh bomat, cepet sana nanti telat. Jangan lupa janjinya, pokoknya kalau gak ditepatin gue marah."
"Hmm gue janji, kalau gitu gue pergi dulu ya. Jangan kangen, nanti gue pasti telepon kalau udah sampai," ucap Xinlong. Lelaki itu melambaikan tangan dan perlahan menjauh dari pandangan y/n.
Y/n, lagi-lagi perempuan itu tertunduk, menahan air mata yang memaksa untuk keluar. Entah sejak kapan dirinya jadi cengeng, namun yang pasti untuk kali ini dirinya merasa sedih. Apa dirinya terlalu lebay?
Apapun namanya, namun yang pasti hatinya perih bagaikan disayat oleh sembilu. Bohong jika y/n mengatakan baik-baik saja, bohong jika perempuan itu menerima perpisahan itu. Pada dasarnya memang manusia adalah makhluk yang egois, tatkala dirinya pun merasakan hal itu.
TBC
Hallo
Tunggu kelanjutannya ya
Udah ketebak belum endingnya?
Yah maklum lah kalau ketebak juga,
aku 'kan masih belajar yah.
Voment boleh ya!Btw, happy anniversary BOY STORY
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You || He Xinlong
FanfictionTentang rasa cinta yang terjebak dalam keegoisan, atau masalah dalam memendam perasaan. Tak ada yang tau bagaimana akhir dunia, dan begitu pula dengan takdir keduanya. Hanya Tuhan yang tahu itu, dan hanya Tuhan yang dapat mempersatukan mereka kelak...