1 | PIGGYBACK

116K 9.7K 1.2K
                                    

Ini kali pertama Mia keluar negeri.

Ia tidak menyangka kalau tempat resepsi sahabatnya akan sedingin ini. Wajar, sih. Lauterbrunnen kan dikelilingi pegunungan Alpen. Puncaknya bersalju. Mia saja yang tidak biasa kena dingin. Jangankan kena dingin hawa luar negeri, kena hujan sedikit dia langsung masuk angin.

"Ah choo!"

Nah. Bersin kan dia. Mana ingusan lagi!

Mia menggosokkan telapak tangannya ke kedua lengan sendiri, mencoba menghangatkan tubuh. Bukannya makin hangat, Mia malah makin bergidik.

Aduh, kudu cepet-cepet balik ke hotel, nih. Batin Mia.

Kepalanya celingukkan mencari Elsa, seorang psikolog yang kebetulan jadi barengannya ke Swiss. Sejak tadi ia tidak melihatnya. Padahal mereka tadi sudah janjian mau makan bersama.

Selain Elsa, Mia juga mencari-cari sosok Anton, kakak laki-laki Ullie, sahabatnya yang menikah.

"Itu dia!" Mia langsung bersemangat saat melihat sosok Anton di kejauhan.

Eh? Kok barengan sama kak Elsa? Bisik-bisik ngapain, tuh?

Bukannya terjawab, pertanyaan Mia malah makin bertambah saat Elsa dan Anton pergi dari lokasi resepsi. Sesekali mereka menoleh ke belakang, seakan memastikan sedang tidak diikuti.

"Wah, konspirasi nih!" Mia langsung mengikuti mereka.

Kalau mereka mau mojok, kebangetan banget! Mia sih tidak peduli mau Mas Anton dan Kak Elsa ada hubungan khusus atau tidak. Tapi mereka ini lagi di Swiss, lho! Mia tidak kenal siapa-siapa lagi selain mereka. Masa mau ngintilin Ullie kemana-mana? Si Ullie kan udah punya laki! Terus masa sama Mas Galang, saudara kembarnya Kak Elsa? Bakal dipelototin sama Regina Atmodjo, si cewek sempurna mantan tunangan suaminya Ullie.

Tega banget gitu, lho!

Mia menarik bagian bawah gaunnya sampai betis agar bisa bergerak fleksibel. Tujuannya hanya satu. Ikut nimbrung Anton dan Elsa. Kalau mereka mau berduaan, bodo amat! Mia nggak mau sendirian di resepsi yang dihadiri oleh kalangan elit ini.

"Mas Anton!" Suara Mia sudah parau karena hawa dingin.

Sumpah deh ya ini gaun bridesmaid nggak cocok banget dipake buat resepsi di tempat terbuka begini. Tamu-tamu lain sih enak pada pake mantel sama syal di leher, lah bridesmaid? Nggak mungkin kan nutupin gaun sebagus ini pakai mantel? Yang ada malah batal cantik.

Klotakk.

"Ah, sialan." Umpat Mia ketika mendapati hak sepatunya patah. Dilihatnya Anton dan Elsa makin jauh. Mereka sudah melewati jalan beraspal.

"Kak Elsaaa!" Halah, malah suaranya ilang.

Mia melepas kedua sepatunya lalu setengah berlari mengejar kedua orang itu.

"Aw. Aw. Aw." Kerikil-kerikil di tanah lumayan tajam menusuk kakinya. Telapak kaki Mia kesemutan karena hawa dingin ini. Alhasil, dirinya makin tersiksa. Ia duduk-duduk di tengah aspal begitu kakinya tidak lagi menginjak tanah bebatuan. Istirahat sambil meredakan kesemutan.

Dari kejauhan dan kegelapan lembah di samping jalanan beraspal, samar-samar Mia melihat siluet. Tiga orang.

Saat ia memicingkan mata sambil berkonsentrasi, ia dapat mengenali siapa mereka.

Mas Galang dan Regina Atmodjo? Eh, plus satu orang lagi. Mia tidak kenal siapa dia, tapi ia tadi melihatnya duduk semeja dengan Regina Atmodjo dan keluarga.

"Mas Galaaang!" Mia tahu sia-sia saja berteriak. Tak ada yang dengar kalau suaranya hilang begini.

Galang dan Regina berpisah dengan sosok orang ketiga yang bersama mereka. Mereka tidak melihat Mia yang duduk di tengah aspal. Sekedar menoleh saja tidak. Galang dan Regina sudah pergi ke arah yang sama dengan arah yang dituju Anton dan Elsa.

trouble [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang