Dokter Irwan membawanya ke balik pilar koridor yang agak tersembunyi.
"Ada apa, dok?" Mia mengatur wajahnya agar nampak biasa-biasa saja.
"Kamu jaga malam kemarin?"
Mia menggeleng. "Saya libur kemarin."
"Bukan kemarin. Tapi kemarinnya lagi."
"Iya saya jaga malam kemarin kemarinnya lagi."
"Kamu ke gudang logistik?"
Mia menggeleng. "Ngapain saya kesana?"
"Aku nanya kamu. Jangan balik nanya!" Ekspresi dr. Irwan agak kesal.
"Kan udah geleng kepala tadi. Artinya enggak."
"Kamu nggak bohong?"
"Kurang kerjaan banget ngibulin situ!" Mia menutupi gugupnya dengan memaksakan sebuah tawa.
"Terus kenapa aku nemu ini, ya?" Laki-laki itu mengeluarkan sebuah name tag dari dalam saku jasnya. Sebuah name tag bertuliskan 'Amelia Bintang P. M.'.
Mia menelan ludah. Kenapa name tagnya ada di tangan dr. Irwan?
"Haha... kenapa ada di dokter?" Akting Mia buruk sekali.
Ia menerima name tag dari tangan dr. Irwan tanpa memandangnya.
"Aku tau kalau kamu bohong."
Mia tidak tahu harus merespon apa.
"Hubunganku sama Clara nggak seperti yang kamu bayangkan." Lanjutnya.
"Emang dokter tau saya ngebayangin apa?"
"Kamu berpikir kalau aku dan Clara punya hubungan khusus."
"Apa pengaruhnya ke saya kalo kalian ada hubungan khusus?"
"Siapa yang tau? Bisa aja kamu bilang ke orang-orang tentang apa yang kamu lihat dan dengar waktu di gudang kemarin."
Mia memiringkan kepala sedikit, mengamati ekspresi dr. Irwan lekat-lekat. "Saya nggak sekurang kerjaan itu."
Rahang dr. Irwan mengeras, "Aku cukup kenal kamu untuk bisa nebak jalan pikiranmu, Mia."
Mia mendengus, "Harusnya dokter minta maaf ke saya."
"Kamu nggak terima diputusin kemarin?"
"Saya sih nggak masalah diputusin ama dokter. Tapi ego saya ini lho yang nggak terima. Pake ngatain saya ngebosenin segala padahal gara-gara saya nggak mau tidur sama dokter. Alus banget modusnya!"
"Mia, jaga mulut kamu! Ini rumah sakit!"
"Justru karena ini rumah sakit, dok. Harusnya dokter yang lebih bijak! Masa begituan di gudang logis-" Ucapan Mia terpotong karena dr. Irwan keburu membekap mulutnya. Mia menggigit tangan dr. Irwan hingga bekapan di mulutnya terlepas. "Dasar munafik! Macarin saya kemarin gara-gara nafsu doang ternyata."
"Jangan sembarangan kalo bicara! Aku bisa aja ngeluarin kamu dari sini dan nggak membiarkan kamu diterima oleh rumah sakit manapun." Ancam dr. Irwan sambil memegangi tangannya yang sakit habis kena gigit.
Mia tertawa setengah mendengus. Coba saja kalau berani! Dia cuma direktur muda rumah sakit, tapi sombongnya selangit! Pake ngancem-ngancem segala! Gue tinggal ngadu ke om Aiden lah! Bisa langsung dimutasi ke rumah sakit pedalaman nih dokter belagu!
Sayangnya Mia cuma berani memaki dalam hati. Dia tak akan menjual nama Aiden di sini atau dimanapun.
"Udah deh, dokter tenang aja! Saya nggak akan bilang siapa-siapa. Pengaruh dokter ke hidup saya nggak sebesar itu kok. Jangan ganggu saya lagi, ya!" Mia berbalik ingin pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
trouble [selesai]
RomanceMia, si dedek koas yang terpaksa jadi sugar baby demi membiayai cita-citanya buat jadi dokter spesialis forensik. Ini gara-gara dia nekat menolak dijodohkan di kampung hingga membuat orangtuanya mogok membiayai sekolah. Aiden, si om-om bule dengan l...