43 | SPOUSE

50.3K 5.9K 127
                                    

Haiiii, apa kabar semua?

Aku kok kangen ya sama kalian, hahahaa...

Jadi seharusnya aku up besok Senin, kayak janjiku kemarin di pengumuman yang aku tulis di wall. Berhubung malam ini aku lagi sempat, jadi langsung aja aku up 2 bab.

Happy reading!

***


Mia mengganti bajunya dengan pakaian yang lebih tertutup agar bekas cupang laknat di dada, serta ruam-ruam di leher tak terlihat. Ia mendengus sebal ketika meratakan foundation ke leher dan dadanya. Cewek itu bertaruh kalau sebenarnya Aiden sengaja melakukan ini.

Pintu kamar mandi terbuka. Keluarlah Yang Mulia Aiden dengan hanya berbalut handuk putih di sekeliling pinggang. Rambut Aiden basah. Wajahnya segar. Dari pantulan cermin, kedua mata Mia langsung menjelajah tubuh tegap Aiden. Dia memang sudah pernah melihat Aiden bertelanjang dada sebelumnya. Hanya sekali. Itupun cuma sebentar karena Aiden langsung masuk selimut dan tidur. Ia ingat saat itu adalah kali pertama dan satu-satunya Aiden pernah menginap di rumah Mia.

Kali ini lain. Aiden sudah jadi suaminya. Pemandangan seperti ini akan jadi santapannya sehari-hari.

Mia memang tidak pernah lihat Aiden olahraga, namun cowok yang sekarang jadi suaminya itu punya ruangan khusus di apartemennya. Semua peralatan gym lengkap di sana. Mia yakin kalau Aiden sering olahraga tengah malam ketika ia sedang tidak bisa tidur.

Nah, coba lihat hasilnya. Otot-otot di tubuhnya liat, terpahat sempurna. Tidak berlebihan tapi memancarkan pesona maskulinitas tak terbantah. Apalagi ditambah sebuah kalung cakar harimau yang menggantung di lehernya. Dada Aiden dipenuhi rambut gelap tipis. Begitupun dengan bagian bawah perutnya. Rambut-rambut itu memanjang dan menghilang di balik handuk. Belum lagi V-line pada bagian bawah perut Aiden.

Astaga, sejak tadi tatapan Mia arahnya ke situ terus!

Meski otot dada dan perut Aiden tidak semenonjol milik si Ade Ray Jawa (dibaca: Anton), bentuk V-line nya menandakan tubuh dengan berat badan ideal dan kadar lemak minim. Tubuh Aiden ini mirip neraka berjalan saking panasnya, membuat pikiran Mia sering kotor dan tergoda untuk berbuat dosa. Untung selalu tertutup baju setiap hari. Lagipula Aiden juga bukan tipikal laki-laki yang suka pamer badan kemana-mana.

Baguslah. Badan Aiden memang hanya boleh dinikmati oleh Mia seorang.

Begitu mengangkat pandangan dari tubuh mirip pahatan patung dewa Yunani, Mia menelan ludah karena ternyata cowok itu sedang balik memandangnya dari pantulan cermin. Aiden hanya menyeringai tipis sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia berjalan mendekati tempat tidur untuk mengambil baju yang sudah disiapkan Mia.

"Gantinya di kamar mandi!" Perintah Mia agak judes. Malas betul dia kalau sampai Aiden pamer pantat di depan matanya. Lebih baik mencegah daripada diterabas.

Aiden hanya terkekeh kecil, tapi tetap menurut. Ia mengecup puncak kepala Mia saat dalam perjalanan melewatinya untuk masuk lagi ke kamar mandi.

Mia menarik kursi terdekat yang dapat digapainya sebelum menjatuhkan diri di sana.

"Ya Allah, jantung hamba." Gumamnya syok sambil memegangi jantung yang melompat-lompat. Perbedaan antara menikah, bertunangan, dan pacaran ternyata cukup signifikan. Kalau begini terus-terusan, mungkin Mia duluan yang bakal kena gagal jantung, bukannya Aiden.

***

Mia mengipasi wajah yang berpeluh. Aiden berjalan di sampingnya sambil menunduk menatap layar hp. Cowok itu mengenakan kaos, celana pendek, dan sepatu. Kepalanya terlindung topi. Matanya juga aman dari silau matahari karena kacamata gelap. Padahal hari sudah sore begini, tapi cuaca masih terik-terik saja. Mia menyesal tadi tidak pasang sun block dulu. Sekarang kulitnya serasa terbakar.

trouble [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang