Ternyata janjiku buat up hari Senin meleset.
Jadi aku langsung kasih 3 bab sampai Epilog.
***
Walaupun Mia telah mengikrarkan Sumpah Dokter dan lulus ujian sertifikasi dengan nilai membanggakan, bukan berarti Mia sudah jadi Dokter sesungguhnya. Tidak semudah itu.
Itulah mengapa Mia mensyukuri keputusan Aiden untuk mengajaknya nikah siri kemarin. Pernikahan resmi mereka ditunda. Penyebab utamanya juga karena Mia dan Abah. Abah menyuruhnya untuk mendapatkan STR (Surat Tanda Registrasi) –diterbitkan oleh Konsili Kedokteran Indonesia- sekaligus SIP (Surat Izin Praktik) –diterbitkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI)- sebelum pindah ke Alois dan jadi Putri. Abah ingin pendidikan dan usaha keras Mia selama ini tidak berakhir sia-sia. Abah ingin anaknya jadi berguna meskipun tinggal di tengah-tengah masyarakat asing. Ditambah, Abah juga ingin Mia tidak dituduh melakukan malpraktik karena jika suatu saat ilmunya dibutuhkan, dia tidak punya izin praktik apa-apa.
Sekarang Mia sudah mengantongi semua izin yang ia perlukan. Izin-izin itu nantinya akan ia bawa ke Alois sebagai bekal untuk mendapat izin praktik sesuai ketentuan di sana. Bulan-bulan masa terakhirnya jadi WNI ia curahkan untuk mewujudkan syarat dari H. Moris. Selama itu pula Aiden setia mendampingi Mia. Suaminya itu memastikan kalau dirinya ada saat Mia membutuhkan dukungan moral di tengah keruwetan mendapatkan sertifikasi, persiapan pernikahan, sekaligus pelantikan. Ia mengagumi Mia karena cewek itu berhasil melalui semuanya tanpa jadi gila, padahal dia sendiri sudah cukup tertekan.
Kini Mia sudah resmi jadi Warga Negara Alois. Sayangnya semenjak pindah negara, menikah atau tidak menikah rasanya tidak berbeda!
Sudah satu bulan lebih mereka tinggal di le rouge, tapi jangankan sekamar, bertemu saja susahnya minta ampun!
Aiden sibuk dengan serah terima tugasnya sebagai Sovereign. Kerjaannya keliling Alois 24 jam selama tujuh hari. Sekalinya sedang di le rouge, ia pasti langsung mengurung diri di ruang kerja, satu-satunya orang yang boleh masuk hanya Alan dan Pangeran Bastien. Mia sendiri sibuk dengan pelajaran etika, sejarah, budaya, serta urusan keputri-putrian lainnya. Mereka sudah mirip pasangan ldr, tidak sempat merasakan rindu sama sekali karena tubuh dan pikiran terlanjur lelah ketika hari berakhir.
Belajar merupakan hobi Mia. Daya ingatnya bagus. Mau disuruh menghafalkan isi buku dan kamus sekaligus, dia pasti sanggup. Hasilnya, ia mampu menguasai bahasa Perancis dalam waktu beberapa bulan belajar secara intensif. Hanya saja lidahnya belum terlalu luwes, jadi bahasanya masih agak beraksen meski tidak parah-parah amat.
Hari Minggu. Tidak ada pelajaran apapun hari ini. Satu-satunya hari dimana Mia bisa bangun agak terlambat sebelum pergi kunjungan atau menghadiri acara amal. Sayangnya, mau seberapa keras-pun Mia mencoba atau seterlambat apapun ia pergi tidur malam sebelumnya, dia selalu bangun di jam yang sama. Setiap hari. Termasuk hari ini.
Aiden tidak terlihat dimanapun. Mungkin memang belum pulang. Mia tidur sendirian tadi malam, seperti malam-malam sebelumnya. Terkadang ia merasa hampa, tinggal di negeri asing sendirian dengan tekanan tanggung jawab berada di pundak. Suaminya tidak bisa menemaninya. Mia tidak keberatan. Ia tahu Aiden juga punya beban tanggung jawab yang tak kalah besar. Mereka berdua sama-sama ditempa di tempat terpisah agar siap memimpin sesegera mungkin. Mia juga tidak kecewa. Toh dia sendiri yang memilih takdir ini. Ia hanya kecewa karena tidak bisa mengatasi rasa sedih karena rindu ditinggal suami. Bagaimanapun mereka kan masih pengantin baru.
Dengan hanya mengenakan gaun tidur berbahan satin, Mia bangkit dari tempat tidur menuju balkon. Jarang-jarang dia bisa menikmati laut biru mediterania sepagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
trouble [selesai]
RomanceMia, si dedek koas yang terpaksa jadi sugar baby demi membiayai cita-citanya buat jadi dokter spesialis forensik. Ini gara-gara dia nekat menolak dijodohkan di kampung hingga membuat orangtuanya mogok membiayai sekolah. Aiden, si om-om bule dengan l...