MAS ANTON BERHAK BAHAGIA

49.3K 6K 461
                                    

TRIBUTE TO ANTON & ELSA

Musik metal dipasang dengan volume tertinggi. Anton menyetir sambil menyanyi keras-keras. Daripada dia galau terus-terusan karena menangisi Elsa, lebih baik dia menghibur diri sendiri. Anton kan cowok mandiri.

Sekarang dia dalam perjalanan menuju rumah Galang dan Gie. Menyetir sendirian, tentunya. Mia dan Aiden menyusul di belakang. Mereka bilang harus mampir ke apartemen Aiden dulu sebentar untuk mengambil beberapa barang.

Dulu, Galang dan Gie berencana untuk membeli lahan di komplek yang sama dengan lokasi rumah lama. Rencananya batal. Opa Gie menghadiahi mereka sebuah lahan maha luas di Antares, daerah perumahan elit Surabaya yang terkenal dengan privasi dan luasnya lahan mereka. Setiap rumah di sana setidaknya pasti punya lapangan golf atau danau pribadi.

Segala hal yang berhubungan dengan nama Regie Tan pasti lekat dengan kemewahan. Rumah hanya salah satunya.

Pasangan itu mendapat empat rumah yang lahannya memiliki luas beberapa hektar jika digabungkan. Semuanya diratakan dengan tanah karena Gie tidak suka dengan model rumahnya.

Boros?

Tidak ada kata boros dalam kamus hidup Gie.

Galang sempat stress dan frustasi karena standarisasi yang dipasang istrinya menghabiskan banyak biaya. Meskipun keadaan finansial mereka bisa dikatakan jauh dari kata cukup untuk membiayai itu semua, tetap saja perbedaan visi sering membuat mereka ribut. Efek pertengkaran itu biasanya membuat Gie minggat dari rumah. Menghilang selama beberapa hari sampai Galang meminta Janesa untuk melacak istrinya.

Kalau sudah begitu, biasanya Anton yang akan jadi pendengar setia curhatan nonstop Galang. Sekaligus jadi satu-satunya teman untuk menemani Galang ngubek-ngubek Surabaya demi membawa Gie pulang.

Setelah melewati pos keamanan, Anton dipersilahkan masuk melewati gerbang otomatis setinggi pohon pinang. Dari pintu gerbang menuju rumah utama-pun jauhnya masih sekitar satu kiloan meter. Ada danau kecil buatan, taman bunga, serta kebun di kanan kiri jalan. Suasananya sangat asri. Galang dan Gie membangun tempat tinggal dalam waktu relatif singkat sejak mereka berdua menikah. Jika ditotal mungkin hanya hitungan bulan. Jadi kebunnya masih belum terlalu rindang karena baru ditanam. Para tukang kebun berkeliaran di sekitar sini untuk bekerja keras mewujudkan taman impian Gie.

Mungkin Gie mau sekalian bikin hutan lindung, hitung-hitung kontribusi sebagai pemasok oksigen di Surabaya. Pikir Anton sih begitu.

Mobil Anton berhenti di depan sebuah bangunan terpisah yang dijadikan garasi. Sudah ada petugas valet di sana.

Cuma Gie doang yang nyediain petugas valet di rumahnya. Batin Anton sambil mengelus dada.

"Di dalem rame, mas?" Tanya Anton pada petugas valet seraya menyerahkan kuncinya.

"Hanya ada bu Regie, pak Galang, bu Elsa, bu Ullie, dan pak Bian di dalam. Bu Regie memang ndak suka mengundang banyak orang ke rumah." Jawab si petugas valet.

Anton manggut-manggut sembari memperhatikan garasi. Hampir selusin super cars dan mobil mewah diparkir di dalam. Semuanya berkilau tanpa noda. Galang benar-benar jadi bos bengkel sport cars sejati sejak menikah dengan Gie. Hobinya untuk mengoleksi dan merakit mobil jadi tersalurkan sejak bengkelnya makin maju dan buka cabang.

"Suwun (Makasih), mas." Anton berlari kecil menuju rumah utama yang di depan terasnya dibangun sebuah kolam air mancur besar. Pancuran airnya membiaskan warna pelangi saat terkena matahari sore.

"Selamat datang, pak Anton." Mareta, asisten pribadi Gie datang menyambut di foyer. Ia tersenyum lebar. "Semuanya sedang berkumpul di kebun belakang. Silahkan, saya antar." Mareta memimpin jalan untuk menyeberangi ruang tamu menuju tempat yang dimaksud.

trouble [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang