34 | LAGI

52.2K 6.6K 927
                                    

Sebuah mobil Bentley keluaran terbaru dengan model kap terbuka masuk ke pekarangan rumah Mia. Pengemudinya adalah Ullie, mantan teman serumah Mia yang kini menikah dengan Fabian Wendra Hartono, pewaris Hartono Group. Bentley itu adalah hadiah kelulusan dari Anton. Kakak tersayangnya itu gembar-gembor kalau dia menguras habis isi tabungannya demi membelikan Ullie mobil impian.

Begitu pintu pengemudi terbuka, sepasang kaki beralaskan sandal jepit swallow turun menginjak paving basah. Hujan semalam baru reda pukul tiga pagi. Ullie sengaja datang untuk mengecek apakah Mia kebanjiran atau tidak, soalnya sejak pagi nomor Mia tidak bisa dihubungi.

"Hadeh, kebiasaan tuh anak nggak nyapu halaman. Kotor begini." Ullie mengambil sapu lidi dan membersihkan daun kering yang kini jadi basah akibat hujan semalam. "Biar kubakar di bawah jendela kamarnya. Sekalian mampus kena asap." Janji Ullie sambil ngomel. "Kebiasaan banget sok sibuk sampe nggak ngurus rumah. Gimana ada cowok yang mau coba? Lama-lama bisa jadi perawan tua ntar kalo pemalas begini!"

Ujung sapu lidi Ullie mengenai ban mengkilap. Sebuah mobil Bentley yang dulu diincarnya untuk dimiliki. Mobil sebagus ini rasanya tidak mungkin ada di sini. Permukaannya masih basah, namun tidak mengurangi pesonanya. Ullie sempat mendadak bego karena mengamati mobil ini.

Kok daritadi Ullie tidak lihat, ya?

Mia ada tamu?

Ullie melempar sapu lidinya, lalu masuk ke dalam rumah. Pintu depan rumah tidak dikunci, lagi-lagi Ullie berdecak. Baru ditinggal kawin berapa bulan, Mia sudah teledor begini. Ullie mulai berpikir kalau mobil Bentley di depan adalah milik tetangga yang sedang titip saja.

Cewek itu mengamati keadaan sekeliling, mengecek apakah ada yang janggal sehingga bisa dijadikan bahan ceramah ke Mia. Bocah itu perlu diceramahi sekali-sekali.

Rumahnya masih bersih. Bak cucian juga kinclong, tidak ada piring kotor.

Ullie langsung masuk ke kamar Mia yang tidak pernah dikunci.

"Sering ngatain aku kebo, sendirinya jam segini belum bangun." Ia geleng-geleng kepala melihat Mia yang masih meringkuk di dalam selimut. Hanya terlihat sepasang kaki yang menyembul di baliknya. "Kaki segede gaban. Berbulu lagi. Ini anak aku tinggal kawin kok malah jadi begini?" Ada perasaan sedih di hati Ullie saat memandangi temannya jadi tidak terawat. Sampai mencukur bulu kaki saja tidak sempat.

Ullie membangunkan Mia dengan kaki. Sengaja mendorong pantatnya agar bangun. "Bangun, nyet! Nyonya Hartono dateng, nih!"

Tubuh di balik selimut itu tidak bergerak.

"Bangun, woii! Kamu tidur apa training meninggal?"

Karena tidak sabar, Ullie menarik selimut dengan kasar. Ia sontak memekik terkejut, lalu berteriak kencang-kencang.

Bagaimana tidak terkejut, kalau yang dilihat Ullie adalah sesosok bule setengah telanjang di atas tempat tidur temannya. Bule itu menutupi kedua telinganya yang mendadak tuli akibat teriakan Ullie. Begitu sadar yang berteriak adalah orang asing, ia buru-buru menutupi bagian bawah tubuhnya dengan bantal. Bagian vital yang hanya terlindung oleh boxer menonjol kemana-mana.

"Jancooookkkk! Koen sopooo (Kamu siapa)?!" Seru Ullie sambil menunjuk Aiden.

Mia keluar dari kamar mandi dengan tergopoh. Tubuhnya masih basah dan hanya terlindung oleh handuk.

"Apaan? Kenapa? Ada apa?" Ia membawa botol shampo besar dan mengacungkannya tinggi-tinggi. Tadi dia kaget dan panik karena mendengar teriakan, jadi hanya sempat menyambar botol shampo agar bisa dijadikan sebagai senjata. Satu tangannya memegangi handuk agar tidak lepas.

trouble [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang