Mia sedang memijat kakinya di atas sofa depan perapian saat Aiden mengulurkan sebotol bir padanya. Botol itu masih tersegel. Aiden sengaja tidak membukakan botol Mia karena khawatir Mia mengira dirinya memasukkan obat bius di sana. Mia mengamati botol itu lekat-lekat. Bir Gambrinus. Merk bir yang paling banyak dikonsumsi di Swiss.
Aiden baru akan menyerahkan pembuka tutup botol ketika Mia sudah membuka tutup botol birnya pakai gigi. Aiden tertegun.
Cewek itu langsung menenggak bir seperti orang kehausan.
"Ah!" Mia mengelap mulutnya dengan punggung tangan. Ia menyandarkan punggungnya dengan mata terpejam, menikmati efek bir di dalam tubuhnya.
"Kamu bisa tidur di kamar mana saja." Aiden duduk di sebelah Mia dengan jarak agak jauh. Mia mengangguk tanpa membuka mata. Ia minum bir lagi, menghabiskan sisanya dalam sekali tenggak.
"Kamu kuat minum?" Aiden malah baru membuka botol miliknya sendiri.
Lagi-lagi cewek itu mengangguk. Kali ini dia memandang Aiden. "Minta lagi."
Aiden menyerahkan botol miliknya yang masih utuh.
"Aduh, pengen sebat." Gumam Mia. Minum bir enaknya sambil sebat. "Om ada rokok?"
"Saya nggak ngerokok. Kamu ngerokok?"
"Kadang-kadang."
"Kamu minum dan merokok. Masih kuliah, kan?" Aiden betul-betul penasaran dengan cewek yang dibantunya ini. Punya mulut tanpa filter, suka minum, dan merokok. Cewek seperti apa sebenarnya dia ini? Cewek Indonesia rata-rata pemalu dan selalu jaga image. Mereka juga santun dan murah senyum. Setidaknya kesan itu yang didapat Aiden sejak datang ke Indonesia. Sedangkan Mia?
"Nggak penting. Kita orang asing. Saya cuma numpang semalam doang, besok langsung cabut." Mia menenggak botol kedua. "Saya suka ini. Masih ada lagi?"
Aiden mengangguk. "Tunggu." Ia beranjak untuk mengambilkan Mia lebih banyak bir. Tak sampai lima menit, ia sudah kembali dengan setengah lusin botol bir di pelukannya. Mia bertepuk tangan. Dia tidak pernah bisa minum dengan leluasa saat di rumah karena ada Ullie. Teman serumahnya itu selalu ngomel kalau Mia ketahuan membawa pulang bir. Pernah suatu waktu, stok bir di kulkas Ullie berikan cuma-cuma ke pertugas kebersihan yang sering mengangkut sampah pakai truk. Membuat Mia gondok setengah mati. Dia belinya kan pakai duit!
Kali ini dia bisa minum puas-puas. Sebuah sendawa keras lolos dari mulutnya.
"Sori." Ucap Mia tanpa penyesalan.
Aiden hanya tertawa kecil sambil geleng-geleng kepala. "Saya senang ada teman minum."
"Om tinggal sendirian di sini?"
"Saya nyewa tempat ini. Cuma sampai besok saja."
"Dibelain buat ikut kondangannya Ullie?"
"Siapa Ullie?"
"Maksud saya Fabian."
"Siapa Fabian?"
Dahi Mia berkerut. "Om dateng kondangan karena kenal pengantin yang mana?"
"Saya diundang keluarga Tan."
"Siapa keluarga Tan?" Giliran Mia yang bertanya.
"Gie. Regie Tan. Regina yang tadi kita bicarakan."
"Ohhhh..." Mia membuka botol ketiga. Lagi-lagi dengan gigi supaya praktis. Aiden sampai heran bagaimana gigi Mia belum keropos kalau punya kebiasan buka tutup botol begitu. "Saya lupa. Padahal baru tadi om bilang jadi tunangannya mbak Regina."
KAMU SEDANG MEMBACA
trouble [selesai]
RomanceMia, si dedek koas yang terpaksa jadi sugar baby demi membiayai cita-citanya buat jadi dokter spesialis forensik. Ini gara-gara dia nekat menolak dijodohkan di kampung hingga membuat orangtuanya mogok membiayai sekolah. Aiden, si om-om bule dengan l...