.
....
.
.
......
.
.
.................Setelah mereka sampai di depan gerbang yang menjulang tinggi dengan cat yang berwarna hitam pekat dan sedikit berwarna hijau lumut, membuat tampilan pintu gerbang markas tersebut terkesan mengerikan jika orang melihatnya dari luar. Namun faktanya tidak ada seorang pun yang mengetahui letak markas BWA dan lebih tepatnya tak ada seorang pun yang berani melewati jalan menuju markas tersebut. Jika pun ada seseorang yang lewat jalan itu, maka orang tersebut tidak akan bisa keluar dari tempat itu.
Devano pun yang melihat markas BWA itu menelan salivia nya dengan kasar. Sebuah markas yang terkenal akan kekejaman seorang Leader-nya, kini markas itu tepat berada dihadapannya, keringat dingin membasahi keningnya dan tangan yang bergetar. Fana yang melihat sosok pria disampingnya menahan tawa gelinya, ketika rasa takut menghampiri seorang pemuda tersebut.
"Fa-faann.." ucap Devano dengan nada terbata-bata.
Hanya terdengar sebuah deheman yang keluar dari mulut Fana.
"F-fan.." ucap lagi Devano memanggil nama Fana dengan keringat dingin yang mebuyarnya.
"Paan si bang, ga jelas banget deh" ucap Fana sambil mendekapkan tangan didadanya.
"Lo ngpain si kesini, bahaya tau ga? Kalo nanti ada yang lihat kita sama tu bodyguard-bodyguard sini gimana coba? Lu mau cari mati ama dia ha? Trus kalo kita nanti dipukulin gimana? Tru--"ucap Devano terpotong.
"G pdli" ucap Fana dengan santai. Devano yang mendengar ucapan Fana hanya membelalakkan matanya. Jelas bahwa dirinya saja sudah dibuat mati kaku jika berhadapan dengan Leader yang terkenal dengan kekejamannya, sedangkan perempuan yang berada disampingnya hanya memperlihatkan wajah watadosnya.
Gila ni adek gue punya nyawa berapa si??~tanyanya dalam hati
Fana yang mendengarkan langsung berkata "gue punya nyawa satu lah. Aneh" ucap Fana sambil melangkah keluar dari mobilnya.
"hah? M-maksud lo?" ucapya terkejut dengan perkataan Fana.
"Lo mau kemana?" sambungnya
"bntr" ucap Fana
Ketika Fana sudah berada didepan pintu gerbang, Fana langsung membukak kacamatanya dan selang beberapa detik, pintu gerbang terbuka lebar. Fana pun langsung menaiki mobilnya kembali.
(oh ya guys, sedikit info. Jadi dari tadi tu si Fana makai kacamata ya, lalu dilepas ketika Fana ladi mandi doang abis tuh pakai lagi deh tun kacamata, em agar Devano gak tau kalo bola mata Fana itu berwarna merah darah. Oke itu aja info dari author. Nanti yang lain nyusul di parat² yang akan datang)
"Abis ngapain lo, kok tiba-tiba tuh gerbang bukak sendiri si?" taya Devano heran.
"Udah masuk aja" ucap Fana santai
"Haa?" ucap Devano terkejut ketika Fana menyuruhnya untuk masuk ke Markas BWA
"Masuk banggg" ucap Fana dengan wajah santainya, sedangkan Devano sudah dibuat mati rasa.
Devano pun hanya pasrah dengan perkataan adiknya tersebut. Lalu mobil Fana pun memasuki area markas tersebut. Seketika para bodyguardnya terkejut melihat Mobil Leadernya memasuki markas. Para bodyguard yang merjaga-jaga dimarkas langsung menyambut dengan sopan dan membukuk memberi hormat pada sang Leader-nya.
Bagaimana para bodyguard²nya tahu jika mobil yang memasuki area markas BWA adalah Leadernya? Jawabannya adalah tulisan yang berada di plat depan mobilnya yang bertulis.."Leader Black Winged Angel atau disingkat Leader BWA"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is FANA!!!
Teen FictionWARNING⚠︎⚠︎⚠︎ [BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA☺︎︎] Cerita sebuah cinta segitiga yang rumit. Dimana Ia akan mengejar cintanya namun tak kunjung dibalas oleh dia. . . . Namun kesempatan tidak selau datang dua kali bukan? (Oke langsung baca kuy) Jangan...