Menjelang malam.
Jam menunjukan pukul 21.55 malam. Sedangkan Fana kini belum pulang kerumahnya. Toh tak ada yang peduli dengannya. Buat apa ia pulang? Toh juga ia banyak memiliki apart, jadi ga susah buat pulang kemana saja dan dimana saja.
Kini Fana berada disebuah gedung tua yang kusam nan mengerikan itu ditengah tengah hutan.
Baginya tempat itu adalah tempat yang sangat nyaman untuk meringankan bebannya.
"Hah baru aja 2 bulan gue disini, udah datang masalah" gumam Fana
"Ck! Coba kalo udah bertahun tahun, hah nasib gue mau gimana lagii"
Fana menatap langit yang cerah yang dihiasi Bulan yang bersinar, bintang yang bertebaran dimana mana. Membuat suasana menjadi lebih tenang.
Ia menatap bulan dengan punuh harapan, tak tersa air matanya pun menetes secara perlahan.
"Bun..Fana harus gimana lagi.. Fana capek kalo terus gini terus alur ceritanya.. Hiks.."
"Bu-bunda denger Fana kann.."
"Bundaa.. Fana kangenn hiks.. Fa-fanaa hiks.. Pengen ke-ketemu bundaa.. Hiks"
"Ke-kenapa Fana hiks..ga bisa liat bundaa.."
Fana menangis dalam kegelapan yang menyelimuti dirinya.
"Ha-harusnya Fana jaga bundaa.. Ta-tapi bundaa malah hiks..."
Tangis Fana semakin pecah. Tak ada seorang pun yang mendengarnya. Hanya kicauan burung dimalam hari yang terdengar.
"Udahh jangan nangis lagi ya sayang.."
Fana mendongok keatas mencari sumber suara yang ia rindukan selama ini. Ia terus menerus mencari keberadaan sosok itu. Namun nihil Fana tidak sekali menemukan pemilik suara itu.
"Bu-bundaaa...."
Iya sayangg..
Degg
"Bun-bundaaaa hiksss.."
Hustt jangan nangis dong, masa pahlawan bunda nangis sih..
"Bu-bundaa dimanaa. Fana ga bisa liat bundaaaa hiks...bunda.."
Bunda ada didekat kamu nak..
"Di-dimana bun.. Bundaaa hikss... Fana kangen sama bundaa.."
Bunda juga kangen sama Fana.
Tatap bulan itu jika kamu merasa sedih ya.. Bunda ga bisa lama lama disini. Bunda pamit ya sayang. Jaga diri kamu baik baik"Bunda... Bundaaa... BUNDAAA!! Hiks... Bundaaaa jangan tinggalin Fanaa hikss..."
Semakin pecah jerit tangis Fana. Ia sangat merindukan suara itu. Dimana suara itu sumber penyemangatnya, sumber dari hidupnya. Dulu Fana seorang yang ceria bahkan sangat ceria diantara para abangnya. Namun semenjak kepergian bundanya, kini sifat Fana berubah 10X lipat dari sebelumnya. Dimana ia menjadi sosok pendiam, irit bicara. Kepergian bundanya sangat berpengaruh besar oleh diri Fana bahkan sangat besar.
.
.
.Kini Fana memutuskan untuk pulang ke-apartemennya. Jam menunjukan pukul 23.57. Lama Fana berada digedung tua itu. Bahkan gedung yang yang terkenal sangat angker itu disambut baik olehnya. Tak ada kejadian aneh yang Fana rasakan disaat berada didalam gedung tua itu.
Benar, Fana merasakan energi negatif disaat ia melangkah masuk gedung tersebut. Namun dengan aluri batinnya semua energi tersebut menjadi lebih tenang saat kedatanganNya perlahan memasuki gedung tua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name is FANA!!!
Teen FictionWARNING⚠︎⚠︎⚠︎ [BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA☺︎︎] Cerita sebuah cinta segitiga yang rumit. Dimana Ia akan mengejar cintanya namun tak kunjung dibalas oleh dia. . . . Namun kesempatan tidak selau datang dua kali bukan? (Oke langsung baca kuy) Jangan...