Part 8 ~• Warung Emak •~

111 39 51
                                    

Budalo malah tak duduhi dalane
Metu kono, belok kiri, lurus wae
Ra sah nyawang sepionmu sing marai ati tambah mbebani.

- Denny Caknan [Kartonyono Medot Janji] -

- Denny Caknan [Kartonyono Medot Janji] -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, Warung Emak, 13 April 2019.

Seperti rutinitas sebelum-sebelumnya, Aksa dan kawan-kawan memilih menghabiskan waktu mereka di Warung Emak. Menikmati sukun tepung goreng dan pisang goreng milik Emak, menjadi pilihan tepat dibandingkan menghabiskan waktu di rumah Genta untuk main PS 4. Mereka sudah kelewat bosan.

"Balik, deh gue," ujar Gilang sambil mengangkat pantatnya dari kursi panjang milik Emak. Cowok itu kemudian mematikan puntung rokoknya di asbak kura-kura yang disediakan Warung Emak.

Dulu sekali, waktu awal-awal mereka nongkrong di Warung Emak, keempatnya sempat request pada Emak untuk menyediakan asbak di warung supaya pelanggan yang merokok tidak membuang puntung rokok sembarangan. Emak mengiakan. Karena Emak mengiakan dan berjanji akan membeli asbak untuk warung, keempatnya sempat taruhan, jenis asbak apa yang akan Emak beli untuk warungnya.

Jay yang otaknya kotor, menebak bahwa Emak akan membelikan asbak dalam bentuk titit untuk warungnya, tentu saja tebakan Jay yang tak beradab itu langsung dicibir oleh ketiga temannya. Tetapi, laki-laki itu tetap ngotot.

Sementara Genta dan Gilang, menebak Emak akan membeli asbak dari tanah liat, karena asbak itu lebih simpel dan mudah didapatkan.

Beda lagi dengan tebakan Aksa, laki-laki itu pede menebak kalau Emak akan membeli asbak plastik murahan yang biasa ditemui di warung-warung kecil.

Nyatanya keempatnya salah. Emak memilih membeli selusin asbak kayu dengan bentuk kura-kura imut untuk warungnya. Keempatnya sempat cengo sendiri mengetahui asbak kayu itu diletakkan di atas meja dengan gemasnya, keempatnya juga sempat menyesal karena sudah membuang-buang waktu hanya untuk berdebat soal asbak.

"Nggak balik lo?" tanya Jay yang juga berniat pulang.

Aksa menggeleng, dirinya lebih fokus menatap gerbang sekolahnya yang mulai sepi karena siswa-siswi sudah pulang sedari tadi.

Dia mencari sosok Dara, masa sudah sore begini tapi cewek itu tetap belum terlihat? Lagian ngapain saja, sih, di ruang guru? Lempar jumroh? Nggak mungkin, kan?

"Udah pulang kali, tapi lewat gerbang belakang," tutur Genta, laki-laki itu tahu betul siapa yang sedang Aksa tunggu.

Nggak mungkin. Dara mana tahu, kalau ada gerbang belakang yang bisa digunakan untuk keluar siswa-siswi yang ingin bolos? Aneh.

"Kalau nggak, mungkin udah balik sama Roro, lo aja yang nggak liat," celetuk Jay yang juga diam-diam memperhatikan keadaan gerbang sekolah mereka yang sudah mulai sepi.

"Nggak mungkin," kini giliran Genta yang menggelengkan kepalannya, "Roro itu ada les kalau hari Selasa begini, jadi pulangnya pasti lebih cepet."

"Ceileeh, tahu bener kegiatan mantan," goda Gilang, kemudian disambut ketawa kecil dari Aksa.

Dear Aksara [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang