Tahu perihal untaian kalimat dari James Hutton? 'The present is the key to the past', itu teori yang Hutton sebutkan pada sejarah perkembangan bumi yang isinya tentang hukum sebab-akibat. Untaian kalimat tadi tidak hanya berlaku untuk perkembangan b...
Saben bengi aku Gak iso turu Gak iso turu Mikirno awakmu
- YoWis Ben [Gak Iso Turu] -
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jakarta, SMA Putra Bangsa, 15 April 2019.
Karena jam pelajaran dikosongkan, Aksa, Jay, dan Gilang tidak punya kegiatan lain selain duduk-duduk di depan ruang kelas mereka. Seluruh siswa-siswi belum diizinkan pulang sebelum pukul tiga sore, sehingga ketiganya memilih nongkrong di depan kelas sambil memetik gitar milik 12 IPA 6 yang satu senarnya sudah terputus beberapa hari lalu.
Kali ini mereka berkumpul tanpa Genta, Genta lagi sibuk latihan untuk band sekolah. Teman-teman yang lain juga sedang sibuk menyiapkan Gergaji yang akan diselenggarakan dua hari lagi, cuma Aksa, Gilang, dan Jay saja yang tidak memiliki kegiatan apa-apa selain menggoda siapa saja yang lewat di depan kelas.
"Saben bengi aku, gak iso turu, gak iso turu, kelingan awakmu," suara Gilang memenuhi lorong kelas dua belas IPA, diiringi dengan iringan gitar seadanya dari Jay, cowok itu menyanyi dengan sungguh-sungguh.
"Saben bengi aku, gak iso turu, gak iso turu, kelingan awakmu, Tri! Tri!" Gilang teriak, meledek Tri yang baru saja keluar dari kelas mereka. Tri itu ketua kelas dua belas IPA 6, musuh bebuyutannya Aksa dan kawan-kawan selain Ibu Baru.
Tri menoleh, perempuan itu lantas menatap Gilang sengit. "Mati aja lo!"
"Ya Allah jahat banget sih orang-orang," Gilang memelas, kemudian pasrah lalu tiduran di pangkuan Jay yang sedari tadi terduduk dengan keadaan punggung yang disandarkan pada tembok.
"Tri galak banget nggak, sih? Kaya Roro," pertanyaan Jay tadi dengan cepat Gilang setujui.
Tri memang galak, apalagi soal jadwal piket kelas yang sering kali Aksa dan kawan-kawan abaikan. Tapi menurut Gilang, dirinya dan teman-temannya itu napas saja dianggap sebuah kesalahan di mata Tri. Heran.
Ketiganya tertawa, kemudian mendadak terhenti kala Pak Dimas berhenti tak jauh dari tempat ketiganya tidur-tiduran di lantai lorong.
"Eh Pak, ngapunten," Jay salah tingkah, kemudian segera berdiri bersamaan dengan Gilang sambil membersihkan pantat mereka dari debu di lantai.
Berbeda dengan teman-temannya, Aksa berdiri dengan malas-malasan setelah mengetahui siapa yang disapa oleh Jay dan Gilang.
"Kalian ke kantin duluan aja, nanti gue nyusul," pinta Aksa pada dua sahabatnya yang sedari tadi senyum-senyum, berusaha sesopan mungkin di depan pemilik yayasan sekolah mereka.
Gilang dan Jay menurut, kemudian meninggalkan Aksa dan Pak Dimas berdua. "Gue titip mendoan!" teriak Aksa sebelum tubuh Gilang dan Jay benar-benar hilang dari pandangan matanya.
Mendengar itu Dimas tertawa kecil.
"Ada apa? Gue nggak mau ribut di sekolah,"
"Soal kejadian semalam, saya minta maaf. Keluarga Genandra harus pulang terlebih dahulu padahal acara baru saja dimulai."