Chapter Three

241 35 254
                                    

[WARNING! Cerita ini termasuk konten dewasa karena mengandung kekerasan. Dimohon bijak dalam membaca, ambil sisi positifnya.]

Happy reading and enjoy your time!❤️

***

Helcia kembali ke apartemen dan duduk terpaku di depan televisi. Sesaat dia berpikir akan lebih mudah bepergian dengan mobil. Apalagi tadi Helios harus mengurangi belanjaannya karena mereka menggunakan motor. Ditambah juga, lelaki menggemaskan itu bisa saja kepanasan kalau naik motor saat matahari sedang terik.

Mungkin lucu melihat Helios yang tertidur di jok mobil saat diantar pulang. Lelaki itu terlalu serius kuliah, sampai sering pulang dalam kondisi kelelahan. Helcia terkekeh, menertawakan pikirannya sendiri.

Tekadnya sudah bulat, dia akan membeli mobil. Tanpa membuang waktu, gadis tersebut menelepon Paul—seorang kawan lama yang tinggal di Sutter Street, pemilik bisnis jual-beli kendaraan bermotor.

"Aku butuh sebuah mobil. Pilihkan yang terbaik dan antarkan sekarang juga," ujar Helcia.

"Oh, good night, Princess Helcia, budayakan salam sebelum meminta tolong."

Helcia menarik napas. Paul memang suka basa-basi. "Aku tunggu."

"Baiklah, Helcia, aku janji tidak akan melebihi lima belas menit."

Helcia kemudian mematikan teleponnya, menunggu kedatangan Paul bersama Liel. Tak sampai sepuluh menit, teleponnya kembali berdering. Tanpa berniat mengangkat panggilan itu, ia keluar dari apartemen menuju basement.

"Yo, Princess, sesuai pesananmu," celetuk Paul sambil tersenyum miring pada Helcia.

Mobil hitam mengilap berada tepat di depannya, jenis Bugatti Chiron. Mobil keluaran 2016 ini dijual dengan harga fantastis, bukan hanya menguras dompet, tetapi bisa membuat miskin sekaligus. Namun, bukan tentang materi yang Helcia pikirkan sekarang. Tabungannya masih cukup dan ia akan segera mendapat uang lagi. Niatnya tulus demi Helios. 

"Kerja bagus," sahut Helcia berjalan mengelilingi mobilnya. Paul melemparkan kunci yang langsung ditangkap oleh Helcia. Gadis itu menyukai desain mobilnya, jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Selamat bersenang-senang, jangan lupa ke rekening biasa," pamit Paul berbalik melambaikan tangan. Helcia hanya membalas dengan gumaman.

Setelah puas mengecek mobil barunya, dia kembali ke apartemen. Mungkin besok saja Helcia mencoba melajukan mobil itu, sekalian pamer pada Helios. Senyum tipis terukir di bibirnya, sampai kedua mata itu perlahan menutup.

***

Helcia bersiap untuk kuliah. Kalau bukan karena ingin memamerkan mobilnya pada Helios, dia enggan pergi ke kampus, membosankan.

Sebuah kebiasaan bagi Helcia, akan sarapan dengan segelas susu cokelat dan roti selai kacang, gadis itu malas memasak dan lebih suka masakan Helios.

"Liel, kemari!" seru Helcia pada anjing kesayangannya itu. Semangkuk sarapan untuk Liel juga telah di pmsediakan. "Jaga rumah baik-baik! Kalau ada yang datang selain Mrs. Katy dan Helios, kamu bisa gigit, bunuh, atau makan saja sekalian," pesan Helcia. Anjing itu menggonggong tanda patuh.

Helcia menutup pintu apartemen. Selain Helios, ada satu orang lagi yang diizinkan menginjak apartemennya: Mrs. Katy, seorang dokter hewan kepercayaan Helcia yang sering dititipi Liel ketika dia sibuk kuliah.

Helcia menilik apartemen 30A milik Mrs. John, tumben sekali wanita itu tidak keluar, atau dia masih pergi?

Tubuh semampai Helcia masuk ke benda kotak yang terbuat dari besi, dipandanginya pantulan diri yang ada di dinding lift. Sosok perempuan dengan rambut mengombak warna silver tampak tersenyum. Sepatu kulit berwarna hitam membaluti telapak kaki, terlihat padu dengan stoking gelap. Kaus abu-abu kebesaran itu cocok dengan tank top putih. Jangan lupakan hot pans yang juga berwarna cerah senada.

HELL (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang