[WARNING! Cerita ini termasuk konten dewasa karena mengandung kekerasan. Dimohon bijak dalam membaca, ambil sisi positifnya.]
Happy reading and enjoy your time!❤️
***
Helios mengerang pelan ketika merasa luka di dada begitu perih. Ia memaksakan kelopak matanya agar terbuka. Dengan malas, lelaki itu bangkit karena hari sudah siang.
Ke mana Helcia? Tadi malam gadis itu ada bersamanya, kenapa ketika bangun tidak ada? Huft, Helcia suka sekali menghilang.
Ia langkahkan kaki menuju kamar mandi, menatap pantulan diri di cermin lebar yang menghiasi salah satu dinding. Parah sekali lukannya, cukup dalam dan masih banyak bercak darah yang menempel. Helios bergidik, segera ia nyalakan shower untuk membersihkan darah.
Ringisan keluar dari mulutnya. Demi apa pun, lebih baik ia tidak mandi jika harus menahan sakit seperti ini tatkala lukanya bersinggungan dengan air.
Lima belas menit berkutat dengan rasa perih, Helios membanting tubuh ke kasur empuk. Napas Helios tersengal, tangan kirinya yang ramai akan luka sayat terlihat menutupi mata.
Tring!
Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Helios segera menggeser layar, mungkin itu dari Helcia.
Helcia Candace❤️
Morn, Little Bear. Aku sudah di kampus dan menitipkan absenmu ke Billy. Ah, iya, ambil hati milik Rea, sebentar lagi dia sampai. Take care.
Hah? Mengambil hati milik Rea? Apa maksudnya? Helios mendesah, apa ia harus melakukan operasi lagi? Oh, please, no more.
Setelah memakai kaus berwarna putih, Helios keluar dari kamar, menunggu kedatangan calon korban. Sembari menanti, lelaki itu menyambar gitar cokelat, kemudian memainkannya.
Helios memetik dawai dengan kaku karena tangannya penuh plester, membuat suara yang tercipta begitu luar biasa fals. Hm, Helios berbakat membuat tuli orang yang mendengar permainan gitarnya.
Tiba-tiba, sebuah tangan menekan senar, menyerupai posisi kunci C. Helios mendongak, menatap perempuan cantik bersurai pirang. Dia ... Rea?
"Bukan begitu cara memainkan gitar. Coba, petik lagi," ujarnya.
Helios menurut, memetik gitar, dan wow! Suara yang dihasilkan begitu indah!
Rea melepas tangannya, tersenyum lebar kepada Helios. "Kamu tertarik belajar gitar?" Kapala Helios terangguk. "Datang ke kursus gitar yang ada di Union Street, kamu akan diajari sampai mahir."
Senyum tulus Helios terulas. "Terima kasih."
"Kamu pacar Helcia? Di mana dia sekarang?"
Sejurus kemudian, lengkung di bibirnya menghilang. Ia lupa harus mengambil organ hati milik Rea. "Can you follow me?"
Meski heran, Rea tetap mengikuti langkah Helios yang turun ke lantai dua. Dengan gerakan cepat, Helios berbalik, membenturkan kepala Rea ke dinding besi. Pandangan gadis itu seketika mengabur, tidak siap dengan rasa sakit di kepalanya.
Tanpa lama, Helios segera membaringkan tubuh Rea, merantai tangan dan kaki. Setelah itu, Helios berjalan ke peralatan yang akan ia gunakan. Ide brilian terbesit di otaknya. Mumpung tidak ada Helcia, ia akan melakukan anestesi pada gadis baik yang sebentar lagi akan ia operasi.
"Apa yang akan kamu lakukan?!" jerit Rea.
Helios sudah berdiri dengan jarum suntik yang terlihat berkilat ujungnya. "I'm sorry."
Jarum menembus kulit Rea, membuat gadis itu tidak sadarkan diri. Ia tak ingin mendengar rintihan penuh rasa sakit dari korbannya.
Kemudian, Helios memulai lagi aktivitas bejat itu: mengambil organ dari manusia tak bersalah. Apakah ... hati Helios sudah membatu?
***
Helcia mengetuk-ngetukkan jari ke meja. Pandangannya melanglang buana, mencari mangsa yang bisa ia tangkap. Siapa, ya?
Seseorang menyentuh jarinya, membuat Helcia terlonjak kaget. "Maaf membuatmu terkejut."
Mata biru safir gadis itu melirik satu per satu gerombolan mahasiswi yang mendatanginya. Cih, kelompok sok cantik dan bermuka dua. Meski batinnya menggerutu, bibir Helcia tetap menyunggingkan senyum manis. "Ada apa?"
"Kami hanya ingin duduk denganmu. Kamu sendirian, 'kan?" tanya perempuan yang memakai baju tanpa lengan tersebut.
Namanya Belle, Helcia tebak otaknya agak geser. Bagaimana tidak? Sudah masuk musim dingin dan Belle memakai pakaian pendek seperti itu? Mati-matian Helcia menahan diri agar tidak menyemburkan tawa. Hanya demi style, kedinginan pun akan dilakukan, ck, ck.
Tangan Belle melambai di depan wajah Helcia yang termenung. Sadar karena melamun, ia berujar, "Eh? Iya, aku sendiri."
Lima perempuan yang memakai pakaian tak lazim di musim dingin itu duduk mengelilingi Helcia. "Kudengar kamu absen seminggu bulan lalu, ke mana?"
Helcia tersenyum lebar. "Berlibur," jawabnya.
"Enak sekali, ya. Sudah cantik, pintar, bisa izin lama tanpa diskors pula," puji Belle.
Seratus persen Helcia yakin, Belle sedang iri. Hihihi, dasar, iri tanda tak mampu. "Semua perempuan cantik dan pintar."
Belle tampaknya masih ingin menyebutkan kelebihan Helcia. "Tetapi hanya kamu yang menjadi Mr. Raymond Willington, donatur tetap kampus ini, sekaligus Kepala Kepolisian Sektor San Francisco yang menjamin keamanan UCSF. Andai saja ayahku begitu, pasti aku bisa membolos kapan saja, 'kan?"
Lama-lama Helcia geram, sejak tadi Belle terus saja menyinggung tentang ayahnya. "Aku masih ada kelas," ucap Helcia sembari berdiri.
"Baiklah, sampai jumpa!"
Belle sialan, membuat mood-nya buruk. Helcia masuk ke sebuah ruangan luas yang berisi banyak manusia berjas putih. Di sana, Mr. Ed tersenyum menatap mahasiswi andalannya. "Masuk, Helcia."
Sama sekali tidak ada yang menegur atas keterlambatan Helcia, meski gadis itu telat hampir satu jam. Ia menjatuhkan pantatnya ke sembarang kursi, menghela napas panjang.
Mr. Ed terkenal dengan ketegasannya. Baik mahasiswa maupun mahasiswi, semuanya sama saja di mata beliau. Tidak ada toleransi terlambat walau semenit.
Namun, sebuah pengecualian untuk Helcia yang memiliki nilai sempurna di semua bidang. Tak jarang hal itu membuat banyak orang membicarakan Helcia di belakang. Persetan dengan semua itu, Helcia sama sekali tidak peduli. Ia hidup untuk dirinya, bukan orang lain. Hm, salah. Helcia juga hidup untuk Helios.
Helcia terkikik sendiri, merasa geli dengan pikirannya yang picisan. Seketika mood-nya membaik. Ia bersemangat mengikuti kelas Mr. Ed yang biasanya diikuti dengan malas.
Helios memang mood booster terbaik yang pernah Helcia miliki. Mungkin pulang kuliah nanti ia harus memberi kejutan bagi Beruang Kecil-nya.
***
AN:
Alohalo! Apa kabar?
Chapter Fifteen is done! Wait next chapter for another cuteness.
Cie yang berharap ada cinta segitiga antara Rea-Helios-Helcia. Sori, Rea cuma selingan, kayak Carol, Mark, dan Ricky, bwhahaha.
Oh, iya, ada yang minta kalau kata-kata bahasa Inggris di dialog disertakan dengan translate-nya. Ada yang setuju? Atau malah mengganggu? Kalau setuju, next aku kasih translate-nya.
TTD,
Pecinta husbando 2D,
maylinss_ dan Michika213
KAMU SEDANG MEMBACA
HELL (Completed)
غموض / إثارة[CERITA INI TERMASUK KONTEN DEWASA KARENA BANYAK MENGANDUNG KEKERASAN. DIMOHON BIJAK DALAM MEMBACA!] Cerita belum ending, tetapi sudah selesai. Penjelasan ada di part "Post-chapter". *** Dunia yang kita tinggali tidak selamanya perkara hitam dan pu...