Chapter Four

224 33 327
                                    

[WARNING! Cerita ini termasuk konten dewasa karena mengandung kekerasan. Dimohon bijak dalam membaca, ambil sisi positifnya.]

Happy reading and enjoy your time!❤️

***

Helcia belajar mengikat rambutnya melalui tutorial di YouTube. Model short waterfall braid menjadi pilihannya hari ini. Rambut silver yang lumayan panjang tampak indah, padu dengan anting-anting kecil dari emas putih.

Tangan Helcia meraih lip balm berwarna peach, kemudian memoleskan ke bibir yang sebenarnya sudah sempurna. Gadis itu berjalan ke wardrobe, membuka pintunya. Terpampanglah semua pakaian dan aksesori yang rerata berwarna abu-abu dan hitam. Entahlah, Helcia terlalu jatuh cinta pada warna kelabu.

Dia mengambil all button-up tank berwarna abu muda dan celana selutut dengan warna lebih tua. Agar lehernya tidak terlalu kosong, Helcia beralih menuju kotak perhiasan, meraih seutas kalung emas putih dengan bandul huruf 'H'. Untuk alas kaki, Helcia memakai fall boots berwarna hitam meski sekarang masih musim panas. Pandangannya jatuh pada bayangan yang ada di balik cermin. Sempurna. Hari ini akan menyenangkan.

"C'mon, Liel!" seru Helcia pada Liel yang baru saja selesai makan.

Anjing itu mendekat ke kaki Helcia, membuat pemiliknya tertawa pelan. Dia menutup pintu apartemen setelah menyampirkan tas ke pundak.

Helcia menekan bel apartemen nomor 30A, menunggu sesaat sebelum Mrs. John membuka pintunya. "Bisakah Liel di tempatmu sampai aku pulang?" tanya Helcia.

Wanita berumur empat puluh tahun tersebut mengulas senyum. "Tentu saja, dia bisa menemaniku hari ini."

Helcia berjongkok, mengusap-usap kepala Liel yang tampak senang. "Jadilah anak baik, oke?"

"Guk!" Liel menyalak semangat, mungkin pertanda mengerti akan perkataan Helcia.

"Untuk makan siang–"

"Aku sudah beli makanan anjing untuk Liel, kamu tidak perlu khawatir," sela Mrs. John.

Helcia mengangguk. "Terima kasih banyak, Mrs. John. Aku berangkat dulu."

"Hati-hati."

***

Suara klakson terdengar nyaring dan bersahutan, membuat Helios yang sedang memakan sereal tersedak. Siapa yang membunyikan klakson seperti itu?

Belum genap rasa penasarannya, dering telepon mengalihkan atensi Helios. Nama kontak Helcia terpampang di layar ponsel. Setelah mengusap layar, Helios menyapa, "Morning, Hel–"

"Cepat keluar, aku di depan!"

Helios segera berlari ke jendela, mengintip sesaat sebelum meraih tas kuliah yang ada di kursi, kemudian mengunci rumah. Senyum Helcia mengembang melihat Helios yang berjalan ke arahnya dengan tatapan tidak percaya. "Kamu–"


"Naik, Helios," potong Helcia.

Helios masuk ke mobil berpintu dua itu, lalu duduk di jok empuk yang terasa nyaman. Setelah memakaikan seat belt untuk lelaki itu, Helcia menginjak gas, melesat menuju kampus.

"Kapan kamu beli mobil ini?" Mata Helios menelisik bagian mobil yang tampak mahal.

"Rahasia. Bagaimana, kamu suka?"

HELL (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang