Chapter Twenty

81 13 28
                                    

[WARNING! Cerita ini termasuk konten dewasa karena mengandung kekerasan. Dimohon bijak dalam membaca, ambil sisi positifnya.]

Happy reading and enjoy your time!❤️

***

For your information, aku udah bikin playlist di Spotify buat cerita ini. Namanya "HELL FOR US!🖤". Jangan lupa didengar waktu ada penggalan liriknya di cerita, ya! Atau bisa klik video yang ada di media ^^

***

Rantai terurai bersamaan dengan pintu bergeser. Helcia menatap pualam putih kotor di hadapannya. Dulu, Helios tertidur ketika menunggu ia pulang. Senyum tipis terukir di bibir Helcia.

Waktu berjalan terlalu cepat. Awalnya, ia kira semua hal akan baik-baik saja setelah Helios pergi. Toh, semua ini hanya permainan, bukan? Helios hanya sekadar partner bisnisnya. Namun, belakangan ini ia sadar akan satu hal: Helios lebih dari itu.

Kakinya melangkah lebih jauh, lalu berhenti di lantai dua. Helcia melirik kumpulan lemari besi dan meja operasi. Sayang, sekarang semua itu sudah tak semenyenangkan dahulu.

Pandangan takut, tangan yang gemetar kedinginan, kegugupan, dan juga pipi merona Helios terbayang di benak Helcia. Semua tentang lelaki itu, termasuk kenangan kecil mereka kembali menyeruak, memaksa masuk ke pikirannya. Satu per satu ingatan terputar di otak, persis seperti film di bioskop.

Kembali menyusuri anak tangga, tibalah ia di lantai tiga. Helcia menduduki kursi yang biasa mereka tempati bersama. Harum Helios masih menempel di sana, memabukkan. Gitar tergeletak begitu saja di sudut ruangan, seolah mengingatkan Helcia tentang Helios yang mati-matian belajar gitar demi dirinya.

Tangan lentik Helcia menekan tombol play pada radio tua milik Helios yang ditinggal di sana. Benda itu mengalunkan lagu "Wildest Dream" milik Taylor Swift.

He said, "Let's get out of this town
Drive out of the city away from the crowds."
I thought, "Heaven can't help me now."
Nothin' lasts forever
But this is gonna take me down
He's so tall and handsome as hell
He's so bad but he does it so well
I can see the end as it begins
My one condition is ....

Lirik itu semakin membuat Helcia terlarut dalam masa lalu, saat Helios masih ada di sini, menemaninya. Lelaki itu dengan senang hati melakukan apa pun dengan Helcia.

Say you'll remember me
Standin' in a nice dress
Starin' at the sunset, Babe
Red lips and rosy cheeks
Say you'll see me again
Even if it's just in your
Wildest dreams, ah, ha
Wildest dreams, ah, ha

Apakah Helcia memang pantas mendapatkan cinta Helios? Ia bahkan tidak pernah peduli tentang perasaan lelaki itu. Tak pernah sekalipun menanyakan bagaimana kabar dan perasaan Helios. Helcia dirundung rasa bersalah dan rindu.

You'll see me in hindsight
Tangled up with you all night
Burnin' it down
Someday, when you leave me
I bet these memories
Follow you around
You'll see me in hindsight
Tangled up with you all night
Burnin' (burnin'), it (it), down (down)
Someday, when you leave me
I bet these memories
Follow you around

Masih pantaskah Helcia mendapatkan kembali cinta Helios? Sekali ... sekali saja ... biarkan ia mengatakan bahwa laki-laki itu sangat berarti baginya. Kenapa cinta datang terlambat?

"Lios," lirih Helcia memeluk boneka beruang putih bertuliskan nama Helios. Mencari kehangatan pelukan tubuh Helios di sana, yang tentu saja tidak didapatkan.

Semuanya telah terlambat. Benar kata pepatah, sesuatu akan terasa sangat berharga saat hal itu telah tiada ataupun pergi. Sekarang Helcia merasakan itu, ia jatuh cinta pada Helios yang mungkin sudah membencinya.

***

Sebuah bangunan bertuliskan "Police Offices" tampak ramai oleh manusia yang keluar-masuk dari tempat itu. Beberapa berpakaian formal dengan jas, segelintir orang mengenakan seragam berwarna biru gelap.

Seorang berpakaian biru gelap menanyakan maksud tujuan kedatangannya, lalu setelah berucap, ia dibawa ke sebuah ruangan yang letaknya lebih dalam.

"Dengan Zack Ryder?" tanya orang petugas yang sedang duduk di balik meja penuh dokumennya. "Berniat melaporkan Helcia Candace atas tuduhan pembunuhan dan pemasaran organ dalam ilegal?"

Pertanyaan polisi bernama Joseph hanya dibalas anggukan oleh Zack.

"Bisa dijelaskan lebih rinci alasan Anda melaporkan nona Candace, Mr. Ryder?" tuntut orang berseragam biru gelap itu.

Zack menghela napas berat. Tidak mudah menceritakan pengalaman buruk ini. Apalagi kehilangan yang baru dialaminya belakangan, hatinya masih tak rela. Namun, mungkin ini merupakan cara terbaik sebagai penebusan dosa Zack.

"Ketika itu putri saya mengalami gagal ginjal, diharuskan segera mendapat donor agar bisa selamat. Meski telah mencari ke sana-sini, saya tidak kunjung menemukan ginjal yang tepat. Sampai akhirnya, saya memilih jalan yang salah ...." Ucapan Zack terhenti, bagian selanjutnya adalah yang paling sulit untuk diceritakan.

Pria berumur empat puluhan tersebut menceritakan secara singkat tanpa menghilangkan detail yang dibutuhkan polisi. Ia bercerita mulai dari anaknya yang menderita gagal ginjal dan membuatnya terpaksa mengambil cara kotor.

Salah satu kenalan memberi kontak Helcia yang katanya mampu mencari berbagai organ dalam sesuai kriteria kebutuhan. Setelah bertransaksi dan operasi Estrid--putri Zack--berjalan lancar, Zack bersyukur sekaligus merasa bersalah karena secara tidak langsung ia telah membunuh orang lain demi menyelamatkan Estrid.

Sayang, tak lama setelah itu, keadaan gadis berusia tujuh belas tahun tersebut kembali memburuk, tidak bisa terselamatkan lagi. Sebelum napas terakhirnya berembus, Estrid berujar, "Ayah, tidak benar mengorbankan orang lain demi kesehatanku. Aku harap tidak ada lagi orang di luar sana yang menjadi korban perdagangan gelap seperti ini."

Setelah dua puluh menit, cerita itu baru usai dikisahkan oleh Zack. Entah hukuman apa yang akan ia dapat karena masuk ke perdagangan gelap, tetapi ini lebih baik daripada tetap diam dan membiarkan Helcia Candace si Gadis Gila itu terus melayangkan nyawa orang lain seperti mencabut rumput.

Seseorang berjalan masuk ke ruangan yang berisi Zack dan Joseph. "Apakah benar laporan itu? Bagaimana dengan buktinya?" tanya Raymond--orang yang tadi menerobos masuk begitu mendengar nama Helcia.

"Bukti sudah kuat. Ada jejak kontak terakhir dengan tersangka sebelum membeli barang, juga bukti transaksinya," jawab Joseph lugas, "yang dikatakan Helios Istvan itu benar. Dia tidak gila."

Helios memang tidak gila, Raymond tahu itu. Namun, demi tidak memperburuk nama keluarganya, ia terpaksa memasukkan Helios ke rumah sakit jiwa agar tutup mulut. Sekarang, dengan adanya laporan tentang Helcia, sudah tidak ada yang bisa dimanipulasi lagi. Lebih baik segera menangkap Helcia, daripada gadis sialan itu makin mencemari namanya.

"Kumpulkan tim, tangkap Helcia Candace!"

Tiga mobil polisi melaju menuju alamat yang diberikan oleh Zack Ryder. Hari itu adalah awal mula kehancuran Helcia. Tidak ada elakan lagi, semesta sudah muak menampung kebohongan gadis tersebut.

***

AN:

Alohalo! Apa kabar?

Chapter Twenty is done! Wait next chapter for another cuteness.

MAU KASIH BOCORAN, CHAPTER DEPAN ... ENDING!

Hah? Ending?!

Iya. Versi Wattpad, eh?🤐

TTD,
Pecinta husbando 2D
maylinss_ dan Michika213

HELL (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang