[WARNING! Cerita ini termasuk konten dewasa karena mengandung kekerasan. Dimohon bijak dalam membaca, ambil sisi positifnya.]
Happy reading and enjoy your time!❤️
***
Helios masih bergeming karena tak mengerti apa pun. Kekasihnya telah membunuh seseorang, kenapa sampai sekarang dia masih diam tidak protes?
"Lios," panggil Helcia seraya mendudukkan diri di atas paha Helios lalu memegang lembut pipi kekasihnya. "Dengarkan aku. Mulai hari ini kamu yang akan menggantikanku mencari target, mendekatinya, kemudian melakukan eksekusi. Kamu mau, 'kan?"
Seolah terhipnotis, Helios mengangguk. Melihat hal itu Helcia tersenyum puas sembari mengelus lembut kepala Helios. Sungguh mudah membuat Beruang Kecil-nya itu patuh, cukup beri sentuhan sedikit dan dia akan jatuh begitu saja.
Helcia memeluk Helios yang mematung. Di balik pelukannya, senyum Helcia berubah menjadi seringai puas. Ah, permainan baru saja akan dimulai.
***
"Good night, my Little Bear," ucap Helcia.
"Sleep well, Honey." Helcia terkekeh kecil mendengar panggilan sayang dari Helios yang terdengar menggelikan.
Tak lama, gadis itu keluar dari kamar, meninggalkan laki-laki yang senang sekali hari ini. Helios rela memberikan seluruh cinta dan jiwanya untuk Helcia, tanpa mau tahu risiko besar telah menantinya. Dia tidak peduli apa pun, karena yang terpenting adalah menuruti semua permintaan gadis itu, sekalipun menghilangkan nyawa seseorang.
***
Gadis itu bergerak memakai jaket, tak lupa menutupi wajah dengan masker. Kacamata hitam juga tampak menutupi mata biru safirnya. Helcia menatap sebal kantong plastik hitam yang ada di hadapannya. Bagian paling merepotkan yang dia tidak suka; membuang mayat hasil operasinya. Gadis itu menyeret jasad Ricky sampai lantai bawah, kemudian menaruhnya di bagasi mobil. Sial, Bugatti Chiron kesayangannya harus dinodai dengan potongan tubuh orang mati.
Ya, tubuh Ricky sudah dipotong menjadi bagian kecil hingga tak berbentuk lagi. Sarung tangan setia melekat di kedua telapak tangan agar sidik jarinya tidak terekam di mana pun.
Tepat tengah malam, tatkala orang-orang tertidur, Helcia melajukan mobilnya meninggalkan jalanan Lyon Street dengan kecepatan 380 kilometer per jam.
Suasana malam yang lengang serta pencahayaan redup dari lampu jalan kian memuluskan aksi Helcia. Ketika sampai di jembatan merah---tempat yang sangat terkenal di San Fansisco, Golden Gate Bridge---dia menyeret kantong plastik itu, setelah memastikan tidak ada seorang pun yang melihatnya.
Suara air terdengar samar karena jarak dari jembatan ke sungai yang ada di bawahnya cukup jauh, kira-kira 230 meter di atas permukaan laut. Tubuh Ricky dijatuhkan begitu saja tanpa belas kasih. Helcia mengembuskan napas lega sambil bersiul pelan, tugasnya telah beres dan akan segera mendapat uang.
Ah, jika kamu pernah mendengar bahwa Golden Gate Bridge ini adalah jembatan yang telah memakan ribuan jiwa, berita itu benar. Konon, tempat ini adalah spot terfavorit untuk bunuh diri, maupun untuk pembuangan mayat seperti yang Helcia lakukan. But please, keep silent, this is our secret.
Setelah kembali masuk ke mobil, Helcia melirik ke arah luar jendela melihat barangkali ada mangsa selanjutnya. Benar saja, dia melihat seorang gadis baru keluar dari minimarket memakai seragam kerja.
Helcia mengeluarkan ponselnya, memotret gadis itu dari jauh. Diam-diam membuntuti hingga masuk ke sebuah perumahan di daerah kumuh. Helcia tersenyum puas, kali ini mangsanya adalah orang dari kalangan biasa, tidak akan menggemparkan banyak orang jika gadis itu hilang. Tak perlu uang tutup mulut untuk menyogok saksi mata. Cocok bagi trial perdana Helios.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELL (Completed)
Mystery / Thriller[CERITA INI TERMASUK KONTEN DEWASA KARENA BANYAK MENGANDUNG KEKERASAN. DIMOHON BIJAK DALAM MEMBACA!] Cerita belum ending, tetapi sudah selesai. Penjelasan ada di part "Post-chapter". *** Dunia yang kita tinggali tidak selamanya perkara hitam dan pu...