Chapter Fourteen

91 15 69
                                    

[WARNING! Cerita ini termasuk konten dewasa karena mengandung kekerasan. Dimohon bijak dalam membaca, ambil sisi positifnya.]

Happy reading and enjoy your time!❤️

***

For your information, aku udah bikin playlist di Spotify buat cerita ini. Namanya "HELL FOR US!🖤". Jangan lupa didengar waktu ada penggalan liriknya di cerita, ya! Atau bisa klik video yang ada di media ^^

***

Bunyi nyaring alarm membangunkan lelaki yang sedang terlelap nyenyak itu. Dengan malas, ia matikan jam beker yang sialnya diletakkan di dekat bantal.

Helios mengerjapkan mata yang terasa berat, kemudian kening mengernyit heran. Lho, masih malam? Siapa yang mengatur set jam bekernya pukul sebelas malam seperti ini?

Atensinya jatuh pada kotak yang ada di pinggir kasur. Apakah itu dari Sinterklas? Kepala Helios menggeleng, baru enam hari lalu natal, tidak mungkin Sinterklas telat kirim hadiah.

Dengan keadaan setengah sadar, ia buka penutup benda berbentuk persegi panjang tersebut. Di dalam kotak kecil itu, terdapat sebuah pita kaset. Baru saja Helios hendak menelitinya, sesuatu yang lain jatuh dari sana. Catatan kecil yang ditulis di kertas berwarna gelap berisi pesan: 'Take your radio, I'll wait in our home'.

Helios segera tahu bahwa Helcia yang mengirim kotak itu, ia hafal tulisan tangan pacarnya. Lelaki tersebut turun dari tempat tidur, bersiap menuju tempat yang dimaksud.

Setelah menimbang harus naik taksi atau bersepeda, Helios memilih kendaraan roda dua berwarna hitam yang tersimpan di garasi.

Meninggalkan Vallejo Street, Helios masuk ke jalanan masih ramai meski sudah tengah malam. Bahkan, restoran yang biasanya tutup cepat pun terlihat sesak karena kursi dan meja terisi penuh. Dekorasi lampu warna-warni menghiasi sudut jalanan. Tentu saja, semuanya karena hari ini spesial, malam tahun baru!

Helios mengayuh sepedanya pelan dan hati-hati, ia tak ingin memakan korban lagi ketika dirinya sedang berkendara. Sesampainya di tempat tujuan, Helios meletakkan sepeda tersebut di tempat yang sama dengan biasa Helcia parkir. Langkahnya terhenti di gedung tua yang Helcia sebut sebagai rumah mereka.

Begitu pintu terbuka, secarik kertas terinjak saat ia hendak melangkah masuk, kali ini bertuliskan: "Turn on the radio if you already in third floor."

Meski heran kenapa ia harus membawa radio jadul miliknya, Helios tetap naik ke lantai tiga dan menyimpan radio itu di atas meja. Sebuah lagu terputar, bersamaan dengan lampu yang padam begitu saja. Helios kaget hingga melangkah mundur dan membentur dinding.

Lampu kembali menyala meski tidak seterang tadi, seiring dengan terdengarnya suara Katy Perry yang menyanyikan lagu "Dark Horse". Di bawah lampu temaram, Helcia memegang sebuah roti.

Gadis itu tersenyum, lilin kecil menyala di tengah kue yang tidak terlalu besar. "Happy birthday my Little Bear!" seru Helcia bertepatan dengan suara kembang api yang dinyalakan.

Tepat pukul 00.00, tahun resmi berganti, pun dengan Helios yang bertambah umur. Suasana riuh di luar sana tidak memengaruhi kedua insan yang saling bertatapan itu.

Musik yang terdengar dari radio sudah memasuki bagian reff. Seketika, manik biru safir Helcia memenjarakan bayangan Helios di dalamnya.

"Are you ready for a perfect storm? 'Cause once you're mine, there's not going back," bisik Helcia seolah bernyanyi mengikuti irama lagu.

Tubuh Helios merinding saat itu juga. Bak disihir, lelaki tersebut mengangguk, membuat senyum Helcia semakin lebar. Ia menarik Helios untuk duduk di sofa. "Tiup lilinnya, Lios, and make a wish."

Helcia menyodorkan kue itu kepada Helios, disambut pejaman mata. Setelah merapalkan sederet permohonan, lelaki itu meniup lilin.

Kue mulai dipotong menggunakan pisau kecil. Dengan warna-warni kembang api sebagai penghias langit, Helios merasa ini adalah ulang tahun paling bahagianya. Di umur ke-20, ia hanya berharap bisa bersama Helcia selamanya. S-e-l-a-m-a-n-y-a.

Helios tak tahu bahwa kejutan Helcia belum cukup sampai di situ. Tiba-tiba, gadis dengan rambut digerai cantik tersebut mendorong tubuh Helios ke sofa. Helcia meraih pisau yang dipakai untuk memotong kue tadi, menjilati sisa-sisa krim yang ada di sana.

Helios meneguk salivanya susah payah, keringat dingin mulai bermunculan di sekitar wajah. Tidak aman melihat senyum mengerikan pacarya. Sebenarnya ... apa yang akan Helcia lakukan?

Satu per satu kancing kemeja Helios dibuka oleh Helcia yang lagi-lagi berbisik lirih. "Kita akan terikat selamanya, Lios."

Tubuh Helios menegang. Apakah Helcia mendengar harapannya yang ia sebut dalam hati? Atau ... gadis itu seorang titisan malaikat? Sial, pikiran aneh menghantui isi kepala Helios.

Lelaki tersebut berhenti membatin tatkala pisau kecil itu menggores dada bidangnya. Helios meringis, astaga, apakah Helcia hendak mengoperasinya juga?!

Dirasakannya ujung pisau semakin ditekan ke kulit, darah menggantikan posisi krim yang semula membaluri benda tajam tersebut.

"Helcia," desis Helios. Kulitnya robek, perih menjalar di sekitar dada. Sekuat tenaga ia tahan agar tidak menjerit kesakitan.

Helcia terkekeh melihat reaksi Helios yang menggemaskan sembari terus melanjutkan aksinya mengukir sebuah kata di kulit lelakinya. Selesai dengan mahakarya indah yang ia ciptakan, Helcia menjilat darah yang tercecer tanpa rasa jijik. "Aku suka darahmu."

Helios melirik tulisan yang terukir di dadanya: "Helcia's". Letupan-letupan kecil menghampiri hatinya. Bukan takut atau marah, Helios justru senang atas proses penamaan hak milik yang baru saja dilakukan. Sepertinya ia mulai ... gila.

Disakiti oleh Helcia seperti ini, membuat Helios semakin bahagia bukan kepalang. Ia yakin seratus persen, gadisnya adalah pacar paling romantis di dunia.

Helcia turut merebahkan diri di samping Helios, kemudian memeluk Beruang Kecil-nya. Luka yang sengaja dibuat tanpa diobati itu masih mengeluarkan darah, membasahi baju dua orang gersebut.

Mata Helcia terpejam, tertidur pulas dalam pelukan Helios. Pahatan wajah di hadapannya begitu sempurna, tetapi kenapa Helcia justru memilih untuk berpacaran dengan dia?

Tentu saja, banyak laki-laki yang lebih baik dari Helios. Tampan, kaya, keren, cerdas, bertalenta, atau sebut apa pun kriteriamu, semua ada di UCSF.

Sebuah pertanyaan tersiar di kepalanya. Apa benar ucapan Mark tempo hari tentang Helcia yang ... tidak mungkin! Helios menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

Radio setia menyala sedari tadi. Lamat ia mendengar lirik lagu yang berputar seolah mencerminkan dirinya.

And even I know this ain't smart
But mama I'm in love with a criminal
And this type of love isn't rational
It's physical
Mama please don't cry, I will be alright
All reasons aside, I just can't deny

Ah, Helios gila karena sudah jatuh terlalu dalam pada perempuan tidak waras yang mencuri hatinya.

***

AN:

Alohalo! Apa kabar?

Chapter Fourteen is done! Wait next chapter for another cuteness.

SELAMAT ULANG TAHUN, HELIOS-KU!😙 Btw, dia ultah tanggal 1 Januari. 😂

Jangan halu kalian, Helios milik Helcia seorang. Paten. Valid. No debat. 😙

TTD,
Pecinta husbando 2D
maylinss_ dan Michika213

HELL (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang