[WARNING! Cerita ini termasuk konten dewasa karena mengandung kekerasan. Dimohon bijak dalam membaca, ambil sisi positifnya.]
Happy reading and enjoy your time!❤️
***
Motor Helcia memasuki Sacramento Street dengan gesit. Kuda besi kesayangannya berhenti di basement apartemen. Setelah memarkir motor hitam tersebut, mereka berjalan menuju lobi dan masuk ke lift. Helcia menekan angka tiga puluh yang merupakan lantai tertinggi di gedung ini.
Keluar dari benda kotak tadi, mereka melewati apartemen nomor 30A yang memang berada di sebelah lift. "Apartemen Mrs. John sepi sekali, kamu tahu dia ke mana?" tanya Helios heran.
Helcia mengangkat bahu. "Entahlah, tidak biasanya dia pergi."
Sampai di depan pintu bernomor 30B, kaki Helcia tidak sengaja menendang kotak kecil berwarna merah. "Astaga, pai ini lagi," gerutu Helcia.
Sebelum Helcia sempat mengambil kotak itu, Helios buru-buru meraihnya. "Hargai niat baik Mrs. John, Helcia. Kamu bisa memberi ini padaku kalau kamu tidak suka."
"Kamu tahu, 'kan, aku tidak suka stroberi? Namun, ya, baiklah, terserah padamu." Helcia mengambil kartu abu-abu dari saku celana, mengarahkan ke hologram yang muncul di hadapannya.
Daun pintu terbuka otomatis, mereka masuk, melepas sepatu, lalu menggantinya dengan sandal rumahan yang sudah disediakan Helcia. Bentuk koala berwarna abu-abu untuk Helcia, dan beruang putih milik Helios.
Tanpa permisi, Helios segera berjalan ke dapur, memakai apron, serta menggulung kaos lengan panjangnya. Dia ambil beberapa bahan dari kulkas, menaruhnya di meja. Tangan lelaki itu begitu lihai bergerak ke sana-sini; menyalakan kompor, menuang air ke panci, dan membuka bungkus pasta.
Helcia duduk di hadapan Helios dengan kursi tingginya. Dia sangat suka melihat Helios yang sedang serius memasak. Merasa diperhatikan, lelaki itu berkata, "Jangan menatapku!"
Helcia tertawa. "Masakanmu selalu lezat, tetapi mungkin lebih enak jika kamu yang kumakan." Gadis itu berinisiatif mengambil ponsel di tasnya, kemudian membuka aplikasi kamera. Dia memanggil, "Helios!"
Cekrek.
Wajah Helios memerah. Helcia sering mengambil gambar dirinya tiba-tiba. "Helcia!" protes Helios tak terima.
Tanpa memedulikan seruan sahabatnya, gadis itu meletakkan ponsel berlogo buah kesukaan Helios—apel—di meja. Tak lama, dia kembali memandangi Helios, membuat lelaki itu tidak fokus memasak.
Crash.
Telunjuk Helios tersayat pisau ketika sedang memotong sosis. Dengan cepat Helcia meraih tangan kiri Helios, mengulum telunjuk lelaki itu. Rasa amis dari darah segar terkecap di lidahnya. Senyum terulas dari bibir gadis itu, membuat wajah Helios merah padam. Dari jarak sedekat ini, Helcia tampak cantik.
Jari Helios dia keluarkan dari mulutnya, lalu gadis itu berjalan menuju kotak P3K yang besar dan lengkap. Ketika Helcia hendak membubuhkan alkohol ke luka Helios, lelaki tersebut segera menahan pergerakan tangannya. "Pasang plester saja, ini luka kecil."
Gadis itu menurut agar cepat. Dia menempelkan plester bermotif beruang putih dengan hati-hati. Helcia mengecup telunjuk Helios sembari bersenandung, "Pain, pain, go away."
Helios memalingkan wajah, tidak kuat lagi menatap wajah imut Helcia. "Terima k-kasih," cicitnya.
Helcia mengangguk dan kembali duduk. "Tanganmu terluka, apa aku harus membantu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HELL (Completed)
Mystery / Thriller[CERITA INI TERMASUK KONTEN DEWASA KARENA BANYAK MENGANDUNG KEKERASAN. DIMOHON BIJAK DALAM MEMBACA!] Cerita belum ending, tetapi sudah selesai. Penjelasan ada di part "Post-chapter". *** Dunia yang kita tinggali tidak selamanya perkara hitam dan pu...