two

483 82 9
                                    

"Jadi... kita sudah lulus SMA?"

Lia kembali mengangguk, "Aku sudah diterima di universitas, tapi kamu melewati masa ujian ke universitas."

"Ah... begitu, ya? Maaf."

"Kenapa minta maaf? Bukan salahmu, aku cuma memberi informasi. Kan kamu yang minta diceritakan hal dua tahun terakhir." Lia merangkul pundak gadis di sebelahnya hangat.

Yoora tersenyum tipis. Ingatan dua tahun terakhir buram di kepalanya. Dia nyaris melupakan masa masa SMA yang kata orang adalah masa paling indah.

Menyesal? Yoora tidak tahu. Gadis itu bahkan hanya sanggup tersenyum tipis karena perasaannya ikut kosong seperti isi kepalanya.

"Jadi aku kecelakaan dan hilang ingatan? Kenapa seperti di film film?" gurau Yoora, berusaha mencairkam keadaan.

Lia mengangguk, "Benar. Seperti di film, tapi ini nyata. Aku senang kamu masih hidup."

"Aku juga."

Menceritakan soal ulang tahun Yoora, Lia tertawa senang mengulang memori lucu itu.

Saat dimana Yoora lupa ulang tahunnya sendiri, dan dikejutkan satu kelas sampai Yoora menangis.

"Itu lucu. Ah, sayang sekali kamu tidak mengingatnya. Besok, saat kamu pulang, aku akan bawakan album foto kita, oke?" janji Lia, mengaitkan jari kelingkingnya pada Yoora.

Yoora mengangguk, "Iya. Aku senang masih mengingatmu."

Benar. Yoora cukup senang masih mengingat keluarga dan sahabatnya. Hanya mereka yang Yoora sangat sayangi.

Hanya mereka, sepertinya.



Hwang Yoora.

Itu namanya. Putri tunggal keluarga Hwang. Seorang gadis ceria yang baik, kalau kata mereka.

Nasib yang menimpa Yoora hari itu cukup membuat banyak orang terkejut. Terlebih orang terdekatnya, mereka merasa terpukul.

Kecelakaan yang merenggut ingatan Yoora dua tahun belakang. Siapa yang harus disalahkan, mereka tidak tahu.

Ini bukan salah Yoora, bukan juga salah Tuhan. Mungkin memang sudah ditakdirkan begini.

Penantian dua bulan lebih berujung pada kelegaan, meski harus menerima kenyataan bahwa Hwang Yoora hilang ingatan.

Belum ada kasus dimana seseorang hilang ingatan sepenuhnya. Dan beruntung, Yoora bukan yang memulainya.

Yoora masih mengingat namanya, keluarganya, temannya. Cuma tidak ingat kejadian kejadian dua tahun belakang.

Miris, tapi apa boleh buat. Setidaknya Yoora masih hidup.

Dibantu Lia dan orang tuanya, Yoora sedikit mengerti garis besar proses kehidupannya sekarang.

Dirinya bukan lagi anak SMA. Dia sudah lulus beberapa bulan lalu, dan sayangnya, dia juga melupakan pesta perpisahan dengan teman temannya.

Yoora ingat beberapa kejadian di awal SMA, tapi tidak terlalu mengingat apa yang dia lewati di masa indah itu.

Nyonya Hwang, ibu Yoora, mengatakan kalau Yoora sangat ingin masuk universitas bergengsi, tapi sayang, gadis itu melewatkan ujian masuknya.


"Apa rencanamu setelah ini?" tanya Lia, mengantarkan Yoora kembali ke kamarnya.

Yoora mengangkat bahu, "Tidak tahu. Mungkin rehat setahun sebelum masuk kuliah? Aku tidak yakin bisa masuk gelombang ke sekian dalam waktu dekat. Lebih baik ambil tahun depan."

"Benar. Lalu setahun, kamu mau apa?"

"Mengingat segalanya, mungkin?"

"Kamu yakin?"

Yoora diam lagi. Kemarin dia sempat diceritakan soal kecelakaannya, tapi gadis itu menyerah mengingat. Kepalanya terlalu sakit.

Butuh waktu seminggu bagi Yoora untuk paham kalau dirinya sudah melewati masa SMA.

Pelan, Yoora menjawab, "Setidaknya aku ingin..."

"Kamu pasti bisa!" seru Lia semangat. Tersenyum lebar, menularkan kehangatannya.

"Jangan memaksakan diri, ya. Ini bukan salahmu. Pelan pelan saja."

[to be continued]

crash • txt [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang