fourteen

245 69 3
                                    

"Yoora, makan yuk?"

Yoora membuka matanya. Ah, sudah pagi lagi. Yoora menangis seharian, mengurung diri di kamar dua hari lamanya dan kerjaannya hanya memeluk boneka pemberian Beomgyu.

Rasa sakitnya masih sama. Sayatan di hatinya masih sama. Yoora ingin menyerah rasanya.

Bukan sekali dua kali Yoora mengabaikan panggilan dari ibunya. Sejak hari itu, sang ibu sudah mengetuk pintu kamarnya. Tapi Yoora enggan menjawab.

Hanya bantal dan boneka beruang yang tahu berapa lama Yoora menangis hingga air matanya habis. Hanya mereka.

Dengan suara serak, Yoora bergumam, "Kamu senang, Gyu, di sana?"


Yoora tidak punya kekuatan lagi untuk menangis. Rasanya hampa.

"Kamu bilang agar aku tidak meninggalkanmu. Kupikir janji itu berlaku untuk kita berdua."

"Kenapa kamu setega ini?"


Yoora mencubit boneka beruang di pelukannya, berharap setidaknya Beomgyu marah karena bonekanya dicubit.

"Beomgyu, maaf, aku sempat melupakanmu. Sekarang kembalilah, aku rindu."



Bukan pula sekali dua kali Yoora berpikiran untuk bertemu Beomgyu. Tapi tenaganya habis terkuras.

"Gyu, aku tidak bisa hidup jika separuh jiwaku pergi."

"Aku ingin bertemu."

"Aku ingin menyusulmu—"

Tok tok



"Hwang Yoora, ini aku, Soobin. Masih ingat?"

Yoora diam, mendengarkan. Dia ingat Soobin, dan memori lamanya sudah kembali.

Soobin melanjutkan, "Aku tunggu sampai siang ini, jika kamu mau, aku akan membawamu ke Beomgyu."

Hati Yoora yang awalnya kosong merasakan sedikit hantaman.


Bertemu Beomgyu? Apa dirinya siap? Tapi dia rindu. Tapi dia merasa belum siap.

Sebenarnya, apa keinginannya juga Yoora tidak tahu. Dia hanya ingin Beomgyu-nya.


Melawan sakitnya, Yoora sadar dia tidak bisa begini terus. Dia ingin Beomgyu-nya? Maka dia harus berjuang.

Bangkit dari kasur yang tidak dia tinggalkan selama dua hari, Yoora merasakan sakit di tubuhnya yang kaku.

Melihat ke cermin, gadis itu mendecak. Penampilannya bahkan lebih buruk dari yang terakhir dia ingat.

"Choi Beomgyu, lihat? Ini karenamu."

Yoora beranjak ke kamar mandi. Membersihkan tubuhnya dan menyiapkan yang terbaik untuk bertemu Beomgyu.

Meski mustahil, motivasinya hanyalah harapan bahwa ini semua bohong. Kalau Beomgyu-nya masih ada.

Yoora masih belum menerima kalau Beomgyu tidak selamat.

Perutnya tidak lapar. Dia tidak nafsu makan. Yoora benar benar terpuruk, hampir tidak bisa bangkit sebelum Soobin memberikan berita itu.

"Apa begini sudah pantas, Gyu?" Yoora bertanya pada boneka beruang yang duduk di atas kasurnya.

Iya, Yoora seterpuruk itu.


Keluar dari kamar sama saja dengan berani keluar dari kesedihan. Yoora merasakan itu meski tidak percaya Beomgyu sudah tiada.

Sedikit merasa sesak, Yoora memberanikan diri menuruni tangga. Langsung mendengar isakan Lia dan suara Soobin yang sedang menenangkan Lia.

Ah, dia hampir lupa soal Lia.

Yoora paham, maksud Lia baik. Hanya saja, caranya membuat Yoora kecewa.

Terlepas dari semua yang sudah Lia lakukan, Yoora tidak tega mendengar Lia menangis seperti itu.

"Bin, aku tagih janjimu."





[to be continued]

crash • txt [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang