twelve

264 66 22
                                    

"Gyu, apa yang mau kamu katakan?"

Aku melirik lelaki di sebelahku ini. Lelaki populer yang menjadi temanku sejak kami bertemu di festival sekolah.

"Aku... menyukaimu, Hwang Yoora."

Jujur saja, itu mengejutkan. Siapa yang menyangka perasaanku terbalaskan?

Aku mengulum bibir, menyiapkan diri menjawab, karena aku mendadak jadi lebih gugup dari yang sebelumnya.

Belum sempat menimpali, Choi Beomgyu—lelaki di sebelahku—lebih dulu menyahut, "Ayo kita pacaran."

Ini sih, dia tidak bertanya.

Tapi perasaanku tidak bisa dibohongi. Aku tersenyum begitu saja, bibirku terbuka untuk menjawab, "Iya."

"Aku juga menyukaimu, Beomgyu."

Sepertinya keberuntunganku untuk satu tahun sudah dihabiskan untuk hari ini.

◍◍◍

"Sudah semua?" tanyaku.

Julia, sahabatku sejak SMP—atau SD, ya? Pokoknya dia sudah kuanggap saudara. Dia mengangguk semangat sambil membenarkan ikatan rambutnya.

Hari ini kami akan menonton pertandingan basket. Pertandingan pacarku, Choi Beomgyu.

Ini sedikit mendebarkan karena kami baru menjalin hubungan sekitar seminggu lalu.

Oh, lihat itu. Lelaki yang punya senyum menawan sedang mencari seseorang di bangku penonton.

Jahilnya, dia memelototi semua orang di bangku penonton. Bagaimana tidak gemas?

"CHOI BEOMGYU!" teriakku, tidak peduli pandangan orang yang ada di sekitarku. Biar Lia menanggung malu sendirian saja, eh tidak, bercanda.

Beomgyu langsung menoleh menatapku, sama sama tersenyum lebar. "Semangat, ya!" kataku.

"Iya. Kalau menang, belikan aku Americano, ya!"

"Iya iya, aku janji. Menang, ya, Choi Beomgyu!"

Lihat, Beomgyu tertawa nyaring. Ah, aku yang malu. Tapi tidak apa, tawanya adalah suara favoritku.

◍◍◍

"Ih, kenapa Americano, sih?" protesku.

Beomgyu menghentikan acara menyeruputnya, kemudian menatapku serius, "Ini enak tahu."

"Apanya? Pahit begitu. Selera bapak bapak."

Beomgyu melotot kaget, "Enak saja. Ini trend, ya!"

"Masa?"

"Lagipula, pahitnya mengajarkan kita hal berharga."

Aku mengangkat alis tidak percaya, "Apa?"

"Kalau ada yang lebih pahit dari kehidupan."

Aku tertawa, "Sekarang kamu jadi bijak?"

"Wah, terdengar begitu?"

"Iya."

"Seperti pujangga ya?"

crash • txt [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang