Setelah hari itu, Yoora benar benar melupakan Beomgyu. Tidak pernah berbicara soal seorang lelaki ataupun perasaannya.
Karena itu barang barang yang berhubungan dengan Beomgyu disimpan di dalam kotak dan dititipkan di kamarku.
Setiap hari, Yoora cuma tersenyum tipis dengan pandangan kosong. Dan aku tidak berani bertanya lebih lanjut.
Dasar pengecut. Lia seorang pengecut.
Aku bahkan sering sedih saat Yoora mulai menjalani hari dan memutuskan untuk tidak berusaha mengingat masa lalunya.
Tidakkah dia tahu kalau dua tahun belakang dia menemukan cintanya?
Seandainya aku seberani itu mengatakan pada Yoora. Sayangnya, aku tidak seberani itu.
"Jangan dipikirkan. Ayo kita ke cafe Yoora, hm?" ajak Soobin.
Aku mengangguk. Benar. Seharusnya aku senang temanku menjalani hidupnya kembali.
Tapi kenapa rasanya tetap berat?
◍◍◍
Aku gelisah mendengar cerita Yoora. Aku tahu jelas kalau hatinya tidak pernah berbohong.
Orang bilang, meski lupa, tapi ingat rasanya. Mungkin itu yang dialami Yoora sekarang.
Yoora melupakan Beomgyu, tapi hatinya jelas ingat rasa yang didapat bersama Beomgyu.
Kebetulan, seorang bernama Kang Taehyun ini memberikan hal yang sama seperti yang Beomgyu berikan pada Yoora.
Aku tidak tahan. Kalau begini terus, hidupku yang berat karena merasa bersalah pada Beomgyu.
"Sebentar, ya, aku ambilkan minum. Kamu tenangkan saja dirimu," ijinku.
Nyatanya, aku sedang menelepon orang tua Yoora. Bernegosiasi untuk mengajari Yoora tentang Beomgyu perlahan lahan.
Meskipun dia tidak ingat, dia harus tahu kalau ada lelaki bernama Choi Beomgyu yang pernah berperan penting di hidupnya.
Negosiasi tidak berjalan seperti yang aku harapkan. Ibu Yoora hanya ingin anaknya bahagia, atau lebih tepatnya hanya ingin anaknya terlihat bahagia.
Aku teman Yoora, aku tahu isi hatinya. Dia mungkin berbohong pada orang tuanya, tapi dia tidak pernah berbohong padaku.
Sahabat macam apa yang membiarkan sahabatnya hidup dalam kebohongan?
Dari luar kamar, aku mendengar isakan Yoora. Perasaanku jadi tidak enak.
Sesuatu terjadi?
Atau—
"ASTAGA, HWANG YOORA!"
Aku menemukan Yoora menjambak rambutnya, menangis sesenggukan dengan barang barangnya yang awalnya tersimpan rapi di kotak, sedang berserakan.
Ah. Jadi begini?
Beginikah cara yang dimau waktu agar Yoora tahu?
"Argh, sakit. B... Beomgyu...? Choi... Beomgyu??? Hhh... Sakit, Ya, s... sakit." Yoora tidak hanya menjambak rambutnya, tapi juga memeluk dirinya.
Aku sakit melihatnya sakit.
Aku menangis melihatnya menangis.
Dan yang bisa kulakukan hanya bersimpuh memeluknya, menangis dan terisak, "Maafkan aku. Sungguh, maafkan aku, Hwang Yoora."
◍◍◍
Aku tidak berselera makan, sama seperti Yoora yang masih mengurung diri di kamarnya.
Ini hari kedua, dan aku ikut frustasi.
Yoora mengingatnya. Yoora mengetahui kebenarannya. Yoora... kecewa.
Aku mengecewakannya.
Bukannya tidak pantas aku disebut sahabat?
"Bin," bisikku.
Soobin yang masih merengkuhku hanya berdeham. Ah, aku masih punya Soobin yang memelukku, tapi Yoora?
"Aku harus apa...?"
"Shh, tenang... Ini sudah hari kedua, kan? Sudah cukup Yoora mengambil waktunya sendirian. Dia harus bertemu Beomgyu."
"Bagaimana? Dia bahkan tidak mendengarku."
Soobin mengusap punggungku hangat, "Biar aku yang bicara, hm?"
Sementara Soobin ke kamar Yoora, aku masih menangis di bawah. Merasa sebagai sahabat yang tidak berguna.
Ibu Yoora menyerah menenangkanku, ayah Yoora belum pulang bekerja.
Soobin turun dan kembali menenangkanku. Siapa sangka, Choi Soobin mampu berbicara pada Yoora dan mengundangnya turun.
"Bin, aku tagih janjimu."
Entah janji apa, tapi kakiku berdiri dan langsung memeluk Yoora erat. Mengatakan kata maaf berulang kali sambil menangis.
Beomgyu, Yoora-mu baik baik saja.
[extra - fin]
KAMU SEDANG MEMBACA
crash • txt [✔]
Fanfic[short chapter] "aku tidak mengingatmu. tapi kenapa aku merindukanmu?" "𝚒'𝚖 𝚜𝚘𝚛𝚛𝚢 𝚒 𝚌𝚘𝚞𝚕𝚍𝚗'𝚝 𝚖𝚊𝚔𝚎 𝚒𝚝." [txt w/ oc] copyright, 2020.