eleven

247 64 16
                                    

Napas Yoora memburu. Mengamati bingkai foto yang ada di dalam kotak dan barang barang lainnya.

Kepalanya berdenyut sakit. Lengkap dengan sesak di dadanya.

Kilas balik memori yang awalnya samar, tiba tiba menajam. Juga suara tawa lelaki yang selalu menghantuinya terdengar semakin nyata dan jelas.

Yoora takut.

Dia tidak siap dengan memori yang menerkamnya seperti ini. Tapi dia juga merasa rindu dengan barang barang yang ada di kotak ini.

Seperti terhubung.

Sebuah bingkai foto dimana ada potret dirinya dengan seorang lelaki. Lelaki itu merangkul pundak Yoora dan mereka memasang tampang merajuk yang konyol.

Tertulis sebaris kalimat di sana, "my one and only baby bear."

Hati Yoora tersayat. Seiring dengan memori yang masuk ke benaknya dengan paksa.



"Lia! Fotokan kami!"

"Huh? Jangan merangkulku! Kan jadi terlihat kalau aku lebih pendek darimu."

"Dasar pendek!"

"Huh! Menyebalkan!"

"Lihat bibirmu hahahahaha! Kita foto gaya bebek saja."

"Oh, ide bagus! Lia, ayo!"




Melirik ke tumpukan foto di sebelah bingkai, Yoora mengambil foto foto itu dengan tangan bergetar.

Air matanya turun deras seiring foto demi foto yang dia lihat.

Hatinya sakit. Rasa rindunya menyeruak. Kepalanya pening. Dia menjerit dalam hati, ingin sesaknya segera berakhir.

Yoora tidak tahu pasti siapa lelaki ini. Tapi dadanya selalu sesak melihatnya. Yoora tidak mengingat lelaki ini, tapi hati kecilnya merindukannya.

"Kenapa... sakit?"





"Hwang Yoora!"

Suara lelaki kembali masuk ke indra pendengaran Yoora. Seperti mimpi dan halusinasi, tapi ingatannya terasa nyata.

"Hahahaha lucu saat kamu pakai."

Yoora menangis mendengar suara itu bergema di kepalanya. Ditambah foto yang dia pegang menampakkan dirinya tengah tersenyum lebar memakai sebuah bando kelinci. Dengan tangan seorang lelaki yang menangkup pipinya.

"Iya, aku di sini."

Kali ini yang menyambutnya adalah foto dimana dia sedang dipeluk seseorang. Terlihat hangat dan nyaman.

Yoora merindukan itu.



"Jangan dong, itu milikku. Ya sudah, separuh ya? EH KOK DIHABISIN?"


Foto lain menampilkan dirinya dan seorang lelaki sedang memakan es krim di sebuah taman. Mirip seperti yang dilakukannya dengan Taehyun dua minggu lalu.


"Yooraaaaa!"

Yoora meremas bajunya kecil, sakit saat melihat dirinya sedang memeluk seorang lelaki yang dipisahkan oleh boneka beruang besar.


"Yoora sayang, angkat teleponnya dong."


Foto lain menggambarkan seorang lelaki yang tengah merajuk, mengerucutkan bibirnya dan memakai tudung hoodie-nya rapat rapat.


"Hwang Yoora, aku menyayangimu."

Isakan Yoora pecah mendengar suara itu di kepalanya. Meringis dan merengek tidak dapat mendeskripsikan suasana hatinya saat ini.

Yoora merasa rindu. Rindu tawa seseorang. Rindu genggaman tangan seseorang. Rindu pelukan dari seseorang.

Tapi entah siapa orang itu.



Kalut, Yoora yang pening mengeluarkan seluruh barang di kotak itu. Tidak peduli kepalanya yang semakin sakit.

Sedikit menjambak rambutnya untuk mengurangi rasa sakit di kepalanya, tangan Yoora yang lain menggeledah isi kotak.

Mengeluarkan bingkai foto lain, foto cetak yang lebih banyak. Sebuah gantungan kunci, gelang, sampai akhirnya boneka beruang seperti yang ada di foto. Dengan gantungan nama yang melingkar di leher beruang itu.

choi beomgyuhwang yoora

Mengusap pipinya yang basah, Yoora berbisik dengan suara tercekat, "Siapa kamu?"

"Aku tidak mengingatmu, tapi kenapa aku merindukanmu?"

"Kenapa rasanya sesak?"

"Katakan, kenapa aku sangat merindukanmu?"

"Sebenarnya siapa kamu?"










"Siapa Choi Beomgyu?"










klek


"ASTAGA, HWANG YOORA!"


[to be continued]

crash • txt [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang