"Mulai sekarang, taman adalah tempat kita. Oke?"
"Tempat kita? Tapi kamu membawa bonekamu!"
"Aih, dia ini sahabatku. Berteman sana, daripada kamu cemburu dengan boneka."
"Ah, tidak mau."
"Lagipula, meskipun aku tidur dengan Ryan, kamu tetap gadisku."
"APA? KAMU TIDUR DENGAN RYAN?"
"Hahahahahaha, lihat wajahmu! Hahahaha lucu sekali."
"Hei, aku tidak sedang bercanda! Ryan tidur denganmu? Beraninya!"
"Ehhh! Mau apaa?!"
"Mencincang cincang Ryan sampai mampus."
"Galak! Jangan, dong. Kita kan belum resmi, jadi aku tidak bisa tidur denganmu."
"..."
"Oh? Pipimu merah! Tomat! Hahahaha."
"Heh! Ini kan gara gara kamu!"
"Tomatnya bukan gara gara aku, tuh!"
"Ais, kemarikan Ryan! Biar aku buang ke laut!"
"Aaaa tidak mauuu!"
"Kamu melamun lagi?"
Yoora terkesiap. Itu tadi bukan lamunannya, tapi bunga tidurnya. Dia tidak sengaja tertidur saat menemani Taehyun mengerjakan penelitiannya di cafe.
Benar, sedang sepi pengunjung setelah sore yang ramai. Yoora sedikit... lelah.
"Apa aku ketiduran?" tanya Yoora, mengucek matanya kecil.
Taehyun mengangguk, "Maaf, aku kira melamun. Tidak baik melamun lama lama. Ternyata kamu tidur."
Yoora tertawa kecil, lalu menggeleng, "Padahal pertama kali bertemu, kamu yang selalu melamun di sini."
"Hahaha, masih ingat, ya? Ah, iya, malam ini temanku mau datang."
"Oh? Tentu saja. Ini kan cafe. Mau dipesankan lebih dulu?" tawar Yoora.
"Eum, iya, kalau boleh. Kopi susu dua. Tapi nanti saja setelah kesadaranmu kembali."
Yoora tersenyum kecil. Mengangguk patuh lalu memerhatikan Taehyun yang bekerja dengan laptopnya.
Ah, sebenarnya Yoora diam, benaknya yang berkelana. Mengingat mimpi yang begitu nyata baginya. Sayangnya, sosok di mimpinya terlihat buram.
Lagi lagi Yoora menyayangkan itu.
Sejak siuman, Yoora tidak bisa membedakan antara mimpi yang benar benar bunga tidur dan memori lama yang hilang.
Semuanya sama sama buram dan samar.
"Aku tampan, ya?"
Yoora melotot kecil, "...hm?"
"Kamu memandangiku terus. Ada sesuatu di wajahku?" tanyanya.
Yoora menggeleng gugup, "B... Bukan. Err... Aku rasa aku akan menyiapkan pesananmu saja. Dia datang sebentar lagi, kan?"
"Iya. Terima kasih, ya." Taehyun tersenyum manis, sedikit menertawai Yoora yang salah tingkah.
"Iya. Tunggu, ya."
Kling
"Oh, sudah datang."
"Lama menunggu? Maaf, ya, jalanan macet."
"Iya, bukan masalah. Jadi mulai darimana, kak?"
Yoora yang mendengar suara pengunjung buru buru menyelesaikan pesanannya. Mengabaikan perasaan gugup yang sempat melandanya tadi.
Membawa dua gelas kopi susu ke meja Taehyun, Yoora harus extra hati hati. Teman Taehyun duduk membelakangi Yoora, jadi dia tidak bisa melihat jelas.
"Ini pesanannya, tuan tuan, terima kasih telah menung—"
Tangan Yoora berhenti saat menatap sosok pemuda di depan Taehyun.
Bukan hanya dadanya yang sesak, tapi kepalanya ikut sakit.
Hal yang sama pun berlaku pada pemuda itu. Kehilangan kata saat menatap manik Yoora.
Prang
"Eh, maaf."
"Yoora, kamu tidak apa apa?" Taehyun dengan sigap berjongkok, membantu Yoora membersihkan pecahan gelas yang dijatuhkannya.
"I... Iya. Maaf, tuan. A... Akan aku ganti. Sebentar, ya... Maaf sekali lagi."
Tanpa mau mendengar jawaban pemuda itu, Yoora dengan cepat membereskan kekacauan, pergi dari hadapan mereka.
Hati Yoora seperti diremas, sakit rasanya. Belum lagi kepalanya yang mendadak pening.
Apa?
Apa yang salah?
Siapa pemuda itu?
Kenapa terasa menyakitkan?
Batin Yoora menjerit, sesak rasanya. Menampik semua itu, Yoora berusaha profesional. Dia melakukan kesalahan di depan pelanggan dan harus dibereskan.
Yoora datang dengan wajah pucat, namun tersenyum. Memberikan pesanan pelanggan itu dengan cepat sambil meminta maaf.
"Kamu yakin tidak apa apa?" tanya Taehyun khawatir.
"Iya, maaf, ya, membuat kacau tadi."
Pemuda di depan Taehyun menjawab, "Tidak apa apa."
"Saya permisi."
[to be continued]
KAMU SEDANG MEMBACA
crash • txt [✔]
Fanfiction[short chapter] "aku tidak mengingatmu. tapi kenapa aku merindukanmu?" "𝚒'𝚖 𝚜𝚘𝚛𝚛𝚢 𝚒 𝚌𝚘𝚞𝚕𝚍𝚗'𝚝 𝚖𝚊𝚔𝚎 𝚒𝚝." [txt w/ oc] copyright, 2020.