"Yoora!"
"Oh? Kamu datang!"
Yoora menyambut pelanggan baru dengan senyum lebar. Tentu saja, ini sahabatnya, Julia.
Memesan dua gelas minuman, Lia memberitahu Yoora bahwa dia menunggu gadis itu selesai bekerja.
"Tentu. Tunggu, ya," sahut Yoora.
Lia mengangguk, "Yuk, Bin. Di sana saja." Menarik lengan pria jangkung yang datang bersama dengannya tadi.
Diam diam Yoora membatin, "Pacarnya, kah?"
Yoora jadi penasaran, apa dua tahun yang dia lupakan dia juga pernah pacaran?
Yang dia tahu, perasaannya yang sedang tumbuh untuk Taehyun seperti tidak asing.
Meski begitu, selalu ada yang kurang baginya. Atau lebih tepatnya, ada yang menyesakkan untuknya.
Kling
"Hai."
"Oh? Hai! Seperti biasa, Taehyun?" sapa Yoora.
Taehyun mengangguk, "Dengan tambahan cake untuk dibawa pulang."
"Baiklah."
Sambil menyiapkan pesanan, Yoora teringat, "Taehyun," panggilnya.
"Hm?"
"Nanti kalau mau pulang duluan, pulang saja, ya. Aku dengan temanku." Yoora menunjuk meja dimana sepasang insan tengah bercengkrama.
Taehyun tersenyum tipis, "Iya."
"Sebagai gantinya, apa akhir minggu ini kamu kosong?"
Yoora mengangkat alis heran, kemudian mengangguk ragu. Membuat Taehyun tersenyum lebar, "Temani aku untuk penelitian, mau?"
"Kemana?"
"Taman dekat sini. Bagaimana?"
Ah, sepertinya Yoora sedang diajak kencan.
Dan gadis itu tidak menolak.
"Bagus. Kita bertemu di sini?" usul Taehyun sebelum pergi ke meja tempatnya duduk.
Yoora mengangguk, "Tentu."
"Sampai nanti!"
◍◍◍
"Hwang Yoora, dia temanmu?" tuding Lia curiga.
Yoora tersenyum kecil, "Pelanggan yang sering berkunjung. Kalau kamu? Ini pacarmu...?"
"Tentu sa—ah, iya, benar. Soobin, aku pernah cerita kalau Yoora mengalami amnesia, jadi ayo perkenalan dari awal," jelas Lia dengan senyum miris.
Soobin tersenyum ramah, mengatakan itu bukan masalah dan memulai segalanya seperti pertama kali bertemu Yoora.
"Aku Choi Soobin, kita bertemu di pertandingan basket SMA. Aku dan Lia menjadi dekat dan berakhir jadian setahun lalu," cerita Soobin singkat.
Yoora mengangguk kecil, mengingat kejadian samar dimana dia sedang bersorak menyemangati seseorang di lapangan.
"WOOOO."
"SEMANGATT!"
"... Aku janji!"
"Menang, ya, Choi—"
"Kamu baik baik saja?"
Yoora kembali tersadar dari lamunannya, tersenyum tipis dan mengangguk.
"Ingat sesuatu?" tebak Soobin.
Yoora kembali mengangguk kecil, "Iya. Aku ingat pernah ke pertandingan basket, tapi kejadian itu samar. Sepertinya aku sedang mendukungmu...?"
Baik Soobin maupun Lia diam. Saling menatap bingung. Seperti sedang bertelepati.
"Tapi kita—"
"Soobin, jangan."
Yoora melirik mereka berdua. Ekspresi bingung Soobin dan raut wajah Lia yang sedih.
Lagi, Yoora mendengar suara tawa seorang lelaki di kepalanya. Tapi kali ini berusaha Yoora abaikan.
Kalau tidak, dadanya akan menjadi sesak tanpa alasan seperti waktu itu.
[to be continued]
KAMU SEDANG MEMBACA
crash • txt [✔]
Fanfiction[short chapter] "aku tidak mengingatmu. tapi kenapa aku merindukanmu?" "𝚒'𝚖 𝚜𝚘𝚛𝚛𝚢 𝚒 𝚌𝚘𝚞𝚕𝚍𝚗'𝚝 𝚖𝚊𝚔𝚎 𝚒𝚝." [txt w/ oc] copyright, 2020.