"Kecelakaan mobil? Astaga, syukurlah kamu masih hidup. Kudengar, ada kecelakaan beruntun yang menewaskan seorang pemuda, tapi kekasihnya selamat, dan pengendara lain mengalami luka berat. Kuharap itu bukan kasus kecelakaanmu."
Yoora diam. Tidak menangis ataupun menjerit. Seperti syok dengan kenyataan yang didapatnya.
Bahwa ternyata dia tidak sendirian di kecelakaan mobil itu. Dan orang yang menyupir tidak selamat. Persis seperti berita yang didengarnya dari Taehyun.
Hati Yoora hampa. Menyesal mengatakan dua tahun terakhir tidak ada yang penting diingat.
Nyatanya, dia baru saja kehilangan salah satu penopang semangat hidupnya.
Nyonya Hwang menangis. Dia tahu kalau anaknya akan segera mengetahui fakta ini cepat atau lambat, tapi tidak mengira kalau akan sehancur ini.
Tuan Hwang diam, tidak sanggup melihat tatapan kosong anaknya. Sementara Lia merasa luar biasa merasa bersalah.
"Kenapa kalian sembunyikan ini?" tanya Yoora, tenggorokannya terasa kering.
"Kami tidak mau kamu terpukul dua kali lipat—"
"Tapi ini menyiksaku perlahan, Yah. Aku sakit selama ini. Aku seperti orang bodoh mengira semua orang mengalami kekosongan yang sama."
"Nyatanya, separuh jiwaku memang telah pergi."
Air mata Yoora keluar tanpa ijin, tapi gadis itu tersenyum, "Aku tidak habis pikir, kenapa kalian merahasiakan ini dariku."
"Kalau aku tidak mengingat segalanya, apa kalian juga tidak akan menceritakannya?"
Lia menggeleng, "Kalau kamu sudah stabil, aku berencana menceritakannya—"
"Kapan? Setelah aku jatuh cinta pada Kang Taehyun? Selama ini... perasaanku pada Taehyun sepertinya bukan cinta. Hanya rasa nyaman karena merindukannya."
"Lia, kamu sahabatku, kenapa setega ini?"
Lia bungkam. Hatinya sakit melihat Yoora menangis pilu seperti ini.
"Aku harus... bagaimana...?" Yoora memeluk boneka beruang yang didapatnya di kamar Lia.
Boneka beruang yang memang miliknya. Boneka hadiah peringatan setahun hari jadinya dengan Choi Beomgyu. Harta berharga yang Yoora punya.
Hatinya berat, sakit, dan kecewa. Memperluas kehampaan yang sebelumnya hanya sepetak. Kini yang dia rasakan hanya kekosongan.
Banyak yang Yoora sesalkan. Banyak yang membuatnya kecewa. Terlebih kekasihnya, beruang favoritnya.
"Janji jangan pergi dariku?"
"Janji."
"Janji jangan meninggalkanku, ya?"
"Iya, janji."
Nyatanya Beomgyu sendiri yang mengingkari janjinya. Yoora kecewa dengan itu.
"Terima kasih ya, sudah berusaha menyembunyikan ini dariku sampai hari ini." Yoora tersenyum tipis, tapi semua orang tahu Yoora sedang menahan rasa kecewa.
Merasa cukup dan sia-sia mengatakan isi hatinya yang kecewa, Yoora beranjak tanpa mengatakan apapun. Pergi ke kamarnya sambil membawa kotak berisi barang barangnya dengan Beomgyu.
Sakit.
Seluruh sendinya sakit karena hatinya sedang tersayat, mengingat segala memori yang sempat terkubur.
Menaiki anak tangga, air mata Yoora terus jatuh. Mengingat setiap percakapan, hati Yoora terasa berat.
Yoora merindukannya.
Yoora ingin memeluknya.
Pelukan kesukaannya. Pelukan hangat favoritnya.
"Maafkan aku."
"Maaf aku sempat melupakan kalian, teman teman."
"Maaf aku sempat melupakanmu, Gyu."
"Aku merindukanmu."
[to be continued]
KAMU SEDANG MEMBACA
crash • txt [✔]
Fanfic[short chapter] "aku tidak mengingatmu. tapi kenapa aku merindukanmu?" "𝚒'𝚖 𝚜𝚘𝚛𝚛𝚢 𝚒 𝚌𝚘𝚞𝚕𝚍𝚗'𝚝 𝚖𝚊𝚔𝚎 𝚒𝚝." [txt w/ oc] copyright, 2020.